Part 12

7 4 1
                                    

"Ketenangan seperti apa yang kau cari, jika orang meninggal saja masih di doakan agar tenang?"

***

"Ana"

Ana yang tengah berjalan memasuki halaman rumahnya sambil melihat ke arah ponselnya itu pun mendongakkan kepala melihat suara siapakah itu. Ana terkejut ketika melihat si pemilik suara itu. Ana diam di tempat nya, ia berdiri mematung ada perasaan takut saat ia melihat orang itu.

"Ana, bisa kita bicara sebentar?" ajak laki-laki itu.

Ana pun mengangguk, "ada apa?" tanya nya.

"Kamu apa kabar? Papa kangen Na" kata laki-laki yang berada di hadapan nya itu.

Sejak Mama dan Papa nya pisah, Ana tidak mengetahui keberadaan Papa nya itu. Setelah apa yang Papa nya lakukan terhadap ia dan Mama nya, Ana menjadi sangat takut dan benci terhadap dia. Ana mempunyai trauma yang sangat dalam.

"Kenapa tiba-tiba Papa datang?" tanya Ana sinis.

"Papa ingin bertemu kamu Na"

"Gak bahagia kah dengan keluarga yang selalu di bangga-banggakan itu?"

"Ana, masalah itu udah lama. Tolong kamu lupain ya"

"Apa bisa Ana lupain kejadian itu? Setelah Papa buang Ana dan Mama begitu saja demi mereka?"

"Papa kan sudah minta maaf"

"Cih, enteng banget ngomong gitu" kata Ana muak dengan perkataan Papa nya itu, "Papa lupa gimana dulu Papa buang Ana dan Mama? Papa bilang kalau Papa tersiksa dengan kita. Itu salah Pa, Ana dan Mama yang tersiksa sama Papa!" lanjutnya dengan murka.

"Na.."

"Sekarang Papa pergi dari sini! Kita gak butuh Papa!" usir Ana dan segera masuk ke dalam rumah.

"Ana dengerin penjelasan Papa dulu Na" ucap Papa nya sambil mengetok pintu meminta Ana agar keluar.

Ana yang sudah merasa kecewa dengan Papa nya itu malas untuk melihat wajahnya lagi. Seseorang yang seharusnya menjadi cinta pertama bagi anak perempuan nya, malah menjadi patah hati pertama bagi dirinya. Ana yang tidak mau ambil pusing karena kedatangan Papa nya tersebut memilih diam dan tak bicara dengan Mama nya. Karena, Ana tau bagaimana hancur nya perasaan Mama nya jika tau mantan suami kembali setelah membuangnya.

"Ana di luar ada temanmu" panggil Mama dari depan pintu.

Siapa?

"Disa gak bilang kalau mau kerumah" kata Ana kebingungan. Karena merasa penasaran siapa kah yang datang, Ana pun keluar rumah.

"Kafka?!" kata Ana kaget.

"Eh hai" sapa nya sambil senyum.

"Ada apa? Gue males ribut" kata Ana sinis.

"Gak. Sini dong duduk dulu, masa tuan rumahnya berdiri"

Ana pun segera duduk dan menatap ke lain arah. Sebenarnya Ana takut dengan Kafka, Ana takut Kafka akan mengajaknya ribut lagi.

"Ada apa? Langsung ngomong aja!"

Surat cinta dari AiyanaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin