03. Bekal Selama Menghuni

9.2K 1.5K 519
                                    

"Galon sama dispenser?"

"Sip."

"Magicom?"

"Ready."

"Sapu, kemoceng, ember, lap pel?"

"Lengkap."

Tanda ceklis dari ujung pena biru Raline torehkan di atas kertas putih yang terdapat urutan nama daftar barang di sampingnya.

Menyewa rumah yang benar-benar kosong--juga sudah cukup lama tidak ditempati--mau tak mau membuat mereka seperti keluarga penghantar seserahan nikahan. Nantinya semua barang ini akan diangkut oleh mobil pick up milik Gilang.

"Kompor sama gas, ada?"

Wilona yang berjongkok menghadap ke tumpukan koper dan barang-barang itu tidak sigap menjawab seperti yang sudah-sudah. Matanya bergerak memutar dengan teliti. Mencari dua benda yang baru saja Raline tanyakan. Tetapi hanya ada satu yang dia tangkap di netra yang kini dihiasi kacamata bulat.

"Gas-nya ada, kompornya nggak ada," jawab pemudi berbalutan jas almamater merah darah dan kaos hitam KKN-nya.

Alis Raline menukik dan berdecak secara bersamaan. Sebagai seksi logistik yang sudah berkali-kali mengingatkan sampai jarinya keriting dan mulutnya berbusa untuk jangan ada barang yang terlupakan jelas tersenggol kantong emosinya.

Pemudi itu menghadapkan badannya ke belakang. Kepada belasan kawan yang duduk secara acak. Tenggelam dalam ponsel masing-masing. "Yang kebagian bawa kompor siapa? Ini kok belum ada?"

"Jual aja gas-nya terus beli kompor," celetuk Gilang yang menyandarkan punggungnya ke punggung Jeano. Cosplay menjadi D'Virgin.

"Lo mending mingkem deh, cocot lo bau ompol!" tegur Raline melempar tutup penanya.

Ares yang sedari tadi mengasingkan diri menjawab tanpa mengalihkan perhatiannya dari game Subway Surf di ponsel pintarnya. "Kompor bagian gue. Tapi belum beli, nanti sebelum ke kampus mampir dulu ke toko glodok."

"Kenapa nggak tadi pas ke sini?" cecar Raline.

Karena si pencuri itu tertabrak kereta dan digigit anjing, Ares meletakan benda pipihnya. Barulah mendongak menatap Raline. "Lo kan lihat sendiri gue dianterin ojol. Udah badan gue imut, bawa koper, gendong tas seberat beban hidup. Udah syukur Abangnya bisa sekali angkut."

"Lagian kenapa harus gue sih yang kebagian bawa kompor? Udah tahu gue anak kost kagak punya alat rumah tangga."

"Itu udah sesuai kocokan, kalau mau protes kenapa gak dari awal?"

"Onde Mande! Indak baitu mukasuik awak! (Gak gitu maksud gue)," sanggah lelaki Minang itu cepat. Logat aslinya keluar untuk menjawab nada tak bersahabat dari Wilona.

"Awak anyo bacarita tentang nan sabananyo awak alami (Gue cuman bercerita tentang yang sebenarnya gue alami)."

"Wo bu mingbal ni zai shuo shenme (Aku tidak mengerti dengan yang kamu katakan)," sahut Wilona dengan aksen kuat Mandarinnya.

"Urang satuju! Kieu pisan maraneh duaan!" Haikal dengan logat sunda ikut-ikutan sambil mengangkat dua jempol dengan percaya diri. Seolah-olah dia mengerti apa yang Ares dan Wilona sampaikan.

"Apa katanya?" tanya Issa yang mengira kalau lelaki di sampingnya paham.

"Katanya gue ganteng mirip Tom Holland."

"Tom and jerry kali," seru Dewa yang langsung ditendang pantatnya.

Yang melihat itu tidak bisa menahan tawa saat Dewa terjungkal. Di sela-sela cekikikan itu, pandangan Maraka beralih pada Raline. "Tinggal kompor doang kan yang belum?"

KKN NAWASENA 88 (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now