28

15.2K 1.3K 35
                                    

~Happy Reading~

Meta menyesal dengan ucapannya kemarin pada Aini, harusnya dia tidak bilang 'Kaya bukan, tipes iya', dan sekarang dia justru di landa pusing hebat sepulang kerja.

Gadis itu terbaring di kasurnya setelah meletakkan tasnya di meja rias dan mengganti bajunya yang basah, dia bahkan sudah tidak ada daya untuk mandi.

"Taaaa mandi dulu nanti sakit." Teriakan  Ibunya menggema di depan kamar, wanita itu pasti melihat jejak basah dari dapur sampai pintu kamar Meta .

Meta hanya menoleh menatap pintu yang tertutup, dengan lirih berucap,"Udah sakit."

"Taaa," panggil ibunya lagi.

Gadis itu menghela nafas, mempersiapkan suaranya dan menjawab sedikit lebih keras,"Pusing buuuk."

Terdengar suara pintu kamar terbuka,"Eh, mau minum anget??" Ibunya muncul di ambang pintu dengan wajah kaget dan khawatir, selama ini Meta tipe manusia yang jarang sakit.

"Boleh." Masih berbaring menelungkup, gadis itu mengangguk lemah, sepertinya dia memang butuh sesuatu untuk menghangatkan diri.

Setelah ibunya pergi membuat minuman hangat, syara lain menginterupsi Meta,"Ngapa mbak?"

"Mbak." Suara itu kembali terdengar walaupun tidak mendapatkan respons dari Meta, adiknya itu masih berdiri di depan pintu.

Dengan perlahan dan wajah malas Meta,"Bisa diem nggak." Dia sedang malas mengeluarkan suara, apalagi jika harus berujung debat seperti biasanya, yahh umumnya kakak dan adik memang seperti itu.

Tidak lama ibu kembali ke kamar,"Udah, orang lagi sakit malah di ajak ngomong."

"Mending beliin bakso," sambung Meta membuat Arya berdecak kesal, kakaknya ini selain sensi juga sering memperbudak adiknya ini.

Akhirnya lelaki itu memutuskan menjauh saja dari kakaknya,"Yehhh."

"Nih di minum." Ibu meletakkan teh hangat di meja kamar.

Meta menganguk menjawab dengan Lirih,"Makasih buk." Dan setelahnya Ibu Meta keluar membiarkan gadis itu istirahat saja.

Gadis itu duduk dan meraih gelas, meminum teh hangat yang lumayan membantu menghangatkan tubuhnya. Selesai dengan minumannya, matanya tidak sengaja menangkap layar smartphone-nya yang menampilkan notifikasi chat ketika kembali meletakkan gelas di samping benda pipih itu.

Mas Satria

Meta

Iya?

Kamu mau dibawain apa?

Tunggu kenapa lelaki itu tiba-tiba bertanya ingin dibawakan apa?  ada apa ini?

Nggak ada
Mau kesini?

Mau bakso?
Kata Arya kamu mau bakso

Astaga, apa yang Aya laporkan pada Satria? padahal terakhir kali mereka berkabar sebelum Meta pulang kantor, dua jam lalu karena Meta terkendala hujan di tengah jalan, dan belum apa-apa lelaki itu tiba-tiba chat.

Meta menarik nafas,"Aryaaaaa." Adiknya itu kenapa harus laporan ke Satria segala.

Suara Meta tentu tidak seberapa keras, Arya dan Ayah Meta sedang bersantai di ruang keluarga tidak terpengaruh apapun.

"Assalamualaikum." Keduanya menoleh ke suara yang sudah familiar di dengar, Arya yang langsung memasang senyum lebar dan berdiri menyambut Satria mengajaknya duduk bersama.

Flower Romance [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang