- Abang gak asik

414 23 0
                                    

"Al lo gila hah!?" Marah Alanza menarik tangan Al.

Al berhenti dan berdiri, ia membuang rokok yang ia pegang itu sembarangan.

"Jangan lo pikir gue karna gue selalu baik sama lo, gue juga gak bakal berani nyakitin lo."

Al berjongkok di samping Vian yang terduduk, ia mendorong kecil kepala Vian berulang kali.

"Ini nih, ini otak di pake. Beruntung lo papa gak ada di rumah, kalau gak pasti bakal lebih dari ini," ucap Al. Setelah itu Al berdiri dan memencet bell rumah, tidak lama pintu itu terbuka Dan Al masuk begitu saja.

Vian sedikit merengut, "Abang gak asik!" Kesal nya.

Alanza membantu Vian berdiri, "mana boleh bilang gitu, Abang itu baik, kalo Abang marah berarti Vian yang salah."

"Gak, Abang emang gak asik," ulang Vian lagi.

Mereka memasuki rumah, terlihat Al duduk di kursi sofa dengan bersandar dan menutup matanya.

"Lo ke atas dulu, nanti gue nyusul," Ucap Alanza pada Vian. Vian menurut dan menaiki tangga dengan cepat.

Alanza berjalan perlahan, setelah itu ia duduk di samping Al.

"Al kenapa sih kasar banget?" Tanya Alanza menaikkan sebelah alisnya.

Al membuka matanya, "gue sebelumnya gak mau marah za, tapi yang gue gak suka Vian besar mulut. Makanya gue bilang jangan manjain Vian, lo sama papa sama aja, suka banget manjain dia. Dia udah mau sma za, berarti udah gede. Ada saat nya dia bakal ngelangkah sendiri, tanpa lo, tanpa gue, tanpa papa. Kalo gini terus gimana? Dia dapet masalah dikit aja lari nya ke papa, ke lo, kapan gede nya dia?"

Penuturan dari Al dapat membuat Alanza terdiam. Alanza menghela nafas nya.

"Tapi Vian masih bocah smp Al, seharusnya lo marahin aja, jangan lo kasarin. Nanti dia ngira nya lo gak sayang dia gimana?" Tanya Alanza.

"Bahkan dari sana sayang nya gue sama dia kesalur za," jawab Al.

"Lo urursin aja dulu Vian, gue mau ganti baju dulu," setelah mengatakan itu Al meninggalkan Alanza sendiri di ruang tamu.

Untuk kesekian kali nya Alanza menghela nafas panjang, tanpa ingin banyak berpikir Alanza langsung menuju ke arah dapur, berniat meminta kotak P3K pada pelayan di dapur.

Setelah mendapatkan apa yang ia dapat Alanza langsung naik ke atas dan menuju ke kamar Vian.

Terlihat anak itu duduk di samping kasur dengan memainkan ponselnya.

"Gue masuk ya?" Tanya Alanza.

Vian mengangkat pandangan nya, "iya," jawab nya singkat.

Alanza masuk dan duduk di kasur yang tidak jauh dari posisi Vian. Ia mulai membuka kotak obat itu, Alanza bingung apa yang ingin ia lakukan.

"Gue harus apaan sih?" Tanya Alanza.

Vian melepaskan ponsel nya, ia melihat isi kotak P3K itu. Lekat, ia menatap kotak itu lekat.

"Yakali bibir Vian mau di perban, gimana cara nya?" Tanya Vian.

"Gatau gue, gue gak pernah pake kotak P3K kalo sakit, biasa nya cuma pake kompres," ujar Alanza.

"Bukann, itumah beda sakit nya," greget Vian.

Vian berpikir sejenak, setelah itu ia terpikirkan sesuatu, ia mengambil ponsel nya yang ia taruh tadi.

"Kita cari google aja," ucap Vian.

Alanza mengangguk, "Nah iya, gak kepikiran."

"Kata google kalo buat bibir harus periksa ke dokter...," Ucap Vian pelan.

"Udah udah, gue cosplay dokter juga bisa!" Seru Alanza semangat.

Alanza menarik hp Vian dan menaruh nya sembarangan, "sini ngadep gue," pinta nya.

Vian sedikit bergeser dan menghadap ke arah Alanza, ia sedikit melenggak untuk memudahkan Alanza.

Sekali lagi Alanza berpikir, apa yang harus ia gunakan sekarang. Tapi dengan insting nya, Alanza mengambil Betadine dan mengarahkan Betadine itu pada luka bibir Vian.

"Diem lo, jangan gerak," ucap Alanza memegang dagu Vian.

Setetes masih aman, dua tetes masih aman, saat tetes ke tiga, betapa panik nya mereka. Tutup Betadine itu lepas karna Alanza yang menekan bagian Betadine terlalu kuat.

"Astaga ini gimana woyy!?" Panik Alanza.

'uhukk.. uhukkk!'

Batuk Vian, ia memuntahkan Betadine itu di atas karpet putih yang ia duduki.

"Minum..," pinta Vian.

Alanza dengan panik berlari keluar, tapi bukan ke bawah melainkan ke kamar Al. Ia tau Al saat bangun tidur pasti minum air putih, jadi pasti ada air putih di kamar Al, sekaligus untuk mempercepat pekerjaan.

Tanpa izin atau pun mengetuk pintu Alanza menerobos masuk ke kamar Al. Ia langsung mengambil teko air dan cangkir yang ada di atas nakas.

"Za Lo ngapain?" Tanya Al.

Alanza berhenti dan menatap ke sumber suara, saat itu juga mata nya tergelak. Al hanya memakai celana pendek tanpa baju sebagai atasan, bahkan celana nya itu jauh di bawah pusar.

"E-eh... Gue minta minum," karna malu Alanza dengan cepat berlari keluar dan Kembali ke kamar Vian.

Saat di depan Vian bukan nya ia memberikan minum itu pada Vian malah dirinya yang meminum air itu.

Vian yang sudah menadahkan tangan nya pun menatap Alanza, "ihe Khan vihan yakh maju menom," Ucap Vian tersedak sedak karna menahan agar sisa Betadine yang ada di mulut nya akan tertelan.

Alanza menarik nafas dalam-dalam, lalu ia langsung saja memberikan teko air itu pada Vian karna cangkir yang tadi sudah ia gunakan.

Tapi sedetik kemudian belum sempat Vian mengambil nya Alanza menarik nya lagi.

"Stres, kumur kumur woy bukan minum, Betadine nya ketelen!" Sentak Alanza.

"Khakhit," ucap Vian tak jelas.

"Apaan?" Tanya Alanza bingung.

"Ini sakit," ucap Vian menunjuk bibir nya.

"Terpaksa harus ke rumah sakit sih," ujar Alanza.

"Lah kok banyak darah? Ini kenapa?" Tanya Al khawatir yang berada di ambang pintu. Al masuk dan melihat keduanya.

Atensi nya mengarah ke arah Vian, dengan cepat ia menjenguk adik nya itu dan mengangkat dagu Vian sedikit ke atas.

Beberapa detik mereka terdiam, suasana terasa kaku dan tegang.

"Al.. itu Betadine bukan darah..," ucap Alanza memberi tau.

Dua detik setelah Alanza berkata seperti itu Al langsung melepaskan tangannya.

"Gue nunggu di mobil, cepet siap siap," ucap Al. Cowok itu berbalik dan pergi dari sana.

"Kemana?" Tanya Alanza.

"Rs."

Alanza dan Vian terdiam. Speechless sudah jika seperti ini.

"Liat kan, Abang tuh asik. Udah sana lo kumur kumur terus siap siap," titah Alanza.

Setelah mengatakan itu Alanza keluar dari kamar Vian, saat berada di luar kamar ada dua orang ART yang hendak melewati Alanza.

"Mau kemana bik?" Tanya Alanza pada ART itu.

"Itu tadi mas Al nyuruh ke kamar nya dek Vian, katanya di suruh bersih bersih neng," ucap salah satu dari mereka.

Alanza mengangguk, "ohh iya bik."

Alanza menuruni tangga dengan lambat. Walaupun Al marah, tapi rasa khawatirnya melebihi rasa marah itu. Terkadang ia berpikir untuk memiliki saudara kandung, agar dirinya bisa merasakan hal seperti ini, di perhatikan oleh saudara, di marahi oleh saudara, dan ribut dengan saudara.

Menurut nya orang yang memiliki saudara sangat lah beruntung, ya sangatlah beruntung. Mereka bisa berdiri bersama, walaupun terkadang ada kala nya mereka bertengkar, pasti keadaan yang menyenangkan lebih dari pertengkaran itu.

Our love story Where stories live. Discover now