Dua Puluh

56 6 6
                                    

"Nggak mungkin Caraka, Tar. Mereka berdua sahabatan." Langit seakan tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.

"Sahabat bisa aja jadi benalu Bos. Terkadang orang yang paling jahat dalam kehidupan kita ini adalah orang yang paling dekat dengan kita, nggak peduli itu teman, sahabat bahkan orang tua kita sendiri. Lo pernah tahu nggak bos kalau Caraka sebenarnya suka dengan Amarta." Langit seketika diam, ia benar-benar tidak mengetahui informasi ini. Argantara memang tidak bisa diragukan lagi sifat detektifnya, kehidupannya yang selalu serba ingin tahu terkadang menjadi sangat berguna saat ini.

"Lo nggak tahu kan bos? Bahkan Caraka beberapa hari lalu sebelum lo ketemu Amarta, Caraka nembak Amarta. Tapi sayangnya Amarta menolak Caraka dengan alasan karena Amarta udah menganggap Caraka itu sahabat bahkan seperti saudara. Satu lagi, di saat kejadian kecelakaan orang pertama yang datang di tempat itu adalah Caraka, bagaimana dia bisa berada di sana coba, dan bagaimana dia tahu kalau Bagaskara dan Amarta berada di tempat itu, terlebih lagi dia juga ikut basah kuyup terkena hujan." Jelas Argantara dengan sangat detail.

"Tapi kita harus selidiki lebih dalam dulu, jangan main hakim sendiri." Sahut Arsen yang tiba-tiba ikut dalam percakapan.

"Siapa yang main hakim sendiri coba, gua juga belum ngapa-ngapain dia kan. Intinya gua hanya punya bukti kuat itu." Argantara kini duduk di sebelah Arsen.

"Ada orang lain yang lo curigai lagi nggak?" Tanya Langit, posisi duduknya kini mulai serius. Ia tidak ingin melewatkan satu orang pun dalam penyelidikan ini. Namun Argantara hanya menggelengkan kepala tidak memiliki jawaban. Sejak saat itu Langit memutuskan untuk mencurigai semua orang yang berada di sekitar Amarta, bahkan juga itu Hannah.

"Kita harus selidiki semua orang yang terlibat dengan Amarta. Arsen, Argantara gua mohon sama kalian berdua bantu gua untuk memecahkan kasus ini." Pinta Langit, wajahnya kini tegang, penuh semangat dan juga amarah. Gadis kecilnya yang kini menjadi pacar itu harus benar-benar ia jaga mulai saat ini.

Keesokan harinya Argantara dan Arsen sudah mulai bergerak, Arsen yang menjadi mata-mata setiap gerak gerik Amarta dan juga orang-orang yang ada di sekitar Amarta sementara Argantara mencair informasi terkait orang-orang terdekat Amarta. Semuanya bekerja keras di hari pertama mereka. Mereka berdua memang tidak pernah menolak untuk membantu Langit, terlebih keduanya memang pernah berada di posisi ini, meminta tolong ke Langit agar kehidupannya lebih layak, bahkan Arsen yang lebih berterima kasih karena Langit mau menolongnya dari orang yang bahkan hampir membunuhnya. Ah lupakan sepertinya kisah Arsen tidak harus di ceritakan dalam cerita ini.

Saat siang di jam makan siang, Arsen dan Argantara akan bertemu disalah satu caffe untuk membahas apa saja yang mereka lihat. Arsen mengeluarkan beberapa foto yang sudah otomatis tercetak dari kamera yang ia pegang saat ini. Sementara Argantara mengeluarkan rekaman dan juga catatan yang ia dapat saat mengintrograsi anak-anak yang ada disekolah ini.

"Sejauh ini aman. Tapi ada yang ganjal dengan salah satu orang cewek saat menatap Amarta seakan tak suka. Nah ini dia orangnya." Arsen menunjuk salah satu foto yang ada gambar Amarta, Caraka dan Hannah, dikejauhan ada sosok cewek yang menatap kearah Amarta seakan tidak suka.

"Oke menurut informasi yang gua dapat dia namanya Naraya." Argantara ingat betul wajah itu, wajah yang ditunjukkan oleh salah satu siswa saat Argantara bertanya-tanya.

"Canggih betul, belum apa-apa udah tahu namanya. Lo maling data siswa sekolah ini ya?" Arsen tidak percaya dengan kemampuan Argantara yang benar-benar mengalahi situs internet yang serba canggih itu.

"Gampang sih cari informasi kek gini, apalagi tentang Naraya. Oke kita bahas Naraya, dia ini emang nggak suka kali sama Amarta, terlebih saat Amarta deket Caraka, ya mungkin cemburu, dan emang lebih tepatnya cemburu sih, lalu Naraya ini selalu kasar ke Amarta, sempat ada kejadian bullying tapi Amarta selalu ditolong Hannah." Jelas Argantara dengan penuh semangat seolah ia sedang menyampaikan berita sangat besar.

NestapaWhere stories live. Discover now