Episode 4 : Rumah Sakit

12.4K 965 2
                                    

Dokter melirik Alrescha yang baru saja selesai mengabari keempat anak curutnya bahwa semua baik baik saja dan tidak perlu menyusul sebagai isyarat untuk pergi.

Seakan mengerti, Alrescha segera keluar dari ruang perawatan meninggalkan Arabella dan dokter agar mereka dapat berbicara dengan leluasa.

Sedikit terkesan dengan kepekaan laki laki tampan dengan baju bersimbah darah, dokter segera mengalihkan tatapannya pada Arabella yang berjuang duduk di atas ranjang. Sedikit simpati melintas di mata dokter wanita itu.

"Luka yang anda terima tidak terlalu fatal dan parah sehingga tidak perlu khawatir. Tolong ingat untuk mengganti perban sesering mungkin, hindari terkena air dan oleskan obat sesuai arahan yang telah di berikan. Anda mengerti? "

Arabella menyimak dengan serius lalu mengangguk sebagai tanda mengerti.

Melihat tanggapan halus pasiennya, dokter muda itu kembali berkata," Sesuai perintah anak laki laki yang telah membawa anda kemari, kami melakukan pemeriksaan menyeluruh dari luar kedalam. Luka luar memang tidak perlu di khawatirkan, tapi........ "

Seakan tahu apa yang akan di katakan dokter selanjutnya, Arabella segera menyela. "Dokter, saya tau. "

Dokter menatap gadis kecil di depannya dengan simpati. "......., sudah pasti. Semangat ya nak. "

Arabella turun dari ranjang, tersenyum kepada dokter baik hati yang telah merawatnya dan menjawab, "Saya tidak bisa berjanji. "

"Terimakasih telah merawat saya, permisi. " Arabella berjalan keluar dengan tertatih tatih meninggalkan bu dokter yang masih membeku di tempat.

"Bagaimana? " tanya Alrescha begitu ia melihat Arabella keluar sambil tersenyum.

"Gapapa, kata dokter lukanya ga parah. " Arabella menatap baju putih Alrescha yang kini ternoda darah dengan sedih, " Baju lo ga bakal bisa bersih, gimana kalo gue ganti? "

Alrescha menatap gadis yang merasa bersalah di depannya. Karena lebih pendek, dia harus menundukkan kepala. Rambut panjang gadis itu kini telah kering seiring waktu berjalan, tapi terlihat kusut. Noda darah di baju dan roknya telah kering di balik jaket hitam miliknya yang tersampir di pundak kecil nan imut.

Karena sebelumnya wajah Arabella tersiram air, make up nya luntur memperlihatkan wajah cantik yang pucat. Sulit di percaya kalau tampang seperti itu dibilang baik baik saja.

"Ga, ga perlu. "

"Baik banget lo Cha! Lo di kelas apa? Nanti biar kalo jaket lo udah gue cuci bisa gue balikin. "

"XI MIPA 1."

"Kelas sebelah gue? Oke. " Arabella tersenyum manis seolah olah orang yang tampak putus asa di pelukan Alrescha sebelumnya bukanlah dia.

Saat itu juga, Alrescha melihat dokter keluar sambil menatap punggung Arabella dengan panuh rasa iba dan simpati sebelum kemudian berjalan pergi untuk memeriksa pasien lain. Arabella hanya melihat dokter berjalan pergi dan tidak tau apa yang telah di lihat Alrescha.

"........Gue udah bayar biayanya, ayo pulang. Gue anterin. " tanpa menunggu jawaban, Alrescha menggendong Arabella dengan kedua tangannya membuat sang empu refleks mengalungkan lengannya di leher Alrescha agar tidak jatuh.

Baru setelah sadar, Arabella segera melepaskannya secepat kilat."Sorry reflek, gue bisa jalan sendiri. "

"Lama. "

".......Biayanya berapa? Ntar gue balikin duit lo. "

"Ga usah, gue ga kekurangan uang. " Alrescha mendudukkan Arabella di kursi co pilot sebelum kemudian duduk di kursi kemudi.

Jadi Antagonis Dalam Novel [End]Where stories live. Discover now