'=23

2.2K 167 17
                                    

Happy Reading...








Tubuh Gara sudah ambruk di lantai, tenaganya sudah terkuras habis. Ia sudah kehilangan kesadarannya dengan tubuh penuh luka.

Keadaan tubuh pamannya jauh lebih parah, kesadarannya pun semakin menipis. Nafasnya mulai tersendat-sendat. Ia mencoba membangkitkan tubuhnya, tangannya  berusaha meraih sebuah senjata tajam yang berada di sampingnya.

Ia mencoba mendekat pada tubuh tak berdaya Gara, saat hendak melayangkan tangannya ke atas dengan susah payah, tubuhnya sudah tak kuat dan akhirnya kembali ambruk tak sadarkan diri.

Hari sudah semakin larut, namun belum ada orang yang datang menyelamatkan mereka.

Suatu keajaiban saat Gara membuka matanya perlahan, mengumpulkan kesadarannya.

Gara meringis merasakan sakit pada sekujur tubuhnya. Ia berusaha menahan pening dikepalanya, Gara segera bangun dan berjalan keluar dengan sempoyongan.

Gara menghampiri mobil hitamnya, saat membuka pintu tubuhnya kembali ambruk. Ia kembali menegakkan tubuhnya dan duduk di kursi kemudi. Beberapa kali Gara menepuk pelan kepalanya berharap rasa pusing dikepalanya hilang.

Setelah merasa lebih baik, Gara mengemudikan mobilnya dengan perlahan. Selama perjalanan mobil yang Gara kendarai hampir saja menabrak pembatas jalan.

Langit berwarna hitam tanpa bintang, hanya ada cahaya remang rembulan yang menemani. Gumpalan awan itu seakan sudah tak kuat menampung hingga akhirnya air hujan jatuh membasahi jalanan.

Jalanan menjadi licin, kesadaran Gara yang hampir diujung batas membuat mobil itu sedikit kehilangan kendali.

Didepan jalanan terdapat belokan, suara decitan rem begitu nyaring. Jalanan yang sepi membuat Gara leluasa menyetir dengan kondisi yang cukup prihatin.

Mobil hitam itu kini sudah memasuki kawasan pesantren, pikirannya sudah tak karuan. Gara nekat pergi ke pesantren walaupun nanti nya akan mendapatkan usiran.

Saat membuka pintu mobil, air hujan langsung membasahi tubuhnya. Darah yang keluar dari tubuhnya tersapu oleh air hujan. Gara menerobos masuk sampai tiba di pintu ia terdiam sejenak.

Tok...

Tok...

Tok...

Tiga kali Gara mengetuk pintu, namun belum ada yang membukakan pintu untuknya. Kesadaran gara semakin menipis, tubuhnya sudah tak bertenaga, darah yang sedari tadi terus mengalir, bibirnya sudah begitu pucat.

Brukk...

Gara jatuh tak sadarkan diri di depan pintu. Mendengar suara bising, Abah pun keluar memastikan. Saat membuka pintu Abah sudah menemukan tubuh Gara yang terbaring tak sadarkan diri.

"Astaghfirullah..."teriak Abah.

Teriakan Abah membuat Umi keluar. "Astaghfirullah Abah, siapa dia?"tanya Umi.

Abah membawa tubuh Gara kedalam dan membaringkan di kursi ruang tamu.

"Abah, apa sebaiknya kita lapor polisi saja?"tanya Umi takut saat ada seorang laki-laki dengan penampilan seperti berandal penuh luka datang kerumahnya di malam hari.

"Abah mengenalnya Umi, tolong hubungi dokter keluarga saja. Dia terluka parah,"ucap Abah.

"Baik, Umi hubungi."ucap Umi.

Umi beranjak mengambil ponsel untuk menghubungi dokter yang biasa memeriksa.

Sesudah menghubungi dokter, Umi mengetuk kamar Ava.

PSYCOPATH  INSAF (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora