Part 17

7 3 2
                                    

"Pada akhirnya menjauh adalah sebuah keharusan bukan keinginan"

***

"Weekend ajak Disa nginep kayaknya seru nih" kata Ana sambil meraih ponselnya.

Sudah lama sekali Ana dan Disa tidak bertemu, sekedar memberi pesan singkat pun tidak. Ana yang terlalu sibuk dengan kegiatan BEM yang padat, dan Disa yang sedang sibuk dengan urusannya sendiri. Tunggu, Disa sibuk apa? Tidak biasanya Disa seperti ini, biasanya mereka selalu bertukar kabar. Ana pun mencari nomor Disa dan menelepon nya. Berdering, namun tidak ada jawaban dari Disa.

"Tumben banget nih, Disa bosen kali ya temenan sama gue?" Ana membayangkan Disa menjauhinya karena sudah tak mau berteman dengannya, "aahhh disaaaaaa!" rengeknya.

Sore ini Ana menghadiri acara di pesantren milik kedua orangtua nya Gus Athaar. Ramai sekali, santri-santri disana banyak sekitar ratusan bahkan ribuan mungkin. Ana bingung hendak kemana ia? Ana segera mencari ponselnya hendak mengabarkan Gus Athaar bahwa hari ini ia bisa datang. Ana membayangkan wajah bahagianya Gus Athaar, kalau tau dirinya datang. Belum sempat ia menemukan ponselnya yang berada di dalam tas, ia sudah dihampiri oleh salah satu santri yang bertugas menjaga.

"Kak, silahkan duduk bangku sana" kata santri itu sambil menunjuk bangku yang masih kosong di depan.

"O-oh, terimakasih ya" kata Ana.

Santri itu tersenyum lalu pergi untuk menyambut para tamu yang lain. Ana segera berjalan untuk duduk di bangku tadi. Acara akan segera di mulai, akan tetapi..

DISA?

GUS ATHAAR?!

Ana terkejut menyaksikan Disa dan gus Athaar duduk berdampingan didepan nya. Sebenarnya apa yang terjadi? Pak Kyai atau abah nya gus Athaar berdiri di panggung, sepertinya ada yang ingin disampaikan.

"Assalamualaikum wr.wb. Terimakasih untuk semua tamu undangan yang sudah hadir di acara buka bersama hari ini. Alhamdulillah atas izin Allah kami bisa menyelenggarakan acara buka bersama sekaligus pertunangan putra tunggal saya dengan wanita yang ia cintai" sambutan dari pak Kyai lalu kemudian turun dari panggung.

Deg!

Bak disambar petir, tubuh Ana membeku di tempat. Tak sangka air mata pun mulai mengalir. Gus Athaar dan Disa segera menaiki panggung tersebut. Pandangan Ana dan Gus Athaar bertemu, Ana memberikan senyum terbaiknya dan segera meninggalkan tempat tersebut. Ana sekarang tau alasan Gus Athaar memaksanya untuk datang ke acara ini, mungkin ini salah satu cara Gus Athaar memberi tau Ana agar tidak berharap terlalu dalam kepadanya. Tapi, kenapa harus Disa? Kenapa Disa tidak jujur kepadanya? Astagfirullah.

***

Satu minggu sejak kejadian hari itu, Ana masih enggan untuk ke kampus. Beberapa kali Disa dan Gus Athaar telah menghubunginya, namun Ana sudah terlanjur kecewa. Suara pintu kamar Ana di ketuk, Ana tau itu mamanya.

"Ana, boleh mama bicara sebentar?" pinta mamanya agar Ana membukakan pintu.

Ana segera membuka pintu itu dan menyuruh mamanya masuk. Mama duduk di samping Ana, mengelus kepala nya dengan halus.

"Na, barusan ada Athaar kesini. Dia jelaskan semua yang sudah terjadi ke mama" kata mamanya dengan suara lembut.

"Mama kenapa di terima, diemin aja sih ma!" ucap Ana ketus.

Surat cinta dari AiyanaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant