22. Dimadu?

124 5 0
                                    

Happy reading
.

.

.

2 tahun kemudian

Shanin kini sedang bersama Gus Arga jalan-jalan sore mengelilingi sekitar pesantren tepatnya di taman dekat pesantren. Mereka berdua duduk di taman itu, suasana taman jika sore banyak orang berkunjung ke sana entah untuk joging maupun berkumpul dengan keluarga.

Pandangan Shanin tertuju ke sepasang suami istri dengan seorang anak kecil, mereka bertiga tengah bermain mengejar bola, tertawa bersama karena sang anak yang bisa memasukkan bola ke gawang.

"Anin." panggil Gus Arga namun tidak ada sahutan dari sang empu.

Gus Arga mengikuti arah pandang Shanin, sekarang ia tau kenapa istrinya itu ngelamun.

"Anin." panggilnya sekali lagi dengan tangan menggenggam tangan Shanin. Membuat Shanin tersadar dari lamunannya.

"Kenapa Mas?" tanya Shanin dengan posisi menghadap Gus Arga.

"Ayok pulang, udah mau maghrib." ajak Gus Arga yang tidak mau membuat istrinya itu sedih, juga matahari yang mulai terbenam di arah barat.

Shanin menganggukkan kepala, akhirnya mereka berdua berjalan menuju Pesantren Darussalam.

Gus Arga dan Shanin sudah menjalankan pernikahan selama dua tahun, mereka lalui suka duka bersama-sama, kebahagiaan juga sering menghampiri rumah tangga mereka berdua, tapi tidak dengan kehadiran buah hati, mereka selama pernikahan dua tahun belum dikasih kepercayaan sama Allah untuk merawat anak, Gus Arga tidak mempermasalahkan itu semua, kedua orang tuanya serta Kayla juga tidak mempermasalahkan. Jadi waktu satu hari Shanin diusir dari rumah orang tua angkatnya, Shanin telah menyerahkan mahkotanya kepada sang suami.

Sesampainya di ndalem, mereka membersihkan diri untuk melaksanakan salat Maghrib. Mereka salat berjamaah di dalam kamar, setelah selesai Shanin dengan biasa mencium tangan kanan Gus Arga, sedangkan Gus Arga mengecup kening Shanin.

"Mas." panggil Shanin.

"Iya kenapa?"

"Udah dua tahun kita nikah, tapi kita belum juga dikasih titipan anak sama Allah ya." cicit Shanin dengan kepala menunduk.

"Dengerin Mas ya, insyaallah kita juga bakal dikasih titipan anak sama Allah, tapi sabar ya, banyak-banyak berdoa, mungkin Allah menyuruh kita untuk berpacaran dulu, kan kita langsung nikah."

"Tapi kamu pingin punya anak kan?" tanya Shanin.

"Semua orang pasti menginginkan, tapi Mas tidak mempermasalahkan itu, jadi kamu gak usah terlalu memikirkan itu, nanti malah sakit."

Shanin tau betul suaminya itu juga menginginkan kehadiran seorang anak, namun tidak mau membuat dirinya kepikiran.

*****

Keesokan harinya Shanin baru pulang belanja dari pasar untuk keperluan ndalem, ia pergi ke pasar biasanya bersama Ning Kayla, tapi karena hari ini Ning Kayla nya tidak bisa jadi Shanin sendirian ke pasar, sesampainya di halaman pesantren malah ia tidak sengaja mendengar pembicaraan para santriwati.

"Eh itu di ndalem ada Ning Salma." ujar salah satu santiwati berjilbab hitam.

"Emangnya Ning Salma itu siapa?" tanya santriwati berjilbab biru kepada santriwati berjilbab hitam tadi.

"Masa kamu nggak tau sih, Ning Salma itu dulunya sempat mau dijodohkan sama Gus Arga, sebelum beliau meminang Ning Shanin." penjelasan santriwati berjilbab hitam.

Chasing Love "Gus" [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang