BAB 6. 1005

17 13 12
                                    

"1001, sepertinya ada kesalahan saat pembagian kelas. Aku diberitahu Guru Pengintai sebelumnya bahwa kemampuanmu dalam menguasai pelajaran ini sangat berkembang pesat, tapi nyatanya yang kulihat justru sebaliknya. Maaf, kamu belum layak mengikuti kelas Pengintai."

Ini bukan kali pertama 1003 dimarahi oleh Guru Pengintai kami. Meski aku sudah melatihnya diam-diam, tetap saja dia tidak bisa menguasai pelajaran dengan cepat, karena mata pelajaran ini memang bukan keahliannya sejak awal.

"Tolong beri saya kesempatan. Saya akan berlatih lebih giat lagi," 1003 sama khawatirnya denganku. Jika guru lain tahu bahwa 1003 tidak menguasai mata pelajaran ini, mungkin mereka tidak keberatan memberi kesempatan untuk 1003 mencoba mata pelajaran lain. Namun, jika 995 tahu, dia pasti curiga. Karena semua mata-mata pasti menguasai mata pelajaran pengintai, mereka sudah dilatih bahkan sebelum sekolah di Wonderland Academy. Kami tidak bisa memberi celah sedikitpun yang bisa memancing kecurigaan 995.

"Sudah berapa kali kamu memohon? Dan berkali-kali aku memberikan kesempatan, hasilnya selalu mengecewakan. Kali ini aku serius. Jika pada jadwal pertemuan berikutnya kamu masih seperti ini, aku akan langsung mengeluarkan kamu dari kelas Pengintai."

Jika aku di posisi 1000, mungkin aku juga melakukan hal yang sama. Mata Pelajaran Khusus dipilih langsung oleh guru pembimbing dengan menilai potensi para muridnya. Karena itu murid tidak bisa seenaknya memilih mata pelajaran yang dia inginkan, terlebih lagi jika potensinya tidak sesuai dengan mata pelajaran tersebut.

Kacau, aku tidak tahu harus berbuat apa lagi. Jika penyamaran 1003 terbongkar, mereka akan tahu bahwa yang berada di pulau sebelah adalah 1001. Entah apa yang akan terjadi kepada mereka, bahkan keluarga mereka akan ikut terseret dalam masalah ini dan menerima hukuman berat. Pelanggaran yang mereka lakukan sekarang bukan pelanggaran biasa, hukumannya juga pasti bukan hukuman biasa. Aku tidak ingin membayangkannya.

1003 hanya duduk tak bergeming saat kelas berakhir. Tentu saja sulit untuknya mengejar ketertinggalan dalam pelajaran pengintai. Murid lain sudah dilatih selama dua tahun, karena itu kemampuan kami sudah sangat baik. Berbeda halnya dengan 1001, dia mempelajari semua mata pelajaran saat kelas dua, jadi dia tetap terlatih di mata pelajaran pengintai meski tidak sehebat kami yang mengikuti kelas khususnya.

Dari awal potensi 1001 dan 1003 sudah berbeda. Pasti 1003 merasa hari-hari yang dia jalani kini sangat berat. Dituntut menguasai mata pelajaran khusus yang seharusnya untuk 1001, setiap hari menyesuaikan diri dengan kebiasaan 1001, berpura-pura menjadi orang lain tentu rasanya menyiksa, tapi aku tidak pernah mendengarnya mengeluh.

"Kamu hebat," hiburku setelah mengambil tempat duduk di sampingnya. Dia menoleh, mata kami saling beradu pandang dalam beberapa saat, mulutku terkunci, pikiranku asyik memperkirakan tentang isi hatinya, untuk sesaat aku berharap memiliki kemampuan khusus yang membuatku bisa membaca pikiran orang lain. Tiba-tiba dia tersenyum.

"1001 sangat beruntung disukai lelaki sebaik kamu. Gadis paling beruntung se Pulau Surga," jawabnya sambil terkekeh. Untuk sesaat aku terdiam, mencoba mencerna arti dari perkataannya. Kenapa tiba-tiba dia memujiku? Harusnya dia mengatakan itu secara langsung kepada 1001, barangkali 1001 bisa mempertimbangkan perasaanku.

"Hanya se Pulau Surga? Bukannya dia gadis paling beruntung di dunia?" balasku penuh percaya diri. Masih ada rasa sedih saat mengingat 1001, entah kapan aku bisa merelakan kepergiannya, yang pasti aku tidak akan pernah melupakannya, tidak akan lupa sedikitpun.

"Se Pulau Surga sudah cukup. Karena di dunia ini ada banyak laki-laki yang lebih baik dari kamu, dan ada banyak gadis yang lebih beruntung dari 1001." Sebenarnya anak ini berniat memujiku atau tidak, sih? Tapi yang dia katakan ada benarnya juga. Masih banyak yang lebih baik dariku, aku harap salah satunya bisa membuat 1001 menjadi gadis paling beruntung di dunia.

Kisah cinta ini sudah seperti kisah cinta beda alam saja. Meski kami sama-sama di dunia, dia berada di tempat yang tidak akan pernah bisa aku capai, begitu pula sebaliknya. Tidak peduli seberapa beratnya rindu, tidak akan ada kata temu. Terpisah oleh tragedi bernama seleksi alam. Kuharap tidak ada orang lain yang akan mengalami takdir yang sama denganku, lihat saja suatu saat nanti aku pasti bisa menghentikan siklus belajar di Wonderland Academy agar tidak ada lagi tragedi bernama seleksi alam.

"Dia bukan mata-mata, kemampuannya dalam mata pelajaran pengintai sangat mengkhawatirkan, benar-benar tidak layak." Sayup kudengar ada suara percakapan tidak jauh dari kami. Murid-murid yang lain sudah kembali ke tempat istirahat sejak kelas usai, hanya aku dan 1003 yang masih berada di area latihan, kebetulan area latihan kami hari ini dekat dengan perbatasan wilayah area kelas dua dan tiga.

"Memang ada hal yang aneh, saat aku pertama kali bertemu dengannya, aku merasa kemampuannya dalam pengintaian sangat meragukan. Padahal calon mata-mata dilatih dengan sangat ketat."

Tanpa mereka menyebut nama pun, aku dan 1003 langsung tahu siapa yang sedang mereka bicarakan. Tanpa mengintip pun aku bisa tahu siapa pemilik suara ini, dia adalah 1000, Guru Pengintai kami. Dan lawan bicaranya adalah 995, aku masih ingat suaranya saat sesi perkenalan guru beberapa hari yang lalu.

Anehnya 1000 tahu tentang mata-mata. Apakah 995 memang sangat ceroboh sehingga dia seenaknya memberitahu murid lain tentang mata-mata. Saat dia membocorkannya pada 1001, itu masih wajar karena dia mengira 1001 adalah mata-mata di kelasku. 1000? Apa dia sedekat itu dengan 995 sehingga dia juga tahu rahasia yang tidak boleh diketahui murid Wonderland Academy?

Tunggu dulu, aku harus menghentikan rasa penasaran tentang hubungan 1000 dan 995, yang paling penting sekarang adalah isi pembicaraan mereka. Mereka meragukan 1001, bahkan 995 juga sudah lama meragukannya, tapi dia tetap berbagi rahasia mata-mata dengan 1001 tanpa rasa ragu. 995 ceroboh ataukah dia punya maksud tersembunyi?

SELEKSI ALAM 2 [END ✓]Where stories live. Discover now