- bocil demam

461 25 0
                                    

Sekarang pukul 04:20, Al sudah siap dengan seragam nya. Pagi ini ia akan mengantarkan Alanza pulang terlebih dahulu untuk bersiap sekolah. Tapi sekarang mereka berdua malah disibuk kan oleh Vian yang demam.

"Udah di bilang juga bakal demam," celoteh Al. Sekarang mereka berada di kamar Vian, terlihat pemilik kamar itu membelakangi mereka.

"Pergi aja sana, Vian gak kenapa kenapa," Ucap Vian pelan dengan tangan nya sedikit terangkat seperti ingin mengusir.

Al mengangkat sebelah alisnya, "Yaudah yok za sekolah aja, biarin Vian di rumah sama arwah penunggu rumah ini," ucap Al menguji perkataan adik nya itu. Vian dengan cepat berbalik, menatap dua insan di hadapannya itu dengan tatapan sengit.

"Apasih Abang gak asik banget, kalo mau pergi ya pergi aja," gerutu Vian.

Al memutar kedua bola matanya malas, tanpa ingin meladeni ia segera beranjak, tidak lupa menggenggam tangan Alanza untuk pergi dari sana.

"Kita berangkat, pagi ini gue ada urusan." Ucap Al pada Alanza. Tentu Alanza hanya menurut tanpa berkata apa apa.

Vian yang melihat nya pun memasang wajah masam, bagaimana ia bisa memiliki kakak laki laki kejam seperti itu. Sudah tau adik nya tidak sehat, malah ingin pergi sekolah begitu saja tanpa membujuk adik nya terlebih dahulu. Jika saja ia bisa memilih siapa saja yang menjadi anggota keluarga nya, sudah pasti dirinya akan meminta kakak perempuan seperti Alanza.

Beberapa menit setelah Al dan Alanza hilang dari pandangan, Vian mulai memikirkan yang tidak benar. Seperti ada sesuatu di bawah kolong kasur, ada tangan panjang di atas lemari, dan ada makhluk lain di langit langit kamar. Tanpa ba-bi-bu Vian meloncat dari kasur nya dan keluar kamar.

"Gila kamar gue banyak penunggu nya, harus manggil orang pinter sih..," gumam Vian pelan. Sekarang ia menuju ke arah kamar Al, kenapa? Ya untuk numpang mandi, ia ingin sekolah.

Setelah beberapa menit akhirnya Vian selesai dengan acara mandi nya. Sekarang ia keluar hanya dengan handuk sebatas pinggang, ia menuruni tangga dengan cepat dan menuju ke arah dapur. Kenapa habis mandi ke dapur? Lapar? Tidak, bukan lapar jawaban nya, melainkan ingin meminta pakaian nya di siap kan dan di bawa ke kamar Al.

Saat sudah sampai di dapur, Vian langsung mengucapkan keinginan nya. "Bik Ra, siapin baju Vian dong, kalo udah taruh di kamar Abang ya," pinta Vian.

Orang yang di panggil bik Ra itu mengalihkan pandangannya, "Hah? Maksud nya apa toh?" Tanya bik Rara.

"Tolong siapin seragam Vian, terus taruh di kamar Abang, sekalian tas juga, oh iya jangan lupa earphone Vian yang ada di laci lemari, charger di meja belajar, dan topi warna emerald green yang ada di laci tempat topi topi Vian ya." Pinta Vian banyak.

"Aduh dek, bibi kerja nya bukan beres beres kamar, mana tau di mana barang barang nya," balas bik Rara.

"Nanti Vian temenin, yang penting yang masuk kamar bibi, bukan Vian." Ucap Vian yang berhasil membuat bik Rara sedikit bingung.

Tidak ingin ambil pusing, bik Rara hanya mengangguk, "nanti ya, nunggu bibi selesai bikin bubur."

Vian mengangkat sebelah alisnya, "Abang belom berangkat?" Tanya Vian.

"Udah berangkat tadi," jawab bik Rara.

"Terus bubur nya buat siapa?" Tanya Vian lagi.

"Kata mas Al tadi bubur nya buat dek Vian, katanya dek Vian gak sehat," beritahu bik Rara.

Vian menggeleng dengan cepat, "gak bik gak usah, Vian sehat, buatin aja sandwich satu."

"Kata mas Al gak boleh makan selain bubur dek, kalo ketauan makan yang lain aduh berabe nanti di marah mas Al." Ucap bik Rara seraya mengaduk bubur yang ada di dalam panci kecil di atas kompor itu.

Our love story Where stories live. Discover now