01. Goes to Survei

11.8K 1.7K 508
                                    

Ramaikan oleh komentar untuk next part 🧚

"Kita mulai ya, assalamualaikum, selamat siang temen-temen." Kalimat Maraka membuka forum pertemuan perdana ini. Menarik atensi setelah saling berkenalan secara langsung.

"Waaikumsalam," jawab rata-rata dari mereka.

Lelaki itu berdeham sebentar dengan senyum mencairkan suasana. "Udah pada tahu ya, kita di sini mau ngapain, ya betul, kita mau bahas soal KKN kita. Ada yang belum tahu kapan kita berangkat?"

Tidak ada yang mengangkat tangan, syukurlah. Maraka menyimpulkan kalau semua tidak ketinggalan informasi.

"Sesuai panduan, masing-masing kelompok harus punya Koordinator Desa atau Kordes. Kebetulan karena kita belum ada, kira-kira mau siapa?"

"Bebas, asal jangan Haikal," celetuk Gilang tiba-tiba. Asik menyeruput Indomie kari ayam yang direbus coca-cola. "Soalnya kalau dilihat-lihat dari struktur wajahnya udah menggambarkan ciri-ciri madesu, masa depan suram."

"Sabar-sabar." Haikal yang padahal sedang mode batu turut mengusap dadanya penuh dramatis. "Orang sabar kuburannya pake AC."

Terkikik sebentar, Raline menimpali dengan tenang. "Bener sih, dia juga suka usil, yang ada semua cewek dijadiin kelinci percobaan."

"Di atas gue masih ada si Crocodile buntung," lirik Haikal pada Jeano yang tengah anteng memijit Ares yang duduk di bawahnya. Sabreh-sabreh begini, Jeano amat sangat berbakat menjadi tukang pijat.

"Sorry nih, dengan bangga gue mengakui kalau gue udah tobat. Gue udah mentok sama Issabella adalah kisah cinta dua dunia," sambar Jeano disambung setengah bernyayi.

"Iya dua dunia! Gue manusia spek bidadari, lo manusia setengah siluman!" sewot yang perempuan melempar sumpit bekas mie setan.

"Malah bahas yang nggak penting!" Sampai kalimat ketus Elisa terdengar. Gadis yang sedari tadi tampak cool dengan earphone kabel yang menyumbat lubang telinganya itu menatap dingin ke arah mereka yang menurutnya berbicara banyak tapi tidak bermutu. "Jadinya mau gimana?"

"Votting aja kalau kata gue," usul Asmara. Untung ada yang normal.

"Setuju!" Wilona mendukung semangat. "Gue usung Bang Maraka! Hidup Bang Maraka! Jangan lupa coblos Bang Maraka! Bersama Bang Maraka, kelompok damai seperti di pangkuan Oppa!"

Dewa menyahut sambil merangkul seseorang di sampingnya. "Gue usung Bapak Jajang!"

"JAGATRA ANJIANG!! MANGA JADI JAJANG?!?! BARUAK PAJA KO MEMANG!!" Bukan pemilik nama yang ngegas, melainkan Ares yang mengumpat dengan bahasa Minangnya agar tidak terlalu kasar didengar.

"Tahan," ujar Dewa tidak ada takutnya, meletakan tangannya di depan wajah Ares. "Jangan esmosi jangan esmosi. Nanti badan kau semakin berkerut sampai tak nampak seperti dosa beta."

"ASU!!!" hardik Ares sekali lagi.

"Air susu umi?" timpal Haikal tak ada habisnya. "Atau air susu Uda Ares?"

Maraka menghembuskan napas lelah. Memegangi pangkal hidungnya. "Gimana Tra, bersedia?" tanyanya memastikan.

Jagatra mengangguk membiarkan. Tapi toh dia tidak berharap menang, tidak juga berharap kalah.

"Satu lagi dari partai cewek," usul Jeano.

"CEWEK TERUS SAMPAI OBOR PATUNG LIBERTI PINDAH KE CIAMIS!!" koar Issa tidak pernah tidak heboh. "Barusan aja lo bilang tobat! Emang tobat lo tuh tobat sambalado. Nggak bisa dipercaya, bisanya digeol!"

"Raline aja Raline," sahut Lana mengompori. "Anak teknik dia. Pasti berjiwa kepemimpinan."

"Skip ah!" Pemudi itu mengendikan bahunya. "Asmara aja Asmara."

KKN NAWASENA 88 (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang