23. Happy Ael, Happy Dimas

4.1K 361 0
                                    

"Lama banget sih" gerutu Rafa yang baru saja melihat kedatangan temannya itu, padahal waktu yang mereka sepekati telah lewat 1 jam.

"Ya mangap, Papa lagi rewel banget tuh." Adunya pada Rafa dengan lirikan mengarah pada Bagas dibelakang.

Rafa terkikik pelan, sedangkan Aldi yang melihat bagaimana raut menyedihkan Bagas hanya mendecih malas. Alay, batin Aldi.

"Sudah Papa, Dimas aman disini. Papa kerja sana Ish" usir Dimas pada Bagas. Pasalnya ayah anak satu itu benar-benar cerewet hari ini, sampai hanya bermain kemansion Rafa saja harus diantarkan sediri olehnya.

"Iya, iyaaa. Papa pulang, tetap bermain disini dan jangan nakal." Titah Bagas.

"Titip putraku Al." Aldi mendengus sebagai jawaban.

"Kau kira aku tak sibuk, lagipula ada Jonathan dan Toni. Tak usah meragukanku seperti itu," balas Aldi ketus.

"Tidak usah sombong, aku hanya merasa tak nyaman saja." tak mau kalah Bagas.

"kau mere-"

"Sudahhhh Daddyyyyyy" potong Rafa cepat sebelum kedua pria dewasa didepannya ini berdebat lebih panjang. Dirinya dan Dimas hanya ingin bermain, mengapa malah melihat kedua orang itu bertengkar. Oh Ayolah.

"Hehehe, maafkan Daddy sayang. Kemari," Rafa lantas mendekat kearah sang Ayah.

Aldi lantas mensejajarkan tubuhnya pada Rafa, memeluk sebentar tubuh kecil putranya sebelum memberi kecupan sayang pada kening Rafa.

Cup

"Daddy berangkat ya? bermain dengan Dimas. Ada Abang didalam, tetap dalam pengawasan Toni ya sayang?" pinta Aldi lembut pada Rafa.

Rafa yang mendapat perlakuan halus dari Aldi lagi-lagi merasa hangat. Meski ini selalu menjadi kebiasaan Aldi setiap akan berangkat pergi, tapi tak ada hentinya Rafa mengucapkan syukur.

Dan setiap punggung sang Ayah mulai tak terlihat dari netranya, batin kecil itu selalu mengucap-

"Tetap selamat dan tetap disisi Ael, Daddyku sayang"

Mungkin setiap orang mengira kalimat itu hanya hal biasa dan pasaran, tapi ingatlah ada makna mendalam dalam setiap pintanya. 'Tetap selamat' dengan dijauhi dari setiap celaka yang akan datang, dan 'tetap disi Ael' sebagai rasa harapan untuk mereka tetap bersama.

Meski si kecil yang masih tak bisa merangkai kata indah, menjadi sebuah puisi yang sempurna, atau bahkan sebuah lagu dengan makna luar biasa. Tapi rasa cinta dan kasih yang Ia harapkan sungguh ingin tersemogakan.

-----

"Rafa ini tempatnya perasaan kemaren gak ada deh," tutur Dimas bertanya-tanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Rafa ini tempatnya perasaan kemaren gak ada deh," tutur Dimas bertanya-tanya. Pasalnya memang benar, terakhir kali dirinya kesini tidak ada halaman dengan tembok pepohonan seperti ini. Seingatnya malah hamparan rumput yang sangat luas.

"Ohhhhh...ini dibuatin Daddy baru, katanya halaman khusus buat main sapi." Terang Rafa antusias.

Memang Aldi meminta Andrew untuk membuatkannya halaman sederhana untuk putra bungsunya itu bermain, mengingat jika anak itu bermain terlalu jauh dan pengawasan yang lelah.

Untung saja dalam beberapa hari halaman sederhana yang diminta Aldi tuntas, kerja Andrew memang memuaskan. Maka sekarang bisa dikatakan bahwa halaman ini adalah khusus milik Rafa semata.

"Owhhh, tapi gak ada pohon kemaren...." cicit Dimas diakhir kalimat.

"Ih gamau ah! Daddy marah tauk!!"

"Iya sihh...Om Aldi emang ngeri sumpah. Eh tapi, Lo gak dihukum kan Raf?" tanya Bagas.

"Dihukum si enggak, tapi Daddy kecewa. Gamau lagi ah, nyesel banget." terang Rafa mengingat kemaran Ayahnya yang bahkan menyentuhmya saja segan.

"Iya deh, Papa kemaren juga ngomel sih...tapi issoke lah, aman. Sekarang mana sapimu?"

"Masi diambilin Om Toni, tunggu."

Beberapa waktu lalu Rafa sempat meminta Toni untuk membawakan sapinya, agar dirinya dan Dimas dapat bermain. Hingga pekikan gemas dari hewan berwarna coklat dengan tubuh kecil itu terdengar, bersamaan dengan Toni yang memegang tali pengikat dengan hati-hati.

"Sepiiiiiiii" pekik Dimas. Kedua anak laki-laki itu berlari mendekat pada hewan disamping Toni.

Rafa dengan segera mengambil alih tali pada genggaman Toni dan membawanya ketengah halaman. Keduanya saat ini tengah bercanda bersama sesekali saling melempar candaan bahkan usilan.

"Dia kok gak gede-gede ya Raf?"

"Ya gak mungkin secepet itu lah! baru kemaren dibeliin udah minta gede aja." kesal Rafa mendengar pertanyaan Dimas. Enak saja sapinya dinilai jelek, ini sapi paling lucu ya! apalagi mintanya butuu effort.

"Hehehe," Dimas hanya meringis sebagai jawaban.

"Lagian gamau gede Ah, nanti jelek terus galucu lagi." tutur Rafa dengan membelai lembut bulu halus hewan didepannya.

"Iya sih, kalo gede jelek banget kayak sapi yang di youtube-youtube." jawab Dimas. Sudah jelas bisa menggambarkan bukan? bagaimana history tontonan Dimas pada Youtubenya.

"Jelek kayak yang nonton."

"Jelekan yang barusan ngomong dong."

"Lahh? Elu dong?!" Dimas yang geram akhirnya meremas gemas wajah Rafa.

"HEI!!!"

Aksi yang dimulai Dimas kini tengah menjadi kegiatan saling membalas antar dua anak itu. Saling mengejar, membalas, bahkan meremas lebih keras muka satu sama lain.

Toni dengan satu bodyguard milik Dimas hanya terkekeh gemas melihat Tuan Muda mereka sangat bahagia. Meski yang dilakukan mereka sangat kekanakan tapi tak ayal itulah yang menjadikan mereka lebih dekat.

"Dimas SINI LU!!!" kejar Rafa berlari mendekati Dimas, hingga keduanya kini berlarian didalam mansion.

"Gamau Wlee-"

Dug

Brukk

Dimas yang didepan mendadak terjatuh dengan tubuh Rafa diatasnya. Kedua anak itu sempat terdiam hingga pekikan keduanya membuat masing-masing bodyguard berlari kearahnya.

"HUWAAAAAAAAA"

-----

TBC

RAFARAEL [END]Where stories live. Discover now