'3-2±

2.5K 191 13
                                    

Happy Reading...








Ava yang melihat Gara terluka semakin panik, dan malah termangu di tempatnya.

"Cepat pergi!"bentak Gara.

Dugh...

Dugh...

Bugh...

Sret...

Sret...

Gara terus membabi buta musuh di depannya, ia tak memberi kesempatan untuk lawannya. Hingga kini pria itu sudah terbaring lemah tak berdaya. Gara yang sudah merasa puas pun, menarik cepat Ava yang sedang terjongkok sembari menutup kedua telinganya.

Mereka berdua turun melewati undakan tangga dengan cepat, jika saja Gara tak mencekal lengan Ava mungkin saja Ava bisa terjatuh.

Saat sudah di ujung tangga terakhir, Gara membawa langkahnya menuju pintu belakang. Disana sudah ada sebuah mobil sport hitam, Gara segera membawa Ava masuk kemudian menginjak pedal gas dengan cepat.

Mobil melaju dengan cepat meninggalkan mansion mewah itu. Ava yang hanya bisa diam tanpa bisa melawan, ia sadar kekuatan yang ia miliki tak cukup untuk melawan Gara.

Suasana mobil yang hening di tambah semilir angin menerpa wajah Ava, membuatnya mengantuk dan tanpa sadar ia sudah tertidur pulas. Gara melirik kesamping, ia merasa tak tega melihat Ava yang sepertinya lelah, dikedua pipinya masih terdapat air kering bekas air mata.

Gara sudah membuat keputusan, ia akan pergi kesuatu tempat yang lebih aman untuk membawa Ava. Dunia miliknya masih belum aman untuk Ava, untuk membuat ava nyaman berada di dekatnya ia harus menyelesaikan dahulu semua masalahnya.

"Maaf."ucap Gara lirih.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, mobil ferarri hitam tersebut memasuki kawasan pesantren. Mobil tersebut melaju pelan melewati para santri yang sedang beraktivitas.

Para santri yang melihat mobil impian pun saling berbisik. 'sholawat in aja dulu, nanti bisa ke beli. Aamiin...'

Gara yang melihat Ava masih tertidur pulas pun tak tega untuk membangunkan. Jika ia langsung membawa Ava, pasti ia yang akan dimarahi oleh seseorang.

Dengan sangat pelan Gara membuka pintu dan keluar dari mobil, ia berjalan menuju ndalem.

Tok... Tok...

Gara mengetuk pintu, tak lama kemudian pintu terbuka menampilkan sosok pria tua.

Bugh...

"Kenapa kamu bembawa putriku!"ucap Abah setelah memukul wajah Gara.

Gara yang tiba-tiba mendapat pukulan pun tak bisa menyeimbangkan tubuhnya, dan mundur beberapa langkah.

Gara mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan sedikit darah. "Maaf Abah, saat itu putrimu dalam bahaya,"jawab Gara.

"Sudah lama tak bertemu denganmu, kenapa kau menjadi berandal seperti ini!"ucap Abah melihat penampilan Gara.

Gara hanya terdiam tak menjawab pertanyaan abah. "Abah, bagaimana jika aku menyukai seorang wanita?"tanya Gara tiba-tiba.

"Jadikan dia milikmu dengan melamarnya."jawab Abah.

"Baik, aku akan datang kembali untuk melamar putrimu. Jaga dia, aku akan kembali setelah menyelesaikan urusanku."ucap Gara.

Ucapan Gara sontak mengejutkan abah, bagaimana bisa putrinya akan dilamar oleh pria berandal di hadapannya ini.

"Aku tak sembarang menerima lamaran untuk putri kesayanganku,"ucap Abah penuh penekanan.

PSYCOPATH  INSAF (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang