7

24.7K 2K 26
                                    

~Happy Reading~

"Nduk." Panggilan dari ibu entah sudah berapa kali terdengar, dibarengi ketukan pintu.

Terdengar suara grasak-grusuk dalam membuat sang ibu kembali bersuara dari luar kamar,"Udah selesai mandi?" jika saja wanita paruh baya itu tidak sabar, sudah dia dobrak kamar putrinya.

Meta membuka pintu, sudah dengan keadaan lebih segar dari sebelumnya saat pulang kerja,"Udah bu."

Gadis itu merasa aneh dengan senyum ibunya, dan benar saja,"Nah mumpung masih lumayan siang, tolong antar ini ke rumah mas Satria." Wanita di hadapan Meta menariknya ke dapur, memperlihatkan sebuah rantang.

"Apa tuh?" Meta ingin mengintip kedalam rantang, tetapi di tahan sang ibu.

Ibunya lebih memilih langsung memberikan rantang itu pada tangan anaknya, mengkode untuk tidak banyak bertanya dan segera mengantar makanan,"Makanan."

Meta mengerutkan keningnya heran,"Tumben."

"Dia lagi sakit, kasian kan nggak ada saudara di sini, dia juga udah bantu banyak Arya dan bapak ibu." Gadis itu mengangguk paham, menurut saja apa yang ibunya katakan, toh lelaki itu memang banyak berbuat baik dengan keluarganya selagi dia pergi.

"Yaudah." Meta membawa rantang berisi makanan itu menuju keluar rumah.

Namun sampai di ambang pintu dia berbalik, menatap ibunya yang masih melihat dirinya akan pergi,"Eh dimana rumahnya."

Sang ibu menghela nafas,"Sebrang kebun dia." Dasar anak itu.

"Okey." Meta memberikan isyarat tangan membentuk tanda ok, gadis itu berjalan dengan hati-hati membawa rantangnya, dia celingak-celinguk ketika sampai di depan perkebunan, pandangannya beralih pada rumah minimalis di seberang jalan, harusnya itu kan?

Meta memasuki pekarangan rumah, mendekati pintu utama,"Permisi."

Tidak ada jawaban, bahkan sama sekali tidak ada tanda-tanda ada seseorang di dalam rumah, gadis itu mencoba kembali memanggil,"Permisi."

Dia berdecak kesal,"Ada orang nggak sih." Meta meletakkan rantangnya ke meja yang tersedia, sedangkan dirinya masih melihat-lihat sekitar, apakah ada pergerakan di sekitar rumah itu.

"Apa tinggal aja? tapi ini rantang punya ibu, dimarahin nggak ya kalau ku tinggal." Dia menimbang-nimbang, memikirkan kemungkinan apa yang akan terjadi dan apa yang harusnya dia lakukan.

Gadis itu mencoba sekali lagi,"Permisi." Dan lagi-lagi tersentak ketika sebuah mobil memasuki pekarangan, dan tak lama melihat Satria keluar dari kendaraan putih itu.

Saat melihat itu Meta membatin,'Lah ini orang katanya sakit?'

Satria mendekat pada tamunya,"Ada apa?" 

Meta segera mengambil rantangnya, menunjukkan benda itu pada tuan rumah"Makanan dari ibu."

"Hmm, terima kasih." Hanya itu yang di keluarkan bibir lelaki di hadapan Meta. 

Di perhatikan nya pergerakan lamban manusia di hadapannya, lalu melihat wajah lesu dan pucat nya juga akhirnya Meta mengangguk dan kembali membatin,'Oke sekarang aku percaya dia sakit'

Apa lagi lelaki itu langsung duduk di sofa setelah berhasil membuka pintu rumahnya dan mempersilahkan Meta untuk juga masuk, biar menunggu selagi Satria memindahkan makanan-makanan kiriman ibu gadis itu, tetapi tubuhnya terlalu lemas dan Satria merasa butuh duduk sejenak, Meta melihat itu menawarkan bantuan,"Mau aku siapin aja?"

Satria menoleh menatap Meta, tetapi terdistraksi kembali mendengar nada dering smartphonenya berbunyi pertanda telefon masuk,"Maaf, sebentar."

Meta masih memperhatikan lelaki itu, menunggu apa yang harus dilakukan selanjutnya,"Ya, waalaikumsalam."

Flower Romance [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang