25 || Sisi lembut

8.5K 425 5
                                    

Good evening guys

Enjoy for reading...



Arsenio tengah sarapan bersama keluarganya. Suasana yang biasa hangat itu entah hilang kemana, lenyap begitu saja.

Jika biasa Arsenio akan menjahili adiknya, kali ini anak itu terlihat tenang sampai membuat kedua orangtuanya merasa aneh.

"Arsen, sayang kamu kenapa?"

Arsen menatap wajah ibunya yang masih terlihat cantik walau sudah kepala tiga. Rasanya sakit menatap wajah dengan tatap teduh itu. "Hah? Arsen gakpapa kok."

"Tumben kamu diam saja, biasanya juga ribut." Tanya Edgar disela sarapannya.

Arsenio melirik Edgar dengan tajam. Ingatannya membawa kembali pada foto itu.

"Kenapa kamu menatap saya dengan tatapan seperti itu." Edgar mengerutkan dahinya.

Vellycia yang sedari tadi menyimak pun menoleh kearah kakaknya itu. Benar Arsenio menatap Ayahnya dengan tatapan yang tidak Cia pahami.

"Cia hari ini berangkat bareng kakak."

"Loh kenapa? Kan biasanya sama papa."

"Sayang kenapa?" Tanya Linda heran.

"Cia cepat selesaikan sarapannya." Arsenio mengabaikan pertanyaan Linda. Ia tidak tahu harus menjawab apa.

"Tapi kena-"

"Cia nurut sama kakak."

"Arsenio!"

"Sayang?"

Edgar menegur Arsenio yang meninggikan suaranya pada sang adik. Begitupun dengan Linda, ia dibuat bingung oleh sikap anak sulungnya.

Vellycia yang mendapat bentakan dari sang kakak tidak berani membatah.

"Maaf. Ma, Arsen sama Cia berangkat dulu." Edgar semakin tidak paham oleh sikap Arsenio yang mengabaikannya.

"Ma, Pa.. Cia berangkat dulu ya."

Di luar, Arsenio memukul tembok untuk menyalurkan emosinya yang ia pendam sejak semalam.

"Kak?" Panggil Cia takut saat melihat sisi lain dari Arsenio.

Arsenio berusaha menenangkan diri kemudian berbalik menghadap sang adik.

"Kenapa dek?" Tanyanya dengan senyum lembut.

"Kakak kenapa? Kakak baik-baik aja 'kan?"

Rasanya pertahanan Arsenio akan runtuh saat mendengar nada khawatir dari adiknya.

"Enggak Cia, kakak gak baik-baik aja setelah apa yang Kakak lihat."

"Kakak kok marah-marah gitu sih? Cerita ke Cia kak."

Arsenio mendekat pada sang adik, memegang kedua bahu adiknya dan menatap lembut kedua mata adiknya.

"Cia, kakak gakpapa kok. Sekarang kakak cuma mau Cia nurut sama kakak, ya?" Cia mengangguk. "Makasih udah mau dengerin kakak." Arsenio mempat-pat kepala Vellycia.

"Tuhan, jangan biarkan Mama apalagi Cia tau soal ini. Arsen mohon tuhan."

"Sekarang kita berangkat ya. Sini kakak pasangkan helmnya."

"Tuhan, apapun yang terjadi sama kak Arsen, tolong jaga dia, Tuhan. Cia gak mau kakak kenapa-napa." Cia menatap wajah Arsenio yang fokus memakainya helm.

KANAYA OR KANARAWhere stories live. Discover now