6. Alcohol

13.5K 948 5
                                    

Aldi kini duduk dikursi kebesarannya, tubuhnya ia istirahatkan selepas pertemuannya bersama Clien. Dering ponsel dari ujung ruangan terdengar, itu milik Bodyguardnya—Andrew.

Melihat raut terkejut pada mimik wajah Andrew, membuat Aldi mengernyitkan alis.

"Maaf Tuan, ada masalah dengan Tuan kecil." Mendengar penuturan Andrew, Aldi lantas terpekik panik. Dengan tergesa Ia meninggalkan kantor, mengikuti intruksi Andrew tentang keberadaan sang Putra.

Perjalanan terasa sangat mencekam, Andrew dibalik kemudi tengah was-was. Siapa yang berani mengusik anak dari bosnya itu, bukankah kematiannya akan semakin mendekat.

Gedung besar terlihat didepan, netra Aldi juga mengenali sebuah mobil mewah yang terparkir disana. Itu adalah mobil pengawal pribadi Rafa.

"Dimana? cepat" tegas Aldi, melihat Andrew melangkah pelan.

Langkah keduanya begitu ringan, aura kemarahan terpancar jelas pada sosok di belakang Andrew. Paham akan intruksi Andrew bahwa putranya didalam sana, tanpa permisi Aldi mendorong keras pintu bertulis 'Ruang Ganti' itu.

Kepalanya Ia bawa kesana kemari mencari sang Putra, hingga berhenti pada Rafa yang tengah bersandar pada dada Toni.

Penampilan putranya terlihat acak acakan, dengan mata sayu dan sedikit air mata pada ujung kelopaknya. Dengan cepat Ia membawa Rafa dalam gendongan.

"Toni, cari!" Toni yang dimaksud pun mengangguk paham.

Aldi membawa tubuh putranya pada kursi penumpang, mendudukannya pada pangkuan. Setelahnya Andrew membawa kuda hitam itu melesat pergi.

"Daddy...S-sapi..."

Oh ayolah tidak sekarang, mengapa anaknya ini sekarang merancau, terlebih lagi perihal sapi.

"Tidak sekarang El"

Aldi terus menerus mengusap sayang pada pucuk kepala sang anak, tak lupa sesekali memberikan kecupan pada pelipis Rafa.

"Hikss...Daddy...sa-sakit" rengek Rafa.

"Apanya yang sakit Ael sayang, dimana?" tanya Aldi selembut mungkin, peluh kini membasahi tubuh anak itu.

"Hiks..semua Daddy....takut...." isak tangis Rafa semakin jelas, tubuhnya sungguh sakit. Bayang-bayang situasi kakak kelas yang mencengkramnya tadi sungguh membuatnya ketakutan.

"Hei, tak usah takut. Daddy dis-"

Belum sempat Aldi menyelesaikan kalimatnya, tubuh Rafa tiba-tiba melemas, bersamaan dengan kesadarannya yang hilang.

"Hei..Hei...Ael sayang...sayang" ucap Aldi seraya menepuk pelan pipi Rafa, berharap putranya tak kehilangan kesadarannya.

"Oh shit, LEBIH CEPATLAH!"

Mendengar gertakan pada sang Tuan, Andrew dengan segera menambah kecepatan mobilnya.

"Dan hubungi Bagas, cepat"

-----

"Ada apa dengannya? bagaimana bisa sampai seperti ini?" tanya Bagas.

Selepas mendapatkan telpon bahwa anak dari sahabatnya itu tengah membutuhkannya, secepat kilat dirinya datang dengan berbagai alat medis.

Toni yang berada disana seraya menceritakan peristiwanya. Tangan Aldi mengepal kuat, bagaimana bisa ada yang berani macam macam dengan putranya.

Satu tendangan mendarat pada tulang kering Toni, siapa lagi jika bukan dari Aldi.

"Kau bodoh! tugasmu adalah menjaganya. Kalau tak becus lebih baik kau pergi" marah Aldi.

RAFARAEL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang