- Salting

478 27 3
                                    

Alanza berdiri diam di depan rak buku buku novel, sebisa mungkin ia membuat wajah nya datar tanpa ekspresi. Ia memegang deretan buku novel yang ada di hadapannya, walaupun mungkin sudah sepuluh kali ia memegang deretan buku novel itu.

"Mau sampai kapan di sini za? Mau jadi patung penghias lo? Ini badan gue lumutan nunggu dari tadi."

Alanza yang mendengar penuturan itu lagi lagi mengeraskan rahang nya kuat agar tidak mengeluarkan ekspresi apapun. ini semua karna efek salting nya saat di mobil tadi. Al saat itu mengelus kaki nya, karna terkejut Alanza menendang ke atas sampai mengenai dagu Al, membuat Al mengigit lidah nya sendiri sampai berdarah. Sungguh peristiwa yang sangat absurd di hidup nya yang tidak akan pernah ia lupakan.

Ia berdehem pelan lalu mulai bicara. "Temenin aja Jasmine dulu, gue lagi nyari buku novel yang seru," ucap Alanza tanpa mengalihkan pandangan nya.

Al menghela nafas nya, kenapa ia harus mencintai gadis random ini tuhan. Jika marah gadis itu akan sewot, jika salting gadis itu akan cuek, jika gadis itu senang bersama keluarga nya ia akan di abaikan, seberapa banyak karung kesabaran yang harus ia siapkan untuk satu gadis ini.

Al dengan cepat merangkul leher Alanza, seperti seorang preman yang akan menodong orang orang di jalan gang.

"Za, kok gue harus suka sama lo sih?" Tanya Al seraya mengajak Alanza pergi dari tempat itu dengan posisi nya yang masih merangkul leher Alanza.

"Jangan cosplay kang todong bisa?" Tanya Alanza. Mendengar itu Al segera melepaskan tangan nya dari leher Alanza dan malah beralih merangkul wajah Alanza.

"Masih pertanyaan yang sama, kok gue bisa suka lo sih za?" Tanya Al.

Alanza merengut karna sekarang mulut nya tertutup oleh tangan Al. Bagaimana ia bicara jika mulut nya saja di tutup. Ia segera membuka mulut nya lebar dan mengigit tangan besar yang ada di depan mulut nya itu kuat.

1 detik...

2 detik...

3 detik...

"Za tangan gue sakit." Ucap Al dengan wajah datar tanpa minat.

Alanza dengan cepat menyingkirkan tangan Al dari mulut nya dengan tangan nya sendiri. Setelah itu menatap Al kesal.

"Tangan lo sakit?" Tanya Alanza.

Al mengangguk sebagai jawaban.

"Ya Tuhan kenapa hamba mu ini harus punya pasangan seperti ini!" Seru Alanza dengan meremas rambut nya frustasi. Bagaimana Al bisa berbuat seperti itu, jika tau sakit kenapa ia tidak menarik tangan nya, ingin ia teriak saat ini juga melihat tingkah Al yang mengesalkan seperti ini.

"Seharusnya gue gak sih nanya kenapa gue suka sama lo?" Tanya Alanza menatap Al dengan kesal.

"Gue za." Ujar Al.

"Gue Al, kenapa gue harus suka cowok gak jelas kek lo," ucap Alanza.

"Gak za, gue yang seharusnya nanya. Kenapa gue suka cewek random kek lo," bela Al.

"Gue Al."

"Gue za."

"Al gue yang seharusnya nanya gitu."

"Gak za, seharusnya gue."

"Gue Al!"

"Gue za."

"GUEE!" Teriak Alanza keras, membuat beberapa orang yang ada di sekitar mereka menatap mereka berdua heran.

"Kalian gapapa?"

Pertanyaan itu membuat Al dan Alanza mengalihkan perhatian mereka. Terlihat Jasmine dengan tumpukan buku di tangannya.

Al mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Jasmine. Wajah nya datar tanpa minat membuat Jasmine gugup dan mendorong kecil kacamatanya ke atas untuk menghilangkan kegugupan itu.

"Udah?" Tanya Al.

"Iya udah kak." Jawab Jasmine pelan.

"Yaudah pulang," ucap Al singkat. Lagi lagi ia merangkul leher Alanza seolah ingin menodong pacar nya itu.

Jasmine yang melihat itupun meremas sisi buku dengan kuat, membuat buku baru itu berkedut dan terlipat lipat. Perkataan Al sebelumnya tidak seperti ini, jelas kakak kelas nya itu membohongi nya.

Jasmine berusaha mengatur emosi nya. Ia sedikit menaikan kacamata nya yang melorot dan setelah itu mulai mengikuti pasangan yang ada di depan nya itu.

.
.
.

Setelah semuanya selesai, mereka bertiga akhirnya keluar dari gedung besar itu. Hawa dingin menusuk kulit mereka, menandakan hari sudah malam.

"Lo mau pulang sendiri apa di anter?" Tanya Al pada Jasmine yang ada di samping Alanza.

Jasmin menaikan kacamata nya yang melorot, "emm.. kalo Jasmine minta anter repotin gak kak?" Tanya Jasmine.

"Gak," jawab Al singkat. Alanza yang mendengar itu reflek menatap Al tajam, apa apaan pacar nya ini, apakah memang ia sudah terlanjur kena pelet Jasmine? Jika iya itu sangat parah.

Mereka bertiga akhirnya datang ke parkiran, Al langsung membuka kunci mobil lalu membukakan pintu depan sebelah kiri. Sesaat Al tersenyum tipis ke arah Jasmine. Jasmine yang melihat itu ikut tersenyum, sedikit salah tingkah karna melihat Al seperti itu, pasti Al membukakan pintu itu untuk nya, itu sebab nya Al tersenyum padanya.

Jasmine mendahului Alanza, segera ia mendekat ke arah Al berniat masuk ke dalam mobil. Alanza yang melihat itu semakin kesal, ada ada saja adik kelas nya satu ini, apakah ia pikir Al membukakan pintu untuk nya.

Baru saja Jasmine ingin masuk ke dalam mobil Al segera buka suara.

"Ngapain? Gue bukain pintu buat cewek gue," ucap Al datar.

Alanza yang mendengar itu sontak menahan tawanya, "Al parah ihh..." Celetuk Alanza. Alanza segera mendekat, ia sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Jasmine untuk membisikkan sesuatu pada adik kelas nya itu.

"Jangan kepedean, lo itu cuma di mainin Al," ejek Alanza berbisik. Setelah itu Alanza langsung masuk ke dalam mobil, tidak lupa Al tutup pintu mobil itu pelan.

Jasmine menundukkan kepalanya malu, sialan pasangan ini, jelas mereka sengaja mempermainkan dirinya.

Tanpa mempedulikan Jasmine ia segera mengitari mobil dan masuk ke dalam mobil. Ia tidak suka bermain main seperti ini, tapi memang salah Jasmine mengajak nya bermain perasaan seperti ini.

Alanza menurunkan kaca mobil nya, "Jasmine ayok masuk, di luar dingin loh," goda Alanza. Jasmine yang mendengar itu segera mengalihkan pandangannya.

"Oh iya kak... Jasmine lupa kalo papa Jasmine mau jem--"

Belum selesai Jasmine bicara Al langsung memundurkan mobil nya keluar dari area parkir, sebenarnya memang dari awal dia tidak berminat mengajak Jasmine, tadi hanya akal busuk nya untuk membuat adik kelas nya yang sengak itu malu.

Ia tidak suka di tantang, apalagi menyangkut tentang Alanza. Jangan kan mengganggu ketenangan Alanza, orang yang ingin berniat jahat pada Alanza pun tidak akan dia biarkan menyentuh gadis nya itu sedikit pun. Ia pastikan, ketenangan Alanza ada di tangan nya.

Our love story Where stories live. Discover now