19. Gerbang Cerita Baru

5.6K 1.1K 485
                                    

"Maling maling malinggggg!!!!”

Trang! Trang! Trang! Trang!

Dua pantat panci gosong seketika melakukan duet maut saat saling dipukulkan dengan kekuatan besar.

“ADA SI SANTOSO WOY BURUAN BANGUN!!!”

“ELISA JANGAN NGOMONG SEMBARANGAN!! KALAU DIA GENTAYANGAN GIMANA!!!”

“MAKANYA BURUAN BANGUN!! LO SIMULASI MATI DI USIA MUDA HAH?!”

“ADA YANG LIHAT SEPATU GUE GAK??!!”

“TALI BH GUE COPOT TOLONG PASANGIN DONG!!!”

“YATUHAN KAOS KAKI GUE KENAPA ADA DI DALEM KULKAS SIH!!!”

“YANG TERAKHIR MINJEM CATOKAN SIAPA WOY BALIKIN!!!”

“LIHAT ALMAMATER GUE NGGAK?!”

“AWAS MAGICOM JANGAN LUPA DICETREKIN!!”

“ASMARA LO MANDI ATAU SEMEDI SIH!! TAI GUE UDAH SETENGAH KELUAR NIH!!!”

“ANJING INI SIAPA YANG NGISI BOTOL SAMPO PAKE MAMA LEMON!!”

“SIAPA YANG MAKAN PEPES TAHU GUE!!!”

“PINJEM KOLOR DONG, KOLOR GUE BASAH SEMUA!!!”

“AWAS AWAS AIR PANAS AIR PANAS!!”

“TOPI GUE BALIKIN!! ADA NAMANYA JUGA!!”

“SIAPA YANG NGABISIN MINUMAN DI TUMBRL MERAH?!! ITU KIRANTI GUE BABI!!”

Duduk di kursi ruang tengah, ditemani gorengan tanpa rasa bekas semalam begadang, Maraka dan Jagatra hanya bisa menghela napas pasrah melihat kekacauan pagi ini. Tampaknya ini tidak akan terjadi kalau mereka tidak menuruti sebuah ide gila dari Jeano. Padahal sudah sangat jelas terpampang di pintu kamar mandi kalau hari ini mereka ada jadwal pagi yang sangat produktif.

Tembok-tembok posko baru yang mereka tempati seperti memantulkan silangan energi tak kasat mata yang menusuk gendang telinga. Hingga berdengung akibat teriakan super melengking dari berbagai arah. Belum lagi mata mereka yang tidak lepas menonton orang-orang berlari kalang kabut di depannya. Menabrak ujung meja, menendang kaki kursi, sampai saling menabrak satu sama lain antar manusia. Sedikit membuat kepala berdenyut pusing.

“Udah belum?! Cepetan kita harus ikut upacara dulu!!” teriak Maraka yang terus berusaha sabar. Senin ini mereka akan mengerjakan program kerja bidang pendidikan dengan berkunjung ke Sekolah Dasar dan membantu mengajar di sana.

“Wilo buruan!! Ini proker tanggung jawab lo!!” tambah Maraka sesaat setelah melihat mahasiswi PGSD itu keluar kamar dengan wajah paniknya.

“Iya bang lima bentar lagi!! Gue nyari kacamata dulu!!"”

“Itu kacamata di atas kepala lo!”

Seketika tangan Wilona menyentuh kepala. Hanya untuk menyengir lebar dan buru-buru memakai kacamata sesuai tempat dan fungsinya. “Udah siap, lets go!”

“Yang lain nyusul aja, kita bertiga duluan!” beritahu Maraka yang sudah kesal menunggu.

“Oke, Bang! Nanti kita nyusul, gue bikin pepes tahu dulu!” Dewa menyembulkan kepalanya dari dapur.

“Bareng dong biar kompak! Gue nggak tahu SD-nya di mana!” Namun Raline, si anak Teknik dengan jiwa korsa yang tinggi, tampak tidak setuju.

Maraka menghembuskan napas lelah kesekian kalinya. Posko sudah seperti kapal pecah. “Yaudah buruan gue tunggu lima menit lagi!”

“Neng Alin! Kayaknya kaos KKN kita ketuker, yang ini agak sempit dipakenya,” pekik Haikal tiba-tiba merusuh. Mendekat dengan penampilan setengah rapi. “Press body banget, gue jadi kayak lemper.”

KKN NAWASENA 88 (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now