Episode 3 : Drama

13K 1K 12
                                    

"Arghhhh gila! Pindah jurusan bisa kagak sih?! " teriak Arabella frustasi.Otak seorang gadis bernama Kirana tidak bisa mengimbangi jurusan yang Arabella ambil. Oh iya, Arabella berada di kelas XI MIPA 2 saat ini.

Gadis itu berjalan jalan di taman yang sepi. Mengigit brownis coklat di tangannya dengan rakus dan marah. Maklum belum makan sedari pagi.

"Hmm? Itu cowok yang gue tabrak tadi pagi kan? " gumamnya melihat laki laki yang duduk sendirian di kursi taman. Arabella segara menghampiri dan memberi laki laki itu kue stroberi kesukaannya. "Maaf buat yang tadi pagi. Gue bener bener ga sengaja. "

Alrescha menatap kue di tangannya dengan aneh. "Jangan lihat dari nilai rupiahnya, itu kue kesayangan gue tau! Dah ya! " tanpa melihat reaksi lawan bicaranya, Arabella meninggalkan Alrescha begitu saja dan lanjut mengumpat rumus rumus fisika kimia. Tak lupa juga menghina nama nama bakteri yang membuat lidahnya keseleo sambil terus makan.

"Al, lo habis di caperin nenek lampir? " tanya Shailendra Agustin, tuan muda dari keluarga besar Agustin yang berbisnis di bidang kesehatan.

"Tu orang lagi capek di php in si Nathan terus berpaling ke elo Res? " sambung Aidan Burchard Halbur tuan muda keluarga Halbur yang berbisnis di bidang kesenian.

"Gila! berani bener tu cewek ngincer lo Cha." lanjut Alexe Kaivar Stewart. Tuan muda Stewart yang akan mewarisi perusahaan Stewart dari sang ayah kelak.

"Kalian bisa ga jangan maen maen sama nama orang? " kesal Karlen Dario Balsam. Tuan muda keluarga Balsam yang berbisnis di bidang pertekstilan dan merupakan wakil ketua dari geng Azazel. Tentu saja ketuanya sendiri adalah Alrescha.

"Ealah, bercanda doang. "

"Wow! Ada yang di kasih hadiah nih. " goda Shailendra .

"Wah iya nih, dari nenek lampir Al? Kalo lo ga mau buat gue boleh ga? Laper nih. " sahut Aidan.

"Lo ga takut tu kue ada apa apanya Dan? " Alexe.

"Apa apanya apa? Santet? Susuk? Ga mungkin lah, jelas jelas itu kue dari kantin. Spesies langka itu mah, edisi terbatas loh. buat gue aja deh Al, Lo juga ga suka yang manis manis kan. " Aidan berusaha mengambil kue stroberi itu dari tangan Alrescha tapi naas, anginlah yang ia dapatkan.

"Ga, ini punya gue. " Alrescha bangkit dari duduknya dan berjalan pergi meninggalkan teman temannya.

Shailendra tercengang. "What? Sejak kapan seorang Alrescha makan makanan pemberian cewek? Dari nenek lampir lagi. "

"Bukan urusan lo juga kan? Mending ke kantin aja, laper nih. " Kalren berjalan menyusul Alrescha yang sedang memakan kue stroberi di kejauhan. Kemudian di susul oleh trio trouble maker .

"Okeyy."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kantin.

Alexe menatap dua orang yang menjadi pusat perhatian seluruh penghuni kantin dengan aneh. "Emang bener ya, dunia itu sempit."

"Itu si nenek lampir mau ngebully queennya dark angel lagi? " bingung Shailendra.

Aidan memutar bola matanya malas. "Kalo lo nanya ke gue, gue nanya ke siapa? "

"Ya lo kan bisa nanya ke Kalren ato Alrescha. " jawab Shailendra dengan watadosnya.

"Ngejawab lo! "

"Berisik babi! " kesal Kalren.

"Gue manusia anjir bukan babi! " protes Shailendra.

"Diam! "

"......"

"Oke. "

Keempat laki laki itu duduk diam dengan patuh. Tak berani lagi mengganggu Alrescha. Laki laki tamvan bin dingin yang kalo marah teramat nyeremin seperti syura.

Sementara itu di sisi lain, Arabella yang baru saja mau membeli makanan lain untuk menggantikan kue stroberi terjebak dalam sebuah masalah.

Tadinya sih, dia berniat kembali duduk setelah bakso pesanannya selesai di buat. Tapi entah dari mana Angelia datang dan menumpahkan bakso ketangannya sendiri lalu menjerit kesakitan. Tentu saja mereka segera menjadi pusat perhatian seluruh kantin.

"......" Anjir bakso gue.

"Sakittt hiks, Aku salah apa sih sama kakak? Aku minta maaf kalo ada salah hiks, jangan gini lagi ya? Plisss hiks" perempuan lemah lembut itu terisak menahan rasa sakit dari kulitnya yang tersiram kuah bakso panas. Air mata mengalir dengan deras dari kedua mata bulatnya. Nada memohon yang jelas terdengar segera menarik simpati dari para penonton.

Hah?

Belum sempat Arabella menanggapi, tendangan yang keras bersarang di perutnya membuat dirinya jatuh tersungkur tepat di samping pecahan mangkuk bakso.

Sakitttt!

Arabella menatap tangannya yang bersimbah darah terkena pecahan mangkuk keramik lalu beralih ke laki laki yang berdiri di samping Angelia dengan linglung.

"Angel kamu gapapa? " tanya Nathan dengan kekhawatiran yang tak bisa di sembunyikan.

"Gapapa kok hiks, ga sakit. Ini pasti karena hiks aku yang salah. " ucap Angelia.

"Kamu ga salah, dia yang salah! " sekali lagi, Nathan menendang Arabella dengan keras membuat gadis itu mundur terhantuk kaki meja. Gelas air putih yang ada di atas segera tumpah membasahi Arabella, melincur turun menyatu dengan darah.

"Rasain! Makanya jangan macem macem sama Angel! " ejek Reyhan, anggota dark angel.

"Dasar jalang." umpat Leo.

"Sukurin! Masih ga kapok lo ganggu Angel terus?!" kesal Bagas.

"Untuk yang ke sekian kalinya gue ngomong, pergi jauh jauh lo dari Angel! Gue ga akan pernah suka sama orang modelan lo! " sentak Nathan dengan kejam sebelum kemudian pergi meninggalkan kantin bersama rombongannya untuk mengobati luka Angelia.

"Hahaha kasian banget sih~"

"Anjir lah si Nathan, ga tanggung tanggung tuh nendangnya! "

"Kenapa? Itu jalang juga pantes dapetin tendangan Nathan. Siapa suruh dia yang mulai duluan!"

"Buset nggak ada yang mbantu, kasihan bat tu nenek lampir. "

"Biarin aja, Mati aja sekalian! Malah bagus! "

"Cabut ah, ga nafsu makan lagi gue."

Para penghuni kantin berbondong bondong untuk pergi setelah melihat genangan darah di sekitar Arabella semakin besar. Siapa juga yang mau makan kalo ada orang sekarat sama bau darah di sekeliling mereka? Mana orangnya ga gerak gerak lagi dari tadi. Beneran mati kah?

"Bangsat! Si Nathan keterlaluan banget tuh! " kesal Aidan.

"Hooh. Kalian juga liat kan tadi? "

"Ya iya lah! Yang numpahin kuah baksonya kan Angel sendiri, kenapa Arabella yang kena tendang?! " sungut Alexe. Entah kenapa dia marah melihat apa yang baru saja terjadi. Padahal dia sebelumnya mendukung Angelia, eh sekarang malah ngedukung Arabella.

"Emang dasar anak monyet, langsung maen kasar aja tu si Nathan! " umpat Shailendra.

"Ayo ke rumah sakit dulu. " Alrescha menggendong tubuh Arabella dengan kedua tangannya dan pergi tanpa melihat reaksi teman temannya yang sedang tercengang.

"Turunin gue, baju lo kena darah. " bisik Arabella. Ia tidak punya tenaga untuk bicara dengan keras setelah mental yang baru tadi pagi ia bangun di hancurkan oleh Nathan secepat kilat.

"Kaki lo juga luka. "

"Terus? Cuma lecet doang kok. Lagian mau gue mati juga ga bakal ada yang peduli. Gue bahkan ga kenal sama lo, kenapa lo baik ke gue? " Arabella mencengkeram erat baju putih Alrescha yang ternoda darah. Kepalanya tertunduk menyembunyikan mata yang berkilat seperti kaca siap menumpahkan butiran air kapanpun dia mau. Sialan! Lla yang kuat dikit napa sih?! Lemah bat lo!

"Alrescha, gue ga setegaan itu sama cewek. Lo tidur aja, kalo tidur ga bakal sakit lagi. " Arabella mengangkat kepalanya, menatap laki laki berwajah dingin yang sedang menggendongnya kemudian tersenyum. "Oke, kalo gitu gue tidur. Makasih, Alrescha. "

Keempat orang yang di tinggal pergi saling menatap dengan syok bercampur heran.

"Seorang Alrescha ga tegaan sama cewek? Kok gue baru tau?" bingung Alexe.

"Apa lagi kite. "

Jadi Antagonis Dalam Novel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang