03 || Sekolah

12.6K 701 60
                                    

Hohoho..
welcome back to my story' jiakhh

Tidak disarankan dibaca ketika puasa, karena mengandung umpatan.. nanti puasa kalian gak jadi dapat pahala karena ngomong kasar.

Happy reading~



Kanaya sudah siap dengan seragam sekolahnya. Ia menggunakan seragam baru yang kemarin ia minta pada Marina, dan rambut yang di kuncir kuda.

Seragam sebelumnya sangat ketat dengan rok diatas lutut. Kanara benar-benar menyumpah serapahi Kanaya, dia benar-benar terlihat seperti wanita penggoda di tambah dengan make up tebalnya.

"Kanaya lo tuh cantik kalo natural kek gini. Kenapa juga lo harus pake make up-make up segala sih?" Kanara melihat pantulan dirinya di cermin. Kanaya sudah cantik tanpa make up.

"Sedikit polesan lip serum, lo udah perfect Kanaya." Gadis itu tersenyum. Namun bukan senyum manis yang ia berikan melainkan smirk.

Kanaya keluar dari kamarnya ia turun menuju lantai 1. Orang tua dan kakaknya tengah sarapan bersama.

Kanaya melewati tangga. Sepatunya yang bersentuhan dengan keramik menimbulkan suara membuat mereka yang tengah berada di ruang makan memusatkan perhatiannya pada Kanaya.

Kanaya berjalan dengan tegas, di samping itu mereka tak dapat mengalihkan pandangannya dari Kanaya. Seolah ia memiliki magnet yang menarik kuat mereka.

"Lo cantik tanpa semua make up lo."

"Lo bener-bener berubah."

"Lo cantik tapi gue tau niat lo cuma buat nyari sensasi."

"Anak perempuan ku."

"Mama rindu kamu sayang."

Kanaya mendudukkan dirinya jauh dari papa, mama dan kakak-kakaknya. Kanaya memberikan jarak pada mereka.

Sekali lagi mereka di buat terdiam akan sikap baru Kanaya. But sorry, itu bukan Kanaya melainkan Kanara, jadi dia tidak akan segan untuk menjauh.

Kanaya sarapan dengan tenang di tengah mereka yang memperhatikannya. Namun dengan pikirannya yang sama-sama ribut.

"Gue tau lo semua punya mata, tapi berhenti natap gue kek gitu. Risih." Kanaya menatap mereka berlima tanpa minat.

Lagi-lagi mereka di buat terkejut oleh perkataan Kanaya yang benar-benar kasar.

"Jaga bicara kamu!" Tegur Erlangga.

"Why Erlangga?"

Brak

William menggebrak meja. Amarahnya terlihat dengan jelas dari raut wajahnya yang nampak memerah.

"Jaga ya ucapan lo! Yang sopan, dia bokap lo!!" Clarissa yang duduk tepat di samping William mencoba untuk menahannya. Ia mengusap punggung tangan William yang mengepal.

"Hahaha." Bukannya menangis atau kembali marah, Kanaya justru tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan abangnya itu.

Mereka heran akan sikap Kanaya, biasanya dia akan menangis jika di bentak tapi lihat sekarang anak itu malah tertawa lepas.

"Kapan gue di anggap anak sama dia?" Seketika itu wajah tertawa Kanaya berubah sangat datar, ia berucap dengan dingin.

Deg

Bagai di tusuk ribuan paku, hati Erlangga teriris mendengarnya. Erlangga menundukkan pandangannya ia tidak berani menatap mata anak perempuannya itu.

William terdiam seribu bahasa dengan rahang yang mengeras.

KANAYA OR KANARAWhere stories live. Discover now