d'voice - 4

78 7 1
                                    

Ada banyak cara dan jalan untuk menjalin hubungan cinta dan yang paling mengerikan adalah dikasihani. tapi ternyata dikasihani adalah satu-satunya jalan tanpa alasan, yang tidak memandang suatu hal untuk menerima seseorang.

🍂

Tidak ada yang bisa menjelaskan apa yang sebenarnya kupikirkan ketika aku merasa takut untuk keluar dari kamarku dan bertahan sejak pagi disini. Kerjaku hanya mondar mandir, menghempaskan tubuhku ke tempat tidur lalu bangun lagi sambil mengacak-acak rambutku, lalu mendengus frustasi. Aku benar-benar stres setiap kali mendengar suara detak jam dinding yang semakin lama terdengar paling keras di kamarku. Menusuk telinga dan membuatku gugup.

Aku tahu! Sudah kuhitung! Dan ini adalah sisa-sisa waktu yang kumiliki sebelum aku akan membuat keputusan terbesar dalam hidupku. Jujur saja aku belum benar-benar tahu apa yang nanti akan kukatakan, belum ada kepastian yang kubuat, tidak ada keyakinan yang bisa membuatku tenang, makanya kalau aku sampai berpikir untuk kabur lewat jendela kamar, kurasa itu wajar.

Tapi sebelum aku benar-benar melakukannya suara ketukan pintu berhasil menyadarkanku, ketukannya khas sekali, aku kenal. Kalau biasanya aku akan langsung berlari membukakan Papa pintu, kali ini tidak. Aku sudah cukup gugup, mendengar suara panggilan Papa malah membuatku ketakutan. Kupaksakan diri berjalan kearah pintu lalu memutar kuncinya perlahan.

Pintu itu dibuka. "Papa boleh masuk?"

Aku mengangguk lemah. Kubiarkan Papa mengekor dibelakang ku sedang aku berjalan ke tempat tidur dan duduk disana.

Papa ikut duduk disampingku. Kami saling diam untuk beberapa saat, lalu tiba-tiba Papa meraih tanganku dan menggenggamnya.

"Kamu ada sholat istikharah?"

Aku mengangguk. Lalu menggeleng. "Tapi Jia gak dapat apa-apa."

"Bukan gak dapat apa-apa, Sayang." Ralat Papa

"Cara kerja istikharah gak kayak gitu. Gak salah juga kalau kamu mintanya petunjuk yang benar-benar bisa ngarahin kamu tapi yang lebih penting dari istikharah itu kalau kamu minta dimudahkan, dan apapun hasilnya kamu percaya itu aturan Allah dan itu yang terbaik buat kamu."

"Termasuk kalau Jia nolak?"

Aku tahu pertanyaanku sedikit banyak berhasil membuat Papa 'kecewa' makanya dia diam.

Papa menarik napas dalam. "Kalau kamu yakin."

Tidak! Aku tidak yakin! Aku tidak yakin untuk menerima atau menolak pernikahan ini.

"Jia boleh nanya gak Pah?"

"Tentu sayang"

"Kenapa Papa bisa yakin sama Ibrahim?"

Aku menarik napas untuk menetralkan detak jantungku.

"Kenapa Papa bisa percaya sama laki-laki selain Papa bisa ngejaga aku? Papa yang paling tahu apa yang Jia butuh, dan Papa tahu tempat teraman untuk Jia itu Papa. Bagaimana Papa bisa melepaskan aku untuk hidup dengan laki-laki selain Papa?"

Tumpah sudah. Aku tidak bisa menahan untuk mengajukan pertanyaan yang juga ikut mengangguku sejak kemarin.

Aku adalah satu-satunya anak yang orangtuaku miliki. Tidak ada selain dari mereka sumber kasih sayang dan keamanan yang kurasakan selama ini. Setelah 28 tahun menikmati itu semua rasanya tidak rela berpisah. Papa adalah cinta pertama, pemimpin aturan hidup, dan rute perjalan kehidupan yang membawaku seperti sekarang ini.

Terumata setelah apa yang menimpaku, dan bagaimana kondisiku sekarang. Aku tidak percaya siapapun akan bisa menyamai cara Papa menjagaku sepuluh tahun terakhir. Dia menyingkirkan semua benda yang bisa menyakitiku dari dalam rumah, menggendongku kekamar, menyuapiku makan, menjemputku ketika kuminta, dia telah menjadi Papa yang sibuk bekerja dan menjaga putrinya yang tidak bisa melihat. Apa mungkin ada orang lain yang bisa melakukan itu?

d'voiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang