8'-0,:0,4

1.9K 152 16
                                    

Happy Reading...








Semakin hari ilmu agama yang Gara pelajari semakin dalam, ia mampu mempelajari itu semua dalam waktu singkat.

Langit gelap bertabur bintang menemani satu keluarga yang sedang duduk di ruang tamu, beserta satu orang asing yang sedang mencoba masuk kedalam anggota keluarga.

Keadaan menjadi hening, jantung berdebar lebih kencang, ini adalah malam dimana Abah akan memberi keputusan.

Ava yang sudah tahu dengan lamaran yang Gara ajukan pada Abah, tak mampu menolak jika memang Abahnya yang meminta.

Namun, Ava tak mengetahui perihal syarat yang harus Gara lakukan untuk bisa menikahi dirinya, yang ia tahu hanya Gara yang meminta dirinya untuk menjadi istrinya kepada abahnya.

Sedangkan Umi hanya diam dengan raut muka yang tak bisa dijabarkan. Saat mengetahui putri kesayangannya dipinang oleh pria berpenampilan berandal tersebut langsung menolak, ia tak ingin jika suatu saat nanti kehidupan putrinya akan menderita. Bagaimanapun seorang ibu pasti ingin yang paling terbaik untuk anaknya.

"Jadi bagaimana Abah?"tanya Gara memecah keheningan.

"Saya sudah membuktikan bahwa saya benar-benar serius dengan lamaran saya,"lanjut Gara.

"Jangan senang dulu, masih ada satu hal yang harus kamu lakukan,"jawab Abah.

Ava yang mendengar obrolan antara Abah dan pria yang berada di depannya pun sontak mengerutkan dahinya bingung, ia tak mengerti dengan maksud dari obrolan mereka.

"Baiklah, saya akan pergi kesana. Saya akan pastikan akan kembali dalam waktu singkat. Selama saya berada disana, Abah berjanji tidak akan menikahkan Ava dengan pria manapun."jelas Gara.

"Saya tidak bisa berjanji,"ucap Abah.

"Ijinkan saya berbicara berdua dengan Ava,"ucap Gara.

Abah pun menginjinkan dengan syarat Gara harus duduk berjarak. Setelah itu Gara mengajak Umi untuk pergi dari ruang tamu.

Kini di ruang tamu hanya ada Gara dan Ava yang duduk dengan jarak yang tak terlalu dekat. Ava hanya diam menunggu Gara untuk memulai, Gara yang melihat Ava yang sedang duduk menunduk pun merasa tak tahan untuk segera menikahinya. Mengangkat kepala itu hingga mendongak, Gara ingin puas melihat mata Ava. Ia tak ingin Ava selalu menunduk di hadapannya.

"Aku akan pergi sebentar, bisa kah kamu menungguku?"tanya Gara.

"Aku janji setelah kepulanganku, aku akan langsung menikahimu. Bisakah kamu menungguku pulang?"lanjut Gara.

"memangnya mau pergi kemana?"tanya Ava.

"Mesir. Aku akan melanjutkan pendidikan di Mesir,"jawab Gara.

"Baiklah,"putus Ava.

Bagi Ava ini adalah yang pertama kali, ada seorang pria yang berani memintanya pada Abah. Selama ini banyak pria yang hanya bicara mengungkapkan rasa sukanya, namun mereka tak berani meminta langsung pada Abahnya.

"Aku sangat mencintaimu, tunggu aku kembali akan kupastikan kamu menjadi milikku selamanya,"ucap Gara membuat jantung Ava berdetak kencang.

–o00o–

Sejak malam itu, Ava tak pernah melihat lagi keberadaan Gara di pesantren. Kehidupan Ava kembali berpusat pada kegiatan di pesantren.

Ava sedang berada di kamarnya, setelah selesai mengaji. Ia duduk diatas ranjang, sembari membaca sebuah buku novel.

PSYCOPATH  INSAF (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang