22. Romansa Cinta dan Keluarga

4.9K 847 267
                                    

Tiga hari berlalu. Proker Sehat Bugar Jasmani akhirnya selesai dengan Kampung Kerajan keluar sebagai pemenang pertandingan Sepak Bola. Sementara pertandingan volly dan panjat pinang dimenangkan oleh dua kampung lainnya.

Sudah diputuskan sejak semalam, hari ini dan besok adalah waktu rehat. Tidak ada jadwal proker atau rapat perombakan rencana. Anggap saja ini reward setelah satu minggu ke belakang anak-anak muda itu bekerja tidak mengenal lelah. Sebelum lusa, mereka beralih peran lagi. Menjadi tukang bangunan demi mendirikan gapura di ujung jalan sebelum masuk ke Kampung Kerajan.

Menghadap ke pintu yang setengah terbuka, Gilang duduk bersila mengganjreng gitar. Terpaan angin sepoi-sepoi mendukung petikan yang mengudara semangat.

"Kamu nyanyi dong," iseng Gilang pada Lana. "Aku iringin."

"Gak bisa nyanyi, suara gue jelek." Yang perempuan tergagap, langsung senyum-seyum salah tingkah. Karena tanpa aba-aba, Gilang mengubah kata ganti panggilannya menjadi 'aku dan kamu'.

Gilang terkikik geli mendengar perubahan ini. Tapi dia sangat menyukainya. "Selain aku terima cantiknya kamu, aku juga terima cemprengnya kamu, sumbangnya kamu, gak masalah."

"Gue aja gue." Tiba-tiba Dewa menawarkan diri antusias. Menjadi nyamuk di antara mereka. Sesaat Gilang dan Lana memutar bola mata malas.

"Ganggu aja Lo siluman tahu!" hardik Gilang kesal.

Tapi Dewa tampak tidak tahu malu. "Mainkan, Lang. Lagu Yellow dari Abang Coldplay."

"Sejak kapan selera lo berubah? Biasanya remix-remix DJ Dangdut," komentar Elisa yang ditarik untuk gabung bersama.

Merasa diperhatikan dari hal terkecil, Dewa tersenyum lebar sekali. "Kan gue akan selalu berusaha menyukai apa yang lo suka."

"Biar apa kayak gitu?"

"Biar lo gak ada celah buat ninggalin gue," ujar yang lelaki tanpa berpikir panjang. "Soalnya gue nggak bakal ninggalin lo kecuali kalau lo ninggalin gue."

Di antara mereka yang berdampingan, Elisa tercenung beberapa detik. Diam-diam, matanya tertarik sisi wajah Dewa yang tengah menunduk membaca lirik lagu di ponselnya. Benang merah dan sirat makna dalam obrolan singkat itu sudah tertangkap dan tercerna baik.

Dengan gerakan implusif, Elisa menumpukan tangannya dengan punggung tangan kiri Dewa yang sedang menganggur. Tangan mereka yang tertutup posisi kaki bersila membuat orang-orang tidak ada yang tahu selain Tuhan dan mereka sendiri. Dewa yang sempat tersentak seketika melirik. Sepasang netra itu beradu pada satu titik temu yang sama dekatnya dengan hati. Keduanya sama-sama tersenyum manis yang ditujukan khusus untuk satu sama lain.

Intro dawai-dawai petikan senar Gilang mengalun indah dan sempurna. Seolah terkena sihir, empat anak muda yang duduk melingkar mulai membuka mulutnya sedikit demi sedikit. Bernyanyi mengikuti alunan musik melodis dari tangan yang lihai menguntainya.

Look at the stars
Look how tge shine for you
And everything you do
Yeah they were all yellow

I came along
I wrote a song for you
And all the things you do
And is was called yellow

Walau tidak sebagus penyanyi kelas atas, tapi suara Dewa masih dalam tahap sedap didengar. Semua pasang telinga di sana begitu menikmati iringan harmonisasi lagu bernada minor. Dari Dewa yang bernyanyi tulus dari hati.

So then i took my turn
Oh what a thing to have done
And it was all yellow

Pada bagian chorus, lelaki melirik ke arah Elisa yang ternyata sangat menanti gerakan itu. Sama-sama mereka memutuskan diri untuk larut dalam sahdunya telaga yang ada di balik netra. Dewa seakan menemukan bayangan dirinya terlukis di mata Elisa dengan begitu apik. Pun sebaliknya. Masing-masing dari mata itu, telah sempurna menggambarkan siapa pengisi hati mereka sekarang. Dari sepenggal lirik yang pada akhirnya mewakili perasaan masing-masing yang diabadikan lewat senyuman kecil.

KKN NAWASENA 88 (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now