50,2 -0,:0,4

2.6K 144 5
                                    

Happy Reading...










"Ikat mereka berdua, jangan biarkan mereka berdua lepas. Mereka harus mati ditanganku."ucap pria itu tersenyum miring.

"Baik."balas si perempuan.

"Dasar bodoh! Percaya saja dengan tipu dayaku, ternyata sangat mudah membawamu dalam perangkapku."gumam pria itu menertawakan nasib musuhnya.

"Aku tak sabar menunggu hari esok! Hahaha..."pria itu tertawa jahat.

–o00o–

Keesokan harinya, Gara terbangun oleh sinar matahari yang menembus jendela. Saat terbangun tubuhnya sudah diikat kuat di sebuah kursi, sedangkan Ava berada di bawah lantai dengan tubuh diikat pada tiang kasur.

Gara mencoba melepaskan ikatan yang melilit kuat tangannya, namun tetap saja tak bisa dibuka. Gara menggeser kursinya mendekat ke arah Ava.

"Ava!"panggil Gara memastikan keadaan istrinya.

"Ava! Bangun, hey."ucap Gara.

Ava terusik dan perlahan membuka matanya, ia terkejut ketika merasakan tubuhnya diikat kuat pada tiang kasur.

"Mas!"ucap Ava sedikit panik.

"Aku disini, jangan menangis,"ucap Gara mencoba menenangkan Ava.

"Mas, kenapa kita diikat seperti ini?"tanya Ava.

"Kita telah masuk kedalam jebakan, kamu jangan takut. Apa pun yang terjadi, aku akan selalu melindungimu."jelas Gara.

Ava sudah mengeluarkan air matanya, mendengar penjelasan Gara bukannya tenang hatinya malah merasa sangat gelisah.

"Sudah jangan menangis,"ucap Gara tak tega melihat keadaan Ava.

Brak...

Pintu kamar didorong dengan kasar, seorang pria dan wanita masuk. Gara yang melihat wajah pria itu pun langsung mengeraskan rahangnya, di matanya terpancar kilatan amarah.

"Hallo tuan Garaka Guamancapac,"ucap pria itu tertawa.

"Masih mengingatku?"lanjutnya.

Gara membuang mukanya, ia sangat muak melihat bedebah itu.

"Wah, wah. Disaat genting pun kau masih bersifat sombong!"ucap pria itu.

"Ras, urus Perempuan itu!"ucap pria itu dibalas anggukan oleh Laras.

Plak...

Plak...

Kedua pipi Ava ditampar keras, jiplakan tangan berwarna merah sangat jelas dikedua pipinya. Amarah Gara langsung memuncak, ia tak terima melihat istrinya ditampar seperti itu.

"Beraninya kamu menampar istriku!"teriak Gara.

Plak...

Laras kembali menampar pipi Ava lebih keras, sudut bibir Ava sudah sedikit robek darah segar sudah mengalir. Hati Gara berdenyut sakit mendengar isakan Ava yang seakan menyayat-nyayat hatinya.

"Lepaskan!!"teriak Gara.

Bugh...

Bugh...

Kali ini Gara yang mendapat pukulan dari pria itu, Gara hanya menanggapinya dengan senyuman—seperti seringaian penuh makna.

Bugh...

Bugh...

Gara kembali mendapat pukulan bertubi-tubi, seluruh wajahnya sudah dipenuhi luka, Ava yang melihat nya menjerit.

PSYCOPATH  INSAF (END)Where stories live. Discover now