Part 11

8 3 2
                                    

"Yang kamu genggam sekarang adalah nikmat yang patut kamu syukuri, yang belum tentu orang lain mendapatkan nya"

***

"Pinter ya gak bisa sama gue, eh sekarang sama sepupu gue. Anak orang kaya tuh ya kali gak lo sikat hahaha" kata seseorang di belakang Ana.

Ana sudah tau suara siapa itu. Ana enggan membalikkan badan nya dan terus berjalan menjauh.

"HAHAHA CANTIK TAPI MATRE!" teriak nya.

Ana menghentikan langkah kaki nya, tangan Ana mulai mengepal. Dia bilang Ana matre di depan banyak mahasiswa. Kini Ana menjadi sorotan mata tajam mahasiswa yang berada disitu. Ana menoleh ke arah sumber suara, disana Kafka sedang berdiri sambil menatap puas ke arah Ana. Ana berjalan menghampiri nya, Ana mendaratkan tangan nya tepat di pipi sebelah kiri Kafka.

"Kalau ngomong di jaga!" bentak Ana marah yang sedari tadi di tahan nya.

"Oh salah ya? Bukan matre tapi lagi nunggu jatah warisan? Iya?!" kata Kafka yang masih merasakan perih di pipinya itu.

Lagi-lagi Ana mendaratkan tamparan nya tepat di pipi Kafka. Ada apa ini? Masalah terus berdatangan sejak ia putus darinya.

"Gue dan Gus Athaar itu gak punya hubungan apa-apa! Lo kenapa? Cemburu? Gak terima kalo gue dapat yang kaya? Oh iya kan selama ini lo yang numpang hidup sama gue!" kata Ana yang berhasil membuat semua orang yang menyaksikan nya terdiam.

Terdengar suara bisik-bisik yang bilang bahwa selama ini Ana lah yang sudah numpang hidup dengan Kafka. Kafka masih terdiam merasakan sakit di pipinya dan malu.

"Kenapa lo diam?! Malu? Punya malu juga lo!" ucap Ana yang merasa sangat puas, setidaknya ini bisa mengurangi gosip tentangnya. Ana pun segera pergi dari tempat itu meninggalkan Kafka dan semua mahasiswa yang menyaksikan nya masih terdiam.

Disa buru-buru menghampiri Ana. Ia ingin menanyakan sesuatu kepada sahabatnya itu.

"Assalamualaikum Na? Apa benar kamu abis ribut sama Kafka?" tanya Disa khawatir.

Ana yang sudah malas membahasnya pun hanya menjawab, "iya" jawabnya.

"Ya Allah Na, ada apa lagi?"

"Benar kan Dis, gue bilang juga apa tuh anak pasti lagi nge rencanain sesuatu buat gue" kata Ana kesal.

"Tapi kamu gak di apa-apain kan?"

"Gak, justru dia yang gue bikin malu"

"Alhamdulillah syukur deh, lain kali lebih baik kamu menghindar aja Na, gak usah kamu perduliin perkataan dia"

"Ya gak bisa lah Dis! Dia ngata-ngatain gue, mana bisa gue diam aja?"

"Lebih baik kamu menghindar Na, kalau dilihat dosen gimana? Kamu kan anggota BEM, jangan buat jelek nama kamu sendiri"

"Iya gak gitu lagi"

"Aku khawatir banget loh, takut Kafka macem-macem sama kamu"

"Gak kok, sekarang gue udah bisa lawan dia" kata Ana sambil tersenyum.

"Yaudah" jawab Disa lega.

Surat cinta dari AiyanaWhere stories live. Discover now