±0,70,4

2.1K 151 4
                                    

Happy Reading...










Saat membuka matanya Gara sudah berada di suatu tempat sunyi dengan begitu banyak pepohonan. Ia terlihat bingung, ketika melangkahkan kakinya berharap menemukan seseorang.

Gara sudah berjalan puluhan kilometer namun masih tak menemukan satu orang pun. Ia sudah berteriak beberapa kali, namun tetap tak mendapat sahutan. Sejauh apapun ia berjalan Gara seperti tak menemukan ujungnya.

Gara yang sudah merasa lelah pun menjatuhkan tubuhnya diatas rerumputan. Ia berpikir apakah dirinya sudah hidup dalam dunia lain. Jika memang ia sudah hidup di alam lain, kemana perginya orang-orang, kenapa ia hanya sendirian.

Tes...

Sebuah air mata menetes membasahi pipi Gara.

"Apakah aku sudah tak memiliki kesempatan untuk bertaubat, apa tuhan semarah itu padaku,"ucap Gara menyesal.

Sebuah cahaya datang menyilaukan pandangan Gara, ia berusaha melihat ke arah datangnya cahaya. Disana sudah ada kedua sosok orang tuanya sedang tersenyum.

"Ayah, bunda,"panggil Gara dengan suara lirih.

"Aku rindu pada kalian,"lanjut Gara sembari meneteskan air matanya haru.

"Kami juga merindukanmu nak,"balas kedua orang tua Gara tersenyum lebar.

"Ayah, bunda, aku ingin ikut bersama kalian. Disini begitu sepi, aku takut,"ucap Gara.

"Perjalananmu masih panjang nak, bertaubatlah kepada Allah, mintalah ampunan atas segala perbuatan salahmu. Ayah dan bunda selalu menyayangimu, kembalilah kejalan yang benar, hapus segala dendam yang ada pada dirimu. Sudah waktunya kami pergi."ucap kedua orang tuanya"

"Ayah, bunda, jangan tinggalkan aku,"teriak Gara saat melihat sosok kedua orang tua nya semakin hilang dari pandangannya.

"Ayah, bunda!"teriak Gara.

Gara terbangun dari tidurnya, nafasnya sudah memburu seolah ia dikejar sesuatu. Gara mengusap pipinya yang dibasahi cairan bening.

Ia masih mengatur detak jantungnya, apakah ini adalah sebuah hidayah untuknya. Ia mendapatkan sebuah hidayah melalui mimpinya.

Netranya melirik kearah sebuah jam yang menempel pada dinding kamar sudah menunjukan pukul dua dini hari. Saat melihat kearah nakas, sudah ada baju koko serta sarung untuk perlengkapan salat.

Gara pun beranjak dari kasur dan melangkah kan kakinya menuju kamar mandi. Setelah membersihkan tubuhnya, kini ia sudah siap dengan memakai baju koko dan sarung tak lupa memakai pecinya.

Gara menggelar sebuah sajadah, ia berniat untuk melakukan salat taubat. Gara memanjatkan doanya, ia meminta ampunan atas segala dosa yang selama ini ia perbuat pada sang pencipta.

Gara berdoa dengan khusu, ia sangat menyesal. Sebagai seorang hamba yang tak taat menjalani perintahnya. Air mata sudah menetes membasahi kedua pipi Gara.

Begitu lama berdoa meminta ampunan, tak terasa kini suara azan Subuh berkumandang. Gara kembali berwudu, dan bersiap untuk salat berjamaah di masjid.

Saat Gara membuka pintu kamar di depannya sudah ada Abah yang hendak berangkat ke masjid.

Abah yang melihat penampilan Gara pun merasa terkejut, dengan cepat Abah merubah raut wajahnya menjadi tersenyum. Abah merasa bersyukur saat muridnya itu kembali taat kepada Allah SWT.

Gara adalah murid abah dulu saat baru membangun sebuah pesantren. Dulu Gara adalah murid tercerdas di pesantren. Ia adalah anak yang cepat menghafal apa yang diajarkan.

Suatu ketika saat Gara ingin menjadi hafizh Qur'an, baru setengah gara menghafal ia harus segera kembali kerumahnya saat mendapat kabar kedua orang tuanya mengalami kecelakaan dan meninggal dunia.

Semenjak saat itu tak pernah menginjakkan kakinya kembali ke pesantren. Saat itu Abah mencari tahu keadaan Gara, namun tak mendapatkan hasil.

Abah dikejutkan kembali dengan kedatangan Gara, yang datang ke pesantren dengan penampilan yang sangat berbeda. Tubuh yang di penuhi tato, rambut yang sengaja digondrongkan, serta terdapat tindikan di alisnya. Kemarahan Abah semakin bertambah ketika Gara membawa pergi putri kesayangannya.

Berhari-hari Abah menggerakkan orang suruhannya untuk mencari putrinya, namun tak ada yang menemukannya. Keadaan istrinya semakin kacau ketika dirinya tak berhasil menemukan putri kesayangannya.

Dan kemarin, putrinya kembali ke pesantren dengan keadaan selamat bersama dengan Gara. Abah yang sangat marah pun tak bisa membendung emosi dan berakhir memukul tubuh Gara hingga terluka.

Kejutan kembali menghampiri ketika Gara yang datang kerumahnya dimalam hari dengan keadaan terluka. Abah yang merasa kasihan pun merawatnya, tapi apa balasan dari Gara? Ia malah meminta putrinya, abah yang masih tak tega melepaskan putrinya pada orang lain pun tidak langsung memberikan restu pada Gara.

Ditambah keadaan Gara yang seperti sekarang Abah masih belum yakin mempercayainya begitu saja untuk menjaga putrinya.

Pagi ini Abah melihat sosok laki-laki yang kemarin meminta ijin untuk menikahi putrinya, sudah siap dengan pakaianya untuk melaksanakan kewajiban nya sebagai seorang muslim.

Abah tak berkomentar apa pun dan langsung pergi ke masjid diikuti Gara. Setelah melaksanakan salat Subuh berjamaah dan dilanjutkan dengan mengaji bersama.

Jamaah di masjid merasa asing dengan sosok Gara, tak sedikit yang mencibir penampilannya. Gara yang mendapat respon negatif dari orang-orang di pesantren hanya diam.

Gara tak peduli bagaimana orang-orang menilainya, ia hanya ingin menjadi manusia yang lebih baik karena Allah SWT. bukan semata-mata untuk dinilai oleh orang lain.

–o00o–

Disisi lain Ava yang mendengar santriwati saling berbisik membicarakan sosok asing yang datang ke masjid pun merasa penasaran, namun ia tahan.

Setelah acara mengaji bersama selesai, Ava kembali ke ndalem bersama dengan Umi nya.

"Umi, pagi ini Ava ikut ke pasar ya,"ucap Ava pada Umi nya.

"Tumben mau kepasar?"tanya Umi nya heran.

"Ish, Umi anak nya mau ikut kepasar malah heran gitu,"ucap Ava merajuk.

"Aduh... aduh... anak Umi merajuk sepertinya,"goda Umi.

"Ya udah kalo mau ikut, cepat siap-siap Umi tunggu,"lanjut Umi nya.

Ava pun segera pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian. Setelah selesai bersiap, Ava dan Umi pun berangkat ke pasar.

Saat sampai di pasar, Ava di bingungkan dengan banyak sayuran segar. Ia ingin membeli semua sayuran-sayuran segar itu.

"Umi, saat melihat semua sayuran segar itu rasanya aku ingin membeli semuanya,"ucap Ava pada Umi nya.

"Hush, tak boleh menjadi serakah. Cukup beli sesuai kebutuhan saja jangan sesuai keinginan."pesan Uminya.

"Hehe, maaf Umi."ucap Ava tersenyum malu.

Umi dan Ava membeli kebutuhan dapur, saat semua sudah terbeli. Mereka berdua pun kembali ke pesantren. Kedua tangan Ava sudah dipenuhi kantong plastik berisi sayuran dan buah-buahan.

Di tengah perjalanan tiba-tiba saja sebuah motor menyerempet tubuh Ava, pencopet itu mengambil dompet Uminya.

Tubuh Ava sudah terjatuh ke aspal, lutut dan tangannya terluka. Umi nya khawatir dan langsung berteriak minta tolong.

Bersambung...

•jangan lupa vote dan komentar nya reders...

PSYCOPATH  INSAF (END)Where stories live. Discover now