Part 19

10 2 1
                                    

Ana merasa canggung duduk berhadapan dengan Gus Athaar, bagaimana bisa Gus Athaar terlihat lebih menawan sekarang? Masya Allah. Ana tidak bisa mengalihkan pandangannya ke Gus Athaar. Tapi Ana sadar Gus Athaar sudah memiliki seseorang yang penting di hatinya.

"Dis, lo cantik" suara itu berhasil membuat Ana berhenti memandangi Gus Athaar.

Disa yang sedang asik memainkan ponselnya pun segera melihat kaget ke arah Kafka, "hah? Maksudnya?" tanya Disa bingung, bagaimana Kafka bisa berkata itu di depan Gus Athaar dan Ana.

"Ekhem, lo suka sama sahabat gue?!" kata Ana galak sambil menatap tajam ke arah Kafka.

"Maybe yes, kalo sama lo kan bosen haha" kata Kafka sambil tertawa puas. Jawaban Kafka barusan berhasil membuat Disa membulatkan matanya.

"Gue hajar lo ya berani macem-macem sama sahabat gue!"

"Kayaknya gue emang harus dapetin pasangan kayak Disa deh, alim, sholihah, adem banget lagi liatnya" kata Kafka sambil tersenyum menatap Disa yang semakin syok dengan perkataan Kafka barusan, "gak kayak sama lo, panas auranya" lanjut Kafka menatap Ana nyebelin.

"Yang setan lo, kenapa jadi aura gue yang panas!"

Belum sempat Kafka membalas perkataan Ana barusan, Disa sudah lebih dahulu menyelak nya, "Ana omongan dijaga, gak gengsi ada Gus Athaar tuh" ledek Disa.

Ana lupa kalau Gus Athaar menyaksikan tingkahnya itu sambil tertawa kecil. Ana berusaha menutupi malunya itu, "ya terus kenapa? Biar Gus Athaar tau gue gimana aslinya" kata Ana santai.

Mereka semua tertawa, tak menyangka bayangan Ana akan canggung buka puasa hari ini ternyata salah. Buka puasa kali ini lebih asik dan seru, tidak ada lagi jaim diantara mereka. Disa pun sepertinya tidak masalah dengan perkataan Kafka barusan, atau jangan-jangan Disa mulai suka dengan Kafka? Rasanya tidak namun bisa saja iya, itu hanya Disa dan Allah yang tau. Lagi pun Disa pasti akan cerita ke dirinya kalau memang ia juga suka dengan Kafka.

"Ana juga cantik dengan semua sifatnya. Si pemberani, pintar, dan apa adanya" kata Gus Athaar sambil tersenyum ke arah Ana.

Ana terkejut dengan perkataan Gus Athaar barusan. Ia tidak bisa menutupi merah pipinya karena perkataan tadi.

"Udah deh ini tuh mau buka puasa, bukan ajang gombal" kata Ana yang berusaha menutupi salah tingkahnya.

"Ah salah tingkah lo jelek Na" ledek Kafka sambil tertawa.

"Iya nih, santai aja Na" timpal Disa.

"Ah lo gak asik Dis. Masa berpihak ke Kafka!" kesal Ana.

Gus Athaar tertawa melihat wanita yang ia sukai salah tingkah, "nanti saya bilang abah ummi dulu ya Na, kamu sabar" kata Gus Athaar yang lagi-lagi berhasil membuat Ana salah tingkah.

"Maksudnya?" tanya Ana bingung.

Gus Athaar memberi kode ke Kafka dan Disa, "eh tuh makanan datang" kata Gus Athaar yang berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Ih kenapa sih hari ini gue ketemu sama kalian yang gak jelas!" rengek Ana kesal.

Mereka tertawa seperti ada yang sedang direncanakan dari nya. Entah lah itu apa Ana tidak mau ambil pusing, karena bertemu mereka saja sudah membuatnya pusing. Menyebalkan!

Adzan sudah berkumandang, mereka berempat segera buka puasa.

***

"Foto box yuk? Pasti lucu" kata Kafka yang baru saja menghabiskan makanan nya.

"Setuju! Yuk yuk" kata Disa yang sangat bersemangat. Baru kali ini Ana melihat Disa seperti ini.

"Tumben lo mau?" tanya Ana curiga ada yang di sembunyikan.

"Sesekali gakpapa kan Na? Gak ada salahnya juga kan, yuk Na mau yaaaa?" paksa Disa, Ana pun menganggukkan kepalanya.

"Setuju juga" tambah Gus Athaar.

"Eh gak, Gus Athaar harus balik teraweh gih" usir Ana.

"Sudah izin sama ummi abah pulang telat. Nanti kita sholat maghrib dulu baru kita foto box ya" jawab Gus Athaar.

Mereka sudah sholat maghrib dan ingin segera ke tempat foto. Mana bisa anak kiyai tidak terlihat seperti seorang Gus sama sekali? Ana bingung dengan tampilan Gus Athaar yang seperti laki-laki biasa pada umumnya. Tapi, ini Masya Allah banget ganteng nya.

Sekarang giliran mereka berfoto, Ana mengambil bagian depan dengan Gus Athaar dan di belakang ada Disa dan Kafka. Mereka berpose ria, tertawa ketika ada foto yang terlihat konyol. Hari ini akan selalu Ana ingat, karena ia tau ini tidak akan terulang kembali kalau Gus Athaar sudah menikah dengan wanita pilihan nya. Mengingat akan hal itu membuat Ana sakit, seperti memang Gus Athaar hanya bisa ia kagumi tanpa bisa ia miliki. Mereka mencetak hasil fotonya, Ana memandang foto dimana Gus Athaar merangkul dirinya dan menyandarkan kepalanya ke kepala Ana. Sweet.

"Gemes banget dong" kata Ana sambil tersenyum bahagia.

"Iya soalnya ada Ana disitu" ledek Gus Athaar.

Hasil cetak foto itu disimpan oleh Ana dan Disa.

"Dis balik sama gue yuk" kata Kafka.

"Hm, gak ngerepotin?" tanya Disa.

"Gak lah buat orang yang disayang" gombal Kafka, yang berhasil membuat Ana ingin muntah.

"Awas lo macem-macem sama sahabat gue! Gue cari sampai ujung dunia kalo lo berani!" ancam Ana.

"Iyee Ana, santai aja dong ini Kafka mode serius jadi aman"

"Oke kalau lo aman, gue ikut sekalian. Masa gue pulang sendiri"

"Sama saya Na. Gak mungkin kamu saya tinggal sendiri" kata Gus Athaar sambil tertawa dan mengelus kepala Ana gemas.

"Astagfirullah Gus. Nanti calon istri Gus tau bisa di amuk saya" cerocos Ana.

"Kan kamu, masa ngamuk diri sendiri haha" jawaban Gus Athaar berhasil membuat Ana diam. Apa maksudnya?

"Ekhem, udah ya duluan" kata Kafka dan Disa yang terlebih dahulu pamit pulang.

Disa melambaikan tangannya dan pergi pulang dengan Kafka, Ana dan Gus Athaar membalas lambaian tangan itu.

"Gus tadi maksudnya gimana?" tanya Ana yang masih bingung, "bukannya Gus Athaar sudah punya calon ya?" lanjutnya.

"Iya kamu" jawab Gus Athaar singkat.

"Hah?! Gak paham saya Gus"

"Makanya jangan pulang duluan waktu itu sayang" kata Gus Athaar sambil mencubit pipi Ana gemas.

"Astagfirullah Gus. Gak boleh pegang-pegang pipi saya bukan mahram" kata Ana sambil menjauhkan badannya.

"Oh bukan mahram ya? Oke saya buat kamu jadi mahram saya nanti, tunggu ya cantik"

Ana kaget dengan apa yang Gus Athaar ucapkan tadi. Ini ada apa sebenarnya? Apa yang sudah Ana lewatkan hari itu? Apakah wanita yang Gus Athaar sukai adalah dirinya? Sepertinya tidak. Apa yang Gus Athaar suka dari seorang Aiyana?!

"Ya Allah kuatkan hati Ana agar tidak berharap terlalu jauh dengan hamba-Mu." batin Ana.

***

Bersambung..

Stay tune terus yaaa, 1 part lagi tamat cerita Ana dan Gus Athaar.
Huhu sedih banget..

Salam hangat,

Utami

Surat cinta dari AiyanaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon