07 || Terhancur dan terlicik

11.1K 635 29
                                    

Evening all..

Happy eid Mubarak 🙌🏼

Taqabbalallahu Minna Wa MinkumTaqabbal Ya Karim.

Happy reading~



Pemuda dengan kaos polos yang hanya di balut jaket itu berjalan di lorong rumah sakit dengan pandangan kosong, seperti seseorang yang kehilangan separuh dunianya. Ia merasa sendiri di tengah ramainya koridor rumah sakit. Mungkin ia memang tidak fokus pada apa yang ia lalui tapi kakinya melangkah dengan pasti menuju sebuah kamar VVIP yang berada di lantai lima.

Ia berhenti tepat di depan pintu ruangan. Tangannya terjulur untuk membuka pintu namun urung ia lakukan. Ada perasaan ragu yang begitu besar dalam hatinya. Saat ia tengah melamun bunyi knop pintu mengambil fokusnya, selang beberapa detik terlihat seorang pria paruh baya berjas rapi yang akan keluar dari ruangan, dan pemuda itu mengenalnya.

Raut pria paruh baya itu seketika berubah saat melihat kehadirannya.

"Ayah." ucapnya.

Bukannya membalas sapaan sang anak, pria yang di panggil ayah itu justru melemparkan sebuah pertanyaan yang begitu sakit untuk pemuda itu dengar.

"Ngapain kamu kesini?" pria itu berucap dengan datar dan memandangnya tak minat. Pemuda itu menatap pada manik mata sang ayah. Dapat ia lihat kekecewaan yang begitu besar tersimpan di matanya. Pemuda itu lantas menunduk.

"Maaf."

"Bukan itu jawaban atas pertanyaan saya." 

Pemuda itu semakin dalam menunduk seraya memejamkan mata erat. "El, mau jenguk Ara, Ayah." Pemuda itu Daniel, kakak kandung Kanara. Ia menunggu jawaban sang ayah namun setelah ia berucap beberapa menit yang lalu ia tidak juga mendengar jawabannya.

El mendongak, netranya bertabrakan langsung dengan netra legam yang sama seperti miliknya.

"Dia gak minta di jenguk sama kamu." 

Bagai luka yang di siram cuka. Hati El begitu perih, sakit mendengar ucapan ayahnya. "Tapi El kangen sama Ara, Yah." Mata Daniel mulai berkaca-kaca.

"Itu semua karena kesalahan kamu!" Aslan menekan semua kata yang keluar melalui lisannya.

"Maaf." Daniel menunduk, ia tidak berani melihat wajah ayahnya. Terlalu sakit.

"Andai kamu tidak ikut geng motor sialan itu, putri saya juga tidak akan tertarik untuk gabung. Dia tidak mungkin seperti ini, dan mungkin saja saat ini dia berada di samping saya!!" suara Aslan meninggi, membuat beberapa orang memusatkan perhatiannya pada mereka.

"Dengan kamu masuk kedalam geng motor saja sudah buat saya kecewa pada kamu, Daniel. Lalu kamu menarik putri saya masuk, saya benar-benar marah pada kamu. Tapi saya tidak bisa melarang putri saya, dan karena saya percaya kamu bisa menjadi kakak yang baik dan bisa menjaga putri saya! ternyata saya salah!!" bentak Aslan pada putra sulungnya.

Daniel menahan air matanya sekuat tenaga, tangannya mengepal sampai membuat buku-buku jarinya memutih, tubuhnya bergetar.

"KAMU PENYEBAB PUTRI SAYA KOMA!! KAMU MENYAKITI HATI SAYA, DANIEL."kali ini Daniel benar-benar tidak bisa menahan air matanya. Liquid bening itu meluruh begitu saja.

"M-maaf." dengan suara bergetar hanya kata maaf yang mampu ia ucapkan.

"APA DENGAN KATA MAAF ITU BISA MEMBUAT PUTRI SAYA BANGUN?! BUAT PUTRI SAYA BERADA DI SAMPING SAYA? KEMBALI KE PELUKAN SAYA?" Aslan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa di jawab Daniel. "Maaf kamu tidak bisa mengubah apapun."

KANAYA OR KANARADonde viven las historias. Descúbrelo ahora