22

17K 1.3K 53
                                    

~Happy Reading~
Tandai jika ada kesalahan atau typo

Uhukk

Meta tersedak es tehnya ketika matanya melirik pada layar smartphone nya yang hidup, menampilkan notifikasi chat dari nomor ibunya. Dia sedang makan siang dan ibunya ini mengirimkan pesan diluar nalar, untung dia sudah terbiasa dan lebih memilih tertawa saja.

"Kenapa?" Karina dan Aini mengernyit mereka semua sedang asik menyeruput es teh yang sudah menghabiskan gelas kedua ini, cuaca akhir-akhir ini membuat es teh menjadi primadona kantin kantor.

Meta nyengir saja,"Ibu ku, katanya dia ngincer bunga mantennya."

Disambut tawa kedua partner makan siangnya itu,"Buat anak gadisnya ini pasti." Di umur seperti mereka hal begitu sudah hafal diluar kepala.

"Liat deh." Meta menunjukkan layar smartphone nya pada dua perempuan di depannya.

Ibuk

Ibu nanti mau ambil bunga manten, udah ibu sama budhe Ami pantau :)

Aini tertawa terbahak-bahak membayangkan kondisi sebenarnya,"Kocak bener ye ibu-ibu."

Sedangkan Karina hanya menggeleng maklum,"Nggak kebayang itu budhe-budhe nanti rebutan nyolong kembang manten."

"Emang beneran bisa bikin cepet nyusul?" Aini kali ini memandang keduanya skeptis, belum pernah melihat testimoni asli dari pengantin yang menikah hasil dari pencurian bunga.

"Aku dulu nikah 3 tahun setelah nyolong melati punya temen," cerita Karina membuat Meta dan Aini melongo, mereka kira tak lama setelah kejadian kriminal yang dilakukan atau mencuri melati.

Meta akhirnya angkat suara,"Lama itu mbak." Disambut tawa Aini dan Karina seolah setuju dengan opini gadis itu, tetapi seingat Karina, dia juga tidak menyangka akan menikah di tahun itu.

"Aku nanti dulu deh, kayaknya belum bisa jadi orang sesabar dan sekuat ibu, belum siap ngadepin step menikah." Aini tertawa canggung setelahnya, kondisinya agak berbeda dengan kedua perempuan di hadapannya, bukan hanya belum siap, sepertinya dia akan menunda rencana besar itu ntah sampai kapan.

"Pelan-pelan aja Ai, semua memang ada waktu dan stepnya ya kan?, keren banget kamu selama ini tuh." Meta memberikan singn love dengan tangannya, sebagai bentuk rasa bangga pada salah satu teman baiknya itu.

Karina mengangguk,"Sebelum masukin orang baru ke kehidupan kita dan menerima kita, terlebih dahulu diri kita yang harus mengerti dan menerima diri sendiri dulu." Sebagai senior dalam pekerjaan dan kehidupan percintaan, dia sering kali memberi beberapa nasehat untuk yang lainnya.

"Kalau butuh pelarian sementara bisa refresh ke rumah aku," kata Meta menawarkan, pemandangan di kampungnya cukup bagus kok dan suasananya tenang, slow living ala-ala perdesaan begitu.

"Kapan-kapan boleh juga." Lumayan bisa sejenak melarikan diri dari keributan di rumah, walaupun menunggu kakaknya pulang ke rumah keluarganya nanti.

Perkara pernikahan dan kehidupan keluarga memang bukan suatu hal yang mudah,  perlu banyak hal yang disiapkan, dipikirkan dan juga diterima.

"Mbak Meta ada yang cari." Ardhi datang dengan Mas Rio di belakangnya, wajah keduanya tampak senyum-senyum entah kenapa.

Meta yang baru saja kembali menyeruput es tehnya kembali terjeda, melihat kedua partner kerjanya berdiri di sebelah meja,"Meta? aku?" tanyanya bingung, seumur-umur baru kali ini ada yang mencarinya ke tempat kerja.

"Ada ayang beb tuh mbak di depan." Kali ini balasan Ardi diakhiri cekikikan, seolah menggoda Meta karena tidak jomblo lagi, dia mungkin lupa dengan dirinya sendiri.

Flower Romance [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang