14. Pengajian

80 3 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

"Cinta hanya bisa dibuktikan dengan dua jalan, menghalalkan atau mengikhlaskan."

*****

Pernikahan Shanin dengan Gus Arga akan dilaksanakan tiga hari lagi, sudah dibahas oleh kedua keluarga, keputusannya akad akan dilaksanakan di rumah Shanin, dua hari setelahnya akan diselenggarakan resepsi di Pesantren Darussalam yang juga akan disaksikan seluruh santri karena bertepatan masuknya santri yang sudah dua Minggu libur.

Sebelum acara akad, kedua keluarga akan melaksanakan acara pengajian di rumah Shanin begitu juga di Pesantren Darussalam.

Rumah Shanin

Keadaan rumah Shanin sekarang tengah ramai, karena nanti malam akan diselenggarakan acara pengajian menjelang pernikahan, tujuannya agar semua rangkaian acara berjalan dengan lancar tanpa halangan suatu apapun.

Shanin kini sedang berada di dapur untuk membantu Bunda dan juga ada beberapa saudara Shanin. Padahal sudah dilarang oleh Bundanya, tapi Shanin merasa tidak enak masa dirinya hanya duduk saja, makanya berniat untuk membantu.

"Udah sana Nin ke kamar aja." suruh Bunda Eni yang gemas ke anaknya karena susah buat dikasih tau, ini dia sifat Shanin keras kepala.

"Iya nduk calon pengantin itu hanya duduk manis." ucap salah satu saudara Shanin.

"Gapapa Budhe lagian Shanin gak ada kegiatan." ujarnya yang tetap dengan pendirian.

(Budhe: Kakak perempuan dari kedua orang tua kita)

"Kamu ini ngeyel banget kalau dikasih tau." nah ini Tante Shanin yang julit nya nauzubillah.

"Wis-wis kok malah berantem." lerai Budhe Shanin, yang melihat adik serta ponakannya adu mulut itu.

(Kalau ada yang belum tau, keluarga Shanin juga tinggal di daerah masih Jawa Timur, namun jaraknya cukup jauh dari Pesantren Darussalam)

Shanin masih dengan mengiris wortel, tidak terlalu memikirkan ucapan tantenya itu.

"Shanin sana ke depan aja." Bunda Eni mengambil alih pisau yang sedang dipegang Shanin.

"Ish Bunda." Shanin meninggalkan dapur berjalan ke depan, ruang tamu kini sudah tidak ada meja serta kursi, mungkin sudah diangkat keluar oleh saudara laki-lakinya. Shanin berniat mengambil sapu lantai, untuk menyapu ruang tamu.

Setelah selesai menyapu, Shanin melihat karpet diujung ruangan, mendekati karpet itu dan mengambilnya satu persatu untuk menjadi alas duduk di pengajian nanti.

"Alhamdulillah selesai." ucap syukur Shanin setelah melihat ruang tamu yang kini sudah tertata rapi. 

Shanin berniat ke kamar untuk membersihkan diri sekaligus persiapan pengajian, yang mana sekarang sudah jam 4 sore. Pengajian ini dilaksanakan selepas Isya'.

Malam harinya semua tamu sudah berdatangan di rumah Shanin, Shanin dan kedua orang tuanya juga kini sudah duduk di ruang tamu. Pengajian akan segera dimulai karena ustaz juga sudah hadir.

Pengajian berjalan dengan lancar, kini tinggal prosesi sungkeman. Shanin sekarang sudah berada di depan Bunda Eni.

"Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Bunda maafin Shanin yang banyak salahnya ini, mohon restui Shanin untuk menikah dengan pilihan Shanin semoga semua rangkaian acara berjalan dengan lancar, doakan juga semoga rumah tangga Shanin dengan calon suami Shanin sakinah mawadah warahmah, tidak hanya di dunia semoga sampai ke surga nya kelak." ucap Shanin dengan kedua mata meneteskan air mata, Shanin yang merasa dulunya sering mengecewakan kedua orang tuanya.

"Waalaikumussalam aamiin nak, Bunda akan selalu doakan yang baik buat anak Bunda, semoga rumah tangga kalian sakinah mawadah warahmah." balas Bunda Eni yang juga menitihkan air matanya.

Shanin menghapus air matanya menggunakan tisu sebelum berpindah di depan sang ayah," asalamualaikum Ayah, maafin Shanin selama ini yang selalu tidak nurut dengan Ayah, Shanin minta doanya dari Ayah semoga rumah tangga Shanin kelak sakinah mawadah warahmah." ucapnya didepan sang Ayah.

"Waalaikumussalam anak Ayah, Shanin sekarang sudah besar ya, sudah tidak merengek minta es krim lagi padahal sedang sakit, tapi kamu akan tetap jadi putri kecil Ayah, maafin Ayah juga kalau selama ini ada salah dalam mendidik kamu, Ayah akan selalu doakan anak Ayah semoga selalu bahagia." dipeluk lah sang anak dengan erat, Shanin membalas pelukan cinta pertamanya itu tak kalah erat.

"Udah ya jangan nangis." tangan Ayah Adam bergerak menghapus air mata yang menetes dibawah mata Shanin.

Semua orang yang melihat prosesi tersebut juga ada yang terharu sambil menitihkan air mata. Shanin kini berada di tengah kedua orang tuanya, mendapatkan pelukan dari kedua orang tuanya, Shanin kembali menitihkan air matanya, yang sebentar lagi akan ikut membina rumah tangga bersama suaminya.

*****

Sedangkan di Pesantren Darussalam

Suasana di ndalem juga ramai tamu yang berdatangan, Kyai Ibrahim turut mengundang jamaah Masjid di kampung ini dan juga warga sekitar, agar semua orang bisa mendoakan Gus Arga.

Pengajian akan dipimpin oleh ustaz kampung ini, selama pengajian berjalan semua orang menikmati dengan khidmat. Di dalam hati Gus Arga juga terus berdoa supaya niat baiknya ini dapat berjalan dengan lancar.

Ketika ustaz memimpin doa diakhir acara, semua tamu undangan turut mengaminkan doa tersebut. Walaupun ada beberapa ibu-ibu yang sempat kecewa mendengar anak Kyai yang sangat baik hati itu akan menikah. Namun, tidak menutup kemungkinan tetap mendoakan yang terbaik.

Setelah acara selesai dan semua tamu sudah pada pulang, kini Ning Kayla sedang membantu beberes di dapur bekas makanan sajian saat pengajian, Ning Kayla yang melihat kakaknya itu sedang mengambil minum, langsung menghampiri Gus Arga,"cie ada yang mau nikah nih." Ning Kayla yang mencoba ngejailin kakaknya itu.

"Uhukk." ucapannya yang membuat Gus Arga tersedak dengan minumannya.

"Hehe maaf Mas." sebelum kakaknya memarahinya lebih baik ia meminta maaf terlebih dahulu dengan tangan yang menyatu di depan dada.

Ning Kayla mengamati wajah kakaknya itu yang terdapat telinga agak memerah dan juga pipinya yang sama merah, Ning Kayla langsung menertawainya.

"Ada yang salting nih." guraunya Ning Kayla dengan menatap Gus Arga.

"Siapa?" tanya Gus Arga yang belum menyadari.

"Mas Arga lah!" jawab Ning Kayla yang agak sedikit ngegas, karena saking gemas dengan kakaknya itu.

"Nggak." elaknya yang tidak mau mengaku.

"Gak baik bohong loh Mas, tuh buktinya telinga sama pipi merah gitu, kaya kepiting rebus." Ning Kayla yang tersenyum senang melihat kakaknya itu salting.

Gus Arga memegangi pipinya,"mana ada." yang tetap mengelak.

"Ada, orang Kayla yang ngelihat." balas Ning Kayla.

"Dah Mas mau ke kamar." pamitnya yang sudah tidak mau meladeni ucapan adiknya itu, bisa-bisa tidak akan selesai.

"Lah kok malah ditinggal gini." kesalnya yang malah ditinggal sendiri di dapur.

*****

Gus Arga keluar dari kamar mandi yang habis sikat gigi dan wudhu mulai merebahkan tubuhnya di kasur, memandangi langit-langit kamar, menghembuskan nafasnya pelan,"bismillah." ucapnya sebelum memejamkan mata. Didalam hatinya juga membaca doa sunah-sunah sebelum tidur.

*****

Masih belum pada tidur kan

Yuk mampirr

Chasing Love "Gus" [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang