16. After Akad

86 4 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

"Pernikahan, yang berubah bukan cuma status, tetapi tanggung jawab yang juga kian bertambah."
Muhammad Arga Ibrahim

*****

Happy reading

Setelah acara akad yang cukup melelahkan, kini kedua pasutri itu sedang berada didalam kamar Shanin. Keluarga Gus Arga tadi sudah pamit duluan untuk kembali ke Pesantren, karena mereka juga akan mempersiapkan acara resepsi pernikahan Gus Arga dengan Shanin yang akan digelar di Pesantren Darussalam.

Beda dengan Gus Arga yang akan menginap di rumah Shanin sampai besok, karena mulai lusa ia akan membopong Shanin untuk tinggal bersamanya di Pesantren.

Shanin kini duduk didepan cermin dengan tangan yang disibukkan melepas satu persatu jarum yang ada di jilbabnya, dari pantulan cermin Shanin dapat melihat suaminya itu tengah terduduk di kasurnya.

Shanin melihat pergerakan Gus Arga yang mengambil handuk dan juga pakaian ganti di koper yang ia bawa, setelah sudah mengambil yang ia butuhkan Gus Arga memasuki kamar mandi. Karena sedari tadi Gus Arga memandangi penjuru kamar istrinya itu dan melihat ada pintu lain di kamar ternyata itu kamar mandi.

"Sana mandi." suruh Gus Arga yang ternyata sudah keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang berbeda dari tadi.

"Iya." jawab Shanin dengan malu-malu nya.

Di kamar mandi, Shanin tengah memikirkan sehabis mandi ia harus bersikap bagaimana, sepengetahuannya sehabis nikah pasti akan melakukan hubungan suami istri, tapi Shanin belum siap untuk melakukan itu apalagi ia yang baru lulus SMA.

Sesudah dengan ritualnya Shanin keluar dari kamar mandi dengan keberaniannya.

Gus Arga yang mendengar suara pintu kamar mandi terbuka langsung memperhatikan sang empu, ditatap lah dari bawah hingga atas, Shanin yang memakai piyama tidur lengan panjang dengan hijab instan yang membungkus rambutnya. Shanin yang mendapatkan tatapan kaya gitu membuatnya menunduk malu.

"Ngapain masih disitu, sini duduk." ajak Gus Arga dengan menepuk tempat disampingnya duduk karena melihat Shanin yang masih dengan posisi berdiri di depan pintu kamar mandi, mengajaknya duduk di pinggiran kasur sampingnya.

Shanin berjalan mendekati Gus Arga, dan mulai mendudukan diri disamping Gus Arga dengan jarak yang lumayan jauh.

"Kenapa kamu akhir-akhir sebelum ujian tumben banget engga ganggu saya?" tanya Gus Arga yang memulai percakapan dengan Shanin.

"Ahh itu..." jeda Shanin yang semakin membuat Gus Arga penasaran.

"Kenapa?"

"Sebenarnya yang sering saya ucapkan ke Gus Arga yang ngajak pacaran itu cuma mau ngetes aja, tapi lama-lama kaya ada rasa yang aneh gitu, setelah di pesantren ini cukup lama saya sadar dengan ucapan saya itu, makanya malu aja kalau ketemu Gus Arga." Shanin menjelaskan dengan kepala menunduk.

"Jadi kamu suka sama saya?" tanya Gus Arga yang menahan senyumannya.

"Nggak tau, itu perasaan suka apa bukan." masih dengan menundukkan kepala.

Gus Arga mengambil tangan kanan Shanin, digenggam lah tangan istrinya itu,"bantu saya untuk membalas cinta kamu."

"Ayo salat sunah dulu." ajak Gus Arga yang sudah hendak melangkahkan kaki untuk mengambil air wudhu.

"Salat apa Gus?" tanya Shanin yang bingung ajakan suaminya itu.

"Salat Sunnah setelah akad." jawab Gus Arga yang sudah melenggang pergi, Shanin hanya membalas dengan menganggukkan kepala. Shanin memilih mempersiapkan alat salat untuk dirinya dan juga Gus Arga, setelah semuanya siap bersamaan dengan datangnya Gus Arga yang sudah mengambil wudhu terlihat dari rambutnya yang basah kena air, kini giliran Shanin mengambil air wudhu.

Gus Arga mulai memakai baju Koko serta sarung, karena tadi ia hanya menggunakan kaos dan celana panjang biasa. Shanin juga sudah selesai mengambil air wudhu, memandangi suaminya itu yang sedang memakai peci dengan menampilkan senyuman di bibir Shanin, Gus Arga yang merasa Shanin sudah kembali berniat untuk melihatnya, pandangan mereka berdua bertemu dengan cepat Shanin memutuskan pandangan itu, Shanin mulai memakai mukena putih pemberian dari Gus Arga tadi waktu akad.

"Masyaallah." ujar Gus Arga yang membuat pipi Shanin muncul semburat merah.

Gus Arga berdiri menghadap kiblat dibelakangnya ada Shanin yang menjadi makmum.

"Allahuakbar."

Lantunan surah Al-fatihah mulai di lafalkan Gus Arga dengan suara yang indah, satu tetesan air mata keluar dari mata Shanin yang dengan haru mendengar suara suaminya dan ini impian semua orang bisa salat berjamaah dengan pasangan masing-masing.

"Asalamualaikum warahmatullah." setelah salat selesai Gus Arga memimpin doa untuk kebaikan mereka sekeluarga dan diaminkan oleh Shanin.

Gus Arga membalikkan badan menghadap ke Shanin, menyodorkan tangan kanannya, Shanin yang mengerti maksud Gus Arga langsung mengambil tangan suaminya untuk dicium, Gus Arga membalasnya dengan mengecup kening Shanin.

Gus Arga mendekati rak buku Shanin, mengambil Al-Qur'an dan membawanya mendekati Shanin,"tadarus dulu sebentar."

Shanin merapatkan duduknya ke Gus Arga untuk melihat surah yang akan dibacanya mereka nanti, karena Al-Qur'an tersebut dipegang Gus Arga.

Setelah mereka selesai membaca Al-Qur'an bersama, mereka mengakhiri kegiatan tersebut. Shanin melepas mukena yang ia kenakan dan melipatnya, tak lupa juga Shanin membantu melipatkan sarung Gus Arga.

"Tidur, udah malem." perintah Gus Arga yang melihat jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

Shanin yang mendengar perintah Gus Arga seketika tubuhnya diam membeku, sekelebat bayangan kewajiban suami istri.

"Kok diem?" tanya Gus Arga yang memandang Shanin.

Hening

"Tenang, saya tidak akan ngapa-ngapain kamu."

Kalimat itu seketika membuat Shanin lega, Shanin mulai menaiki kasur dan mulai berbaring, berbeda dengan Gus Arga yang malah mengambil bantal dan berjalan ke arah sofa di pojok kamar.

"Ngapain ke sofa Gus?" tanya Shanin yang melihat pergerakan Gus Arga dari tadi, membuatnya terduduk diatas kasur.

"Mau tidur." jawab Gus Arga mulai merebahkan tubuhnya di sofa. Shanin yang melihat itu jadi tidak enak, apalagi ia tau tidur di sofa pasti akan membuat seluruh tubuhnya sakit dan tidurpun tidak nyaman.

"Di kasur aja."

"Gausah, kamu aja yang di kasur, biar saya yang di sofa." tolak Gus Arga.

"Maksudnya berdua di kasur." ujar spontan Shanin.

Apaan sih Nin, berharap banget Lo tidur bareng Gus Arga, batin Shanin setelah sadar yang barusan ia ucapkan.

"Beneran gapapa, saya tidur disitu?" tanya Gus Arga memastikan ucapan Shanin barusan.

Shanin menganggukkan kepala,"iya."

Gus Arga mendekati kasur Shanin dan jangan lupakan ia juga membawa bantal yang sempat ia ambil tadi. Mulai merebahkan disamping Shanin, Shanin juga ikut merebahkan diri, keduanya sibuk memandangi langit-langit kamar. Gus Arga memandangi kearah samping tepatnya melirik Shanin.

"Lepas aja hijabnya, pasti gerah kalau tidur pakai hijab." Shanin memang dari tadi masih menggunakan hijab instannya.

Lepas nggak ya, bener juga yang diomongin Gus Arga, lagi pula ia sudah nikah sama Gus Arga, jadi seluruh tubuhnya milik Gus Arga juga, ih tapi malu.

Bismillah deh.

Shanin memegang hijab yang membungkus kepalanya, dengan pelan ia menarik hijab itu. Terpampang lah rambut hitam sebahu.

"Masyaallah cantik."

*****

Haiii gimana part-nya menurut kalian?

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan vote, komen, dan share ya❤️






Chasing Love "Gus" [End]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora