4. Thank you Mom

18.9K 1.1K 12
                                    

Matahari sudah bertengger tepat lurus diatas kepala, begitu terik mengejar panas. Mungkin menyiksa bagi sebagian manusia yang bekerja keras diluaran sana, memaksakan tenaga agar tak kelaparan.

Beruntuhlah bagi kita yang hidup diatas naungan uang melebih, dengan kasih yang berlebih.

Seperti dalam mansion ini, setelah tangis Rafa yang tiada henti akibat peristiwa tadi pagi. Anak itu sekarang tengah menanti datangnya teman sejati.

Meski mengenal bisa dinilai hari, tapi ikatan hati mereka tak bisa diremehi. Terimakasih untuk Dimas telah mengenalkannya kebahagian, telah mengembalikan Ia pada tempat seharusnya.

"Abang...kata Daddy Dimas akan kesini, mana??!!"

"Sebentar Ael, tunggu saja"

Setelah tangisan yang tak kunjung reda tadi, Jonathan lakukan seribu cara agar tangis sang adik berhenti. Dan dari semua bujukan dan rayuan, Rafa nampak tertarik dengan sebuah cerita.

Cerita perihal sosok Ibu yang melahirkan mereka, berjuang diatas segalanya hanya demi seorang anak yang ingin melihat dunia. Bagaimana sang Ibu—Arini memberi kasih atas nama keluarga.

Jonathan yang terus berusaha mengajak adiknya bercerita, padahal untuk sekedar mengerti saja Rafa sulit pada usianya. Bagaimana sang Mommy dan Daddy bersorak riang saat pertama kali kata 'Mmy' terucap pada bibir mungil Rafa.

Dan disaat dirinya begitu sulit mengucap namanya, hingga sang Mommy memberikan cara lain dengan 'Ael' sebagai cara lain.

Semua tentang Arini begitu indah dan menyenangkan, namun tak ayal orang yang begitu ditatap layaknya keajaiban kini telah bersama Tuhan.

Rafa memutuskan panggilan 'Ael' sebagai bentuk cintanya pada sang Ibunda, Ia berharap Arini melihatnya dari sana. Dan terimakasih atas cintanya.

Ah, sekarang saatnya untuk Rafa mengejar bahagianya. Disana mobil hitam mewah terlihat memasuki gerbang mansion.

Pintu belakang kemudi dibuka, kaki kecil dengan sepatu mahal itu berlari kearah Rafa. "RAFARAEEEELLL!!!!!"

Itu Dimas, dan jangan lupakan sosok sang Papa—Bagas. Semalam setelah Bagas menceritakan semuanya perihal siapakah sosok Rafa, Dimas begitu senang.

Senang sang teman menemukan keluarganya, Ya...walaupun ternyata keluarganya ialah orang yang menyeramkan menurut Dimas. Tapi tak apa, kata sang Papa, Aldi adalah sosok ayah yang hebat.

Mereka berdua memilih rengkuhan bersama sebagai tanda selamat, dengan Dimas yang sedikit menggoyangkan kekanan dan kekiri, membuat tubuh Rafa mengikuti.

"Daddy didalam Pa" ujar Jonathan. Ia tau bahwa kedatangan Bagas kemari bukan hanya menyambut kebahagiaan keluarga-Nya, tapi juga mengurus sesuatu bersama sang Daddy.

"Dimaaass ayo ke kamarku," ujar Rafa senang.

Dua langkah kaki itu berjalan kearah lift untuk menuju lantai kamar Rafa. Ruangan dengan nuansa biru terang dan pernak pernik bayi, tak lupa juga dengan sebuah ranjang namun dengan model seperti box bayi.

Tawa Dimas seketika menggelegar melihat kamar Rafa, bagaimana bisa anak dengan usia 16 tahun memiliki kamar seperti anak pada usia 1 tahun.

Rafa mencebik kesal, Ia tau Dimas pasti sedang menghina kamarnya.

"HAHAHAHA Kamar Lo kayak bayi banget Raf, Hahahahah"

"Ih gak usah ngatain ya!! Kata Daddy tuh ini kamar Gue waktu kecil, jadi belum di renov" sangkal Rafa dengan bibir mencebik maju.

"HAHAHAHA Rafa si bocil, Rafa si bocil" ejek Dimas.

"DIMASS!!!"

-----

RAFARAEL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang