Episode 31 : Awal

6.4K 545 17
                                    

Grady menatap orang di depannya dengan terkejut. Semburan kebahagiaan terus meluas dari lubuk hatinya. Namun harus ia tahan agar tidak di sadari pihak lain.

Dengan ragu, ia bertanya. "Anda yakin? Tidakkah pihak kalian akan mengalami kerugian yang besar? "

"Yah, itu bukan masalah besar. Saya hanya menyampaikan apa yang ingin tuan saya sampaikan pada anda. " Pria muda berjas hitam rapi menyodorkan sebuah dokumen ke depan Grady.

Lirikan tajam di balik kaca mata berbingkai emas tertuju kepadanya. "Anda hanya perlu tanda tangan dan uang kompensasi akan segera di kirim."

"Ba- Baik! " Grady membaca sekilas isi dokumen itu untuk melihat apakah ada yang salah. Setelah yakin, ia membubuhkan tanda tangannya di sisi kanan bawah dokumen.

Pria di depannya tersenyum puas. Ia mengambil kembali dokumen yang telah di tanda tangani lalu berdiri. "Terimakasih atas kerjasamanya, semoga bisnis anda segera melambung tinggi. Kami menantikan untuk bekerja sama di proyek lain. "

Gilbert, sahabat sekaligus asisten Ravindra itu berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Grady yang masih tidak bisa percaya dengan keberuntungan yang telah terjadi padanya.

Tak lama, senyum penuh kemenangan merekah di wajah tuanya.

Baru saja, perusahaan yang memegang saham tertinggi di proyek tambangnya tiba tiba mengundurkan diri! Hahaha! Sekarang tidak ada yang bisa menghentikannya untuk menjadi kaya raya! Dia bahkan mendapat banyak uang kompensasi dari pihak lain!

Grady rasa, membuang kedua anak dari istri pertamanya memang adalah hal bagus! Karena setelah mereka tidak ada, keberuntungan terus mengalir kepadanya!

Hahaha!

"Ayo pergi membeli sesuatu untuk anak dan istriku lalu pulang. Mereka harus mendengar kabar bahagia ini! " Grady beranjak dari tempatnya. Dalam suasana hati yang baik, ia mampir ke beberapa toko ternama untuk membelikan istri dan anaknya banyak barang.

Tidak masalah untuk menghambur hamburkan uang. Lagi pula, sebentar lagi akan ada lebih banyak yang datang kepadanya.

.
.
.
.
.
.

"Hahahaha! Dra! Sumpah lo harus liat wajah mantan bokap lo tadi! Wkwkwk lucu bat anjir! Kek lagi ngebet boker. " Tawa Gilbert menggelegar begitu ruang kerja Ravindra hanya di isi oleh mereka berdua.

"Tsk! Dasar serakah. Udah tua, bau tanah, banyak dosa, serakah pula. Mesti besok masuk neraka jahanam! " Pria itu mendengus kesal. Tidak ada lagi aura berwibawa dan menakutkan yang tadi terlihat. Hanya tersisa sifat kekanakan dan semangat anak muda. Kacamata yang ia kenakan bahkan kini terlihat tidak cocok dengan sikapnya.

Gilbert terus berbicara bahkan jika orang di depannya tidak menanggapi sama sekali. Lagi pula dia sudah terbiasa. Jika bukan pada adiknya, orang yang menjadi bos nya itu tidak akan bersikap hangat kepada orang lain termasuk dirinya. Untungnya sih dia memiliki kesabaran seluas samudra dan rasa persaudaraan se kuat tali pramuka sepuluh meter.

"Oh iya." Gilbert menatap temannya yang sedang mengurus tumpukan dokumen dengan santai tanpa niat membantu.

"Sebentar lagi ada pertemuan orang tua di sekolah adik mu, kau atau orangtua Alrescha yang akan datang? " tanyanya.

"Kami akan datang. "

"Begitu..... "

"Kalau gitu aku akan pergi membeli nasi kucing dan gorengan di depan perusahaan. " Gilbert berjalan dengan riang ke arah pintu.

"Kau kira jabatan mu apa? "

Suara dingin itu berhasil menghentikan langkah Gilbert. Dengan patuh dan takut takut, ia beranjak untuk membantu sahabatnya.

Jadi Antagonis Dalam Novel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang