d'voice - 1

153 7 1
                                    

Tidak melihat, bukan tidak mendengar atau lupa ingatan

🍂

Kuhitung lonceng pintu masuk toko berbunyi sebanyak tiga kali, tapi aku tahu ada lebih dari tiga orang yang masuk. Dan jumlahnya jadi lima orang.

Dua di kanan, di etalase buket.

Dua di kiri tengah memilih bunga-bunga dengan wangi khas.

Dan satu orang berjalan kearahku.

"semuanya jadi berapa?" tanyanya sambil meletakkan bunga-bunga pilihannya di meja kasir yang kujaga.

Kuambil bunga itu untuk langsung memilahnya di tanganku.
"lily 4, anggrek 4, hydrangea 1" aku tersenyum kepadanya "Totalnya 100 ribu, gak mau sekalian di buket kak?" tawarku.

"Gak usah, nanti saya sendiri aja. Tapi boleh deh saya beli kertas buketnya, ada kan?"

"Ada. Disebelah sana, bayarnya juga disana" kuarahkan tepat di depan dimana kertas buket berada dan Nabila Teman ku yang menjaganya.

Bisa kubayangkan toko sedang seramai apa hari ini. Lonceng pintu yang terus berbunyi dan aktifitas pelanggan yang saling berpendapat saat memilih bunga-bunga di toko.
Aku tengah melayani salah seorang pelanggan ketika yang lain tiba-tiba meletakkan bunganya diatas meja menyingkirkan milik yang pertama.

"Bunga disini bagus-bagus yah, selalu fresh gitu." Aku tersenyum menanggapi pujian itu

"Terima kasih. Semoga jadi toko bunga kesayangan kakak"

"Udah sih, tapi sayang gak pernah ada diskon. Padahalkan saya udah sering banget beli disini, hampir setiap hari."

Aku terkekeh mendengar itu. "Masa sih kak? Tapi seingat saya kayaknya kakak baru dua kali datang kesini, yang pertama rabu kemarin, ambil bunga matahari dua tangkai, bunga daisy seikat. Correct me if I'm wrong!"

Kudengar dia berdecih kecil. "Salah orang kali mbak. Apalagi kan maaf.. mbaknya.. kurang.. matanya.."

Tanganku yang tengah membungkus bunga-bunga milik pelanggan pertama refleks berhenti. Kukerutkan dahi tanda terganggu. "Mata saya kenapa kak? Buta? Gak bisa melihat?" Kurekat dengan selotip bening kertas putih yang membungkus bunga-bunga itu lalu ku serahkan pada pemiliknya, aku yakin orangnya tidak langsung pergi. Terlanjur kaget mengetahui fakta tentang diriku.

"Saya buta, bukan tuli dan gak lupa ingatan. Saya tahu kakak siapa dan saya ingat kakak yang mana."

Bisa kurasakan ketegangan diantara kami dan bagaimana kakak di depanku ini jadi canggung terhadapku. Aku hanya tersenyum maklum ini bukan pertama kali bagiku bahkan orang-orang terdekatku selalu ragu aku bisa melewati batasan yang menurut mereka menghalangiku, tapi aku tidak akan berhenti hanya karena mereka tidak percaya.

Aku bisa. Sejauh ini aku baik-baik saja.

Mungkin kamu pernah mendengar bahwa ketika kamu tidak bisa melihat indra pendengaranmu menjadi lebih tajam. Tadinya kukira itu tidak bekerja padaku, walau awalnya sangat sulit berdamai dengan keadaanku, aku akhirnya bisa menguasai diri bahkan lebih dari yang aku harapkan.

Pendengaranku sangat tajam, aku bisa tahu siapa yang masuk kedalam toko atau siapa yang mengetuk pintu kamarku di rumah dan tahu membedakan mereka.
Penciumanku sangat peka sehingga aku bisa membedakan setiap bunga yang orang beli. Aku tahu bunga apa yang mereka pilih
Dan ingatanku kuat, aku ingat siapa dan kapan mereka datang di toko kami.

d'voiceOnde histórias criam vida. Descubra agora