11 || Titik koordinat

9.8K 650 30
                                    

Evening

Back to my story'

Enjoy for reading..



"Arkhh."

"HELENA!!"

Mendengar teriakan Farrel yang cukup nyaring. Arsenio, Bastian, Arditto dan Gibran langsung bergegas menuju lantai dua.

Gibran jelas melihat raut khawatir di wajah Arsenio.

Saat mereka memasuki kamar Kanaya, mereka di suguhkan pemandangan Helena yang menangis di pelukan Farrel dan Kanaya yang sibuk pada kucingnya.

"Hel, kamu kenapa?" Arsenio benar-benar panik melihat kekasihnya yang nampak kesakitan dengan air mata memenuhi wajahnya. Ia mengambil alih Helena dari Farrel.

"Sen hiks A-aya nendang aku hiks. P-padahal aku gak ngapa-ngapain." Jelasnya yang membuat Arsenio mengepalkan tangannya.

Ia melihat Kanaya yang mengelus sayang kucingnya, seakan tidak peduli dengan kehadiran mereka.

Baru saja Arsenio akan berdiri menghampiri Kanaya, ia sudah keduluan Farrel.

Kanaya tersentak kaget saat Farrel menarik lengannya untuk berdiri. Farrel menarik kasar kerah baju adiknya. Gibran cukup kaget melihat hal itu. Ia ingin membantu namun lebih dulu dihentikan Bastian.

"Lo, gak seharusnya ikut campur, Gib."

"LO APA-APAAN SI!! MIKIR GAK LO, LO BISA NYELAKAIN HELENA!!" Farrel mendorong-dorong kepala Kanaya menggunakan jari telunjuknya.

"Lo gak mikir? cara lo yang kek gini juga nyakitin orang lain."

Kanaya hanya menatap Farrel dengan wajah datar. Farrel begitu marah. Wajahnya memerah, urat-uratnya timbul.

"Gue gak pernah suka sama lo!! gue benci punya adik perempuan kek lo!! Gue harap lo MATI!!" Ia melepaskan cengkramannya pada kerah baju sang adik.

Kanaya tidak berekspresi apapun. "Cewek kasar kayak lo tuh gak pantes hidup!"

Bugh

Kanaya yang sudah jengah karena ucapan Farrel yang menusuk akhirnya memukul perutnya sampai terjatuh.

Brak

Farrel menabrak meja di belakangnya. "Gue muak sama lo." Ucap Kanaya dengan nada datar.

"Lo mau gue mati 'kan?" Kanaya terkekeh. "Tenang aja, gue udah mati. GUE MATI, GUE UDAH MATI FARREL! KANAYA ADIK LO UDAH MATI! SIALAN!" ucapnya membuat mereka terdiam.

"GUE GAK AKAN PERNAH NYERANG KALO GUE GAK DI SERANG." Kanaya berteriak, dia sudah terlalu lelah untuk terus di tuduh.

"Kalimat itu rasanya familiar, gue pernah denger."

"Bawa pergi dia dari sini sebelum dia habis di tangan gue!" Kanaya berucap penuh tekanan. Mereka buru-buru membawa Helena turun. Mereka merasakan aura permusuhan dari gadis itu.

Arsenio, Bastian dan Arditto sudah pergi membawa Helena, menyisakan Gibran di ambang pintu dan Farrel yang baru saja akan berjalan meninggalkannya.

"Kalo bisa gue pilih, gue gak akan pernah mau hadir di kelurga ini. Apalagi serumah bareng pengecut kek lo." Ucapnya membuat Farrel berhenti.

✯✯✯

"Ra, abang mohon, Ara bangun ya?" Seorang pemuda tengah duduk di samping brankar sang adik seraya mengecup lembut punggung tangannya.

KANAYA OR KANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang