Part 20

13 2 3
                                    

Mobil Gus Athaar sudah berhenti tepat didepan rumah Ana, "makasih ya Gus, maaf ngerepotin" kata Ana sambil melepaskan sabuk pengaman nya.

"Ana jadi kapan saya bisa bawa ummi dan abah saya kerumah mu?" pertanyaan Gus Athaar lagi-lagi membuat Ana terkejut.

"Ma-maksudnya Gus?" tanya Ana menatap Gus Athaar bingung.

"Saya mau silaturahmi kerumah kamu boleh?"

"Oh silaturahmi? Boleh dong Gus, nanti saya tanyakan ke mama dulu ya" jawab Ana yang masih belum tersadar arti dari kata 'silaturahmi' tersebut.

"Oke, ditunggu ya Na" kata Gus Athaar sumringah.

Ana mengangguk dan segera turun dari mobil Gus Athaar, "hati-hati Gus, makasih banyak ya sudah di antar pulang" kata Ana sambil melambaikan tangannya.

Gus Athaar tersenyum senang dan segera melajukan mobilnya untuk segera pulang. Ana memasuki rumahnya yang ternyata sudah ada mama yang sedang menunggunya diruang tamu.

"Assalamualaikum ma" kata Ana sambil mencium tangan mamanya.

"Waalaikumsalam, pulang bareng siapa Na?" tanya mamanya sambil mempersilahkan Ana duduk di sampingnya.

"Sama Gus Athaar" kata Ana yang sedang menaruh tas di sampingnya.

"Udah baikan nih" goda mama.

"Ih apaan sih mama, ini tuh rencana Disa tau"

"Hahaha alhamdulillah kalau sudah baikan mama senang lihat nya" kata mama sambil mengelus kepala anaknya itu.

"Oh iya ma, Gus Athaar dan keluarga nya mau silaturahmi kerumah. Mama bisa kapan?"

"Silaturahmi? Ngelamar kamu maksudnya?" pertanyaan mama membuat Ana tersadar akan hal itu.

"Memang maksud dari kata silaturahmi itu apa Na kalau bukan ngelamar kamu?"

"Astagfirullah baru sadar! Mama takut!" rengek Ana sambil menggoyang-goyang nya tangan mamanya itu.

"Kenapa takut Na?" tanya mamanya bingung.

"Kata Disa Gus Athaar sudah punya seseorang yang dia sukai"

Mama tertawa mendengar perkataan anaknya tersebut, "kalau Athaar bilang mau silaturahmi kerumah kita, tandanya wanita yang ia sukai itu kamu Ana" mama tak kuat menahan tawanya, bagaimana bisa Ana menjadi sepolos ini.

"Masa iya sih ma? Tadi sih memang Gus Athaar banyak gombal ke aku"

"Sekarang keputusan ada sama kamu, kamu gimana Na?"

"Keputusan apa?" kata Ana kaget, tiba-tiba saja ia disuruh buat keputusan.

"Dengan cara tadi kamu mengiyakan omongan Gus Athaar, tandanya kamu sudah memberi harapan kepadanya"

"Sebenarnya Ana suka sama Gus Athaar sudah lama ma, tapi Ana merasa tidak pantas" kata Ana sambil menunduk.

Mama mendongakkan wajah Ana sambil tersenyum, "kamu pantas untuk siapapun, tapi kalau memang hati kamu memilih untuk tidak gakpapa Na. Jangan pernah mengorbankan diri kamu untuk orang lain lagi" kata mama mengusap kepala Ana dan memeluknya.

Ana memeluknya balik, "aku merasa egois ma. Aku merasa sok suci yang ingin sekali memiliki Gus Athaar" kata Ana menangis di pelukan mamanya.

"Ketika wanita menginginkan lelaki yang baik agamanya, dia bukan sok suci atau ingin terlihat alim. Namun, dia sadar betul bahwasanya hakikat makmum itu mengikuti imam dan jika bukan tujuannya, lalu mau dibawa kemana lagi? Dunia bukan tempat tujuan, melainkan hanya tempat untuk singgah." kata mama sambil melepaskan pelukannya, "mama juga tidak akan memaksakan kamu Ana, jika kamu tidak yakin dengan Gus Athaar bicaralah baik-baik dengannya, jangan sampai kamu melukai hatinya" lanjut mama menatap Ana dalam.

"Menurut mama aku pantas untuk Gus Athaar?"

"Jawabannya hanya kamu dan Athaar yang tau. Disaat kamu sudah siap menerima kekurangan dan kelebihan Athaar itu tandanya kamu pantas untuknya, begitu pun sebaliknya. Mama yakin Athaar bisa berbicara seperti itu karena ia sudah sangat yakin dengan kamu Na" jawaban mama masih belum cukup meyakinkan hati Ana, "kamu sholat istikharah dulu ya, sesungguhnya hanya Allah lah yang maha tau" lanjut mama.

Ana mengangguk dan pamit masuk ke kamarnya. Ana duduk di tempat tidur nya, Ana masih memikirkan ucapan mamanya tadi. Ia segera bersih-bersih lalu sholat isya. Ana berniat untuk tidur lebih awal agar bisa bangun untuk sholat istikharah.

Djarum jam sudah menu julukan pukul 03.01
45. Ana segera mengambil wudhu dan menyegerakan sholat istikharah. Ana meminta kepada Allah seseorang yang baik, seseorang yang bisa mengerti akan semua sikap dan perilaku Ana dihari yang akan mendatang. Ana segera menyiapkan sahur untuk dia dan mamanya.

"Ma, Ana sudah yakin dengan Gus Athaar" kata Ana yang berhasil membuat mamanya tersenyum.

***

Tepat hari ini, di sore hari akan berlangsung nya acara lamaran Ana dan Gus Athaar. Ana sedang make up ditemani Disa dikamarnya.

"Subhanallah, selamat ya Na. Aku bahagia banget kamu bisa mendapatkan seseorang yang terbaik" kata Disa dengan mata yang berkaca-kaca.

"Sekarang gue percaya, kalau orang yang tepat itu beneran ada. Gue bersyukur dan berterimakasih sama Allah karena sudah menpertemukan gue sama gus Athaar. Jujur yang bikin gue kagum sama gus Athaar itu, bukan karena seperti apa parasnya dia tapi karena sikap dia yang selalu bikin gue nyaman, di dekat gus Athaar itu rasanya juga tenang, dan rasa nyaman yang begitu besar yang gue rasain saat bersama Gus Athaar itu gak pernah gue temuin di orang lain" jelas Ana sambil tersenyum.

"Ah sweet banget kalian" kata Disa sambil menggigit jarinya.

"Lebay banget deh Dis" kata Ana sambil tertawa dan diikuti Disa, "jadi gimana perkembangannya sama Kafka?" goda Ana.

"Tunggu ya Na, insya Allah secepatnya" jawaban Disa membuat Ana terkejut.

"Hah?! Lo serius?!" tanya Ana memastikan sahabatnya sedang dalam keadaan sadar ketika berbicara ini.

"Iya Na. Aku sama Kafka mau pendekatan dulu, kamu gakpapa aku sama Kafka?" tanya Disa.

"Loh ya gakpapa dong Dis! Aku seneng banget, kita bisa jadi saudaraan habis ini" kata Ana yang langsung tertawa geli.

"Subhanallah, rencana Allah gak terkira banget ya. Gak pernah nyangka bakal kaya sekarang ini tau Na"

"Iya. Yang dulu berkhayal akan menikah dengan dua laki-laki yang sahabat an juga dan mempunyai rumah satu komplek. Alhamdulillah tanpa kita ribet cari Allah sudah mendatangkan dua pangeran tersebut." kata Ana, ini memang cita-cita mereka sejak dulu.

Acara lamaran sedang berlangsung, berjalan dengan lancar. Perkataan cinta yang keluar dari mulut Gus Athaar, membuat Ana pun menjawab dengan tangisan bahagia.

"Terimakasih untukmu yang selalu merasa cukup atas kehadiranku, sesederhana itu aku merasa dicintai. Terimakasih sudah menerima segala nya, baik kekurangan maupun kelebihanku. Aku harap kamu bisa membimbing aku sampai surga-Nya Allah SWT" kata Ana sambil menurunkan mic mengusap air matanya dan tersenyum kepada semua orang yang berada disitu.

Gus Athaar memandang wanita pilihannya itu dengan penuh kasih sayang. Ia berjanji akan selalu menemani dan membimbing Aiyana Nafeeza menuju jalan-Nya Allah SWT.

***

End guys!

Terimakasih atas satu bulannya, terimakasih atas vote, komen, dan follownya.

Aku pamit ya,

Utamii

Vous avez atteint le dernier des chapitres publiés.

⏰ Dernière mise à jour : Apr 14, 2023 ⏰

Ajoutez cette histoire à votre Bibliothèque pour être informé des nouveaux chapitres !

Surat cinta dari AiyanaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant