:132. 6':28

2.1K 164 25
                                    

Happy Reading...








Ava tak terima sebenarnya jika suaminya dijelek-jelekkan apalagi seperti direndahkan. Ava ingin menjaga nama baik suaminya, ia harus bisa menjaga martabat suaminya.

"Saya ragu dia mencintai kamu, atau jangan jangan dia berniat mencelakakan kamu,"ucap Bude.

"Bude tenang aja, Abah nggak mungkin menerima lamaran dari orang jahat,"ucap Ava.

"Kamu kalo di nasehatin nggak ngerti ngerti!"ucap Bude.

"Aku tahu kok maksud bude, tapi suami aku nggak seperti yang bude pikirkan."ucap Ava dengan tenang tak terbawa emosi.

Sedangkan keluarga yang berada disana hanya menyimak, tak ada yang ikut menimpali. Kebetulan Umi sedang di dapur menyiapkan minuman.

"Kamu dikasih mahar besar banget, itu kamu yang minta? matre juga ya kamu?"sarkas Bude.

"Bude!"ucap sepupu Ava yang berada di samping Ava.

Ucapan Bude semakin kesini semakin menyakitkan. Ava sampai meneteskan air matanya, hatinya sakit mendengar ucapan budenya yang seperti merendahkannya.

"Saya memberi mahar yang fantastis atas dasar keinginan saya, Ava pantas mendapatkannya. Bahkan jika seluruh harta yang saya miliki untuk dijadikan sebagai mahar pun saya rasa tak cukup. Karena Ava tak bernilai, ava sangat berarti bagi saya."ucap Gara tiba-tiba mengejutkan semua orang.

Gara mendekat kearah kursi yang diduduki Ava kemudian menjongkokkan tubuhnya dihadapan Ava, gara menghapus air mata yang mengalir di pipi Ava.

"Saya tidak suka dengan perkataan anda, saya tidak suka kepada orang yang berani membuat Ava menangis!"ucap Gara penuh penekanan.

Gara menggenggam tangan Ava dan meremasnya pelan mencoba menenangkan Ava.

Umi yang mendengar sedikit kegaduhan pun menghampiri ruang tamu. Ia sangat khawatir ketika melihat Ava yang tengah menangis.

"Ada apa ini?"tanya Umi.

"Ucapan Bude keterlaluan Umi, tanya saja pada Bude,"ucap sepupu Ava yang sedari tadi gemas ingin menjawab pertanyaan Budenya itu.

"Aku hanya berbicara fakta tidak berniat menyakiti, Avanya saja yang apa apa selalu dimasukan ke hati."ucap Bude mencoba mencari pembenaran.

"Sudah-sudah, Gara bawa Ava ke kamar saja,"ucap Umi yang melihat Ava tak berhenti menangis.

Tanpa kata Gara langsung menggendong Ava ala bridal style, Ava pun mengalungkan tangannya pada leher Gara takut terjatuh.

Gara menendang pintu kamar hingga terbuka menciptakan bunyi yang cukup keras. Ava yang takut melihat rahang Gara yang semakin mengeras, Ava kembali menangis.

Brakk...

Setelah masuk Gara kembali menendang pintu kamar hingga tertutup. Gara mendudukkan tubuhnya di ujung kasur dengan tubuh ava yang masih berada dalam gendongannya.

Ava masih menangis, Gara yang melihatnya pun mencoba menenangkan dirinya menghilangkan emosi yang tadi menguasainya. Setelah menormalkan kembali raut wajahnya, Gara memegang kedua sisi kepala Ava dan menatapnya.

"Udah ya, jangan nangis lagi,"ucap Gara menenangkan sembari menghapus air mata di pipi Ava dengan kedua ibu jarinya.

"Apa perlu aku kesana lagi menemui Budemu?"tanya Gara.

Sontak saja Ava segera menggelengkan kepalanya tanda tak setuju. Ava tak ingin membesarkan masalah, ia hanya ingin hidup tenang.

"Ya udah berhenti nangisnya baby,"ucap Gara dengan suara rendahnya.

PSYCOPATH  INSAF (END)Where stories live. Discover now