Bab 8. 977 (Jevin)

17 14 7
                                    

Keberuntungan sedang berada di pihakku. Berhasil bertemu orang tuaku, lalu sekarang aku mendapat kebebasan bepergian ke mana saja karena aku direkrut menjadi tim lapangan. Berbeda dengan para penghuni Pulau Impian yang lain, tim lapangan tidak harus tinggal di Pulau Impian, karena tugas kami mengharuskan kami ke luar pulau.

Sebagai junior baru di tim ini, aku belum tahu banyak mengenai pembagian tugas untuk para korban seleksi alam dan mata-mata. Hanya beberapa yang aku tahu saat pembagian tugas kemarin, ada tim yang mengawasi Pulau Surga, ada tim yang diberi tugas membuat penemuan canggih, dan setahuku ada juga tim pengawas alumni. Sepertinya masih ada banyak lagi, akan kucari tahu lewat ayahku saat aku sudah menyelesaikan tugas penting ini.

Dunia manusia, sebut saja begitu, ini adalah tempat yang kita tinggali. Lain halnya dengan pulau-pulau aneh ciptaan Tim Wonderland, sebut saja dunia fantasi, tidak ada julukan yang lebih cocok selain ini. Nah, istimewanya tim lapangan adalah bebas ke dunia mana saja, kami bisa bolak-balik kapan saja, karena tugas kami adalah mengawasi alumni atau memecahkan kasus tentang hal mencurigakan dari keluarga alumni. Para alumni tinggal di dunia manusia, jadi kami menjalankan tugas di sana, tapi kami tetap akan melakukan laporan rutin ke Pulau Impian.

Mata-mata dilatih secara ketat sejak kecil, kemampuan pengintainya tidak diragukan. Karena itulah hanya para mata-mata yang bisa menjadi tim lapangan. Karena aku sedang berperan sebagai Leo, mereka tidak meragukan kemampuanku, jadi aku diberikan tugas pertama tanpa bimbingan senior, tentu saja aku tidak kalah hebat dari Leo, mengingat aku dulu dipilih sebagai Guru Pengawas, dan mata pelajaran khusus yang paling aku kuasai adalah Pengintai.

Satu hal yang membuatku menjadi orang paling beruntung. Tidak ada alat pelacak maupun alat perekam di dalam tubuhku. Kata Leo ini adalah kehormatan untuk para mata-mata, para tetua sangat mempercayai mata-mata, karena itu mereka tidak dipaksa memakai alat sejenis itu.

Berbeda halnya dengan para alumni Wonderland Academy. Saat lulus, akan dipasang alat perekam dan pelacak di tubuh mereka, agar mereka tidak membocorkan rahasia Wonderland Academy. Bagaimana dengan para korban seleksi alam? Tidak, mereka juga tidak diberi alat sejenis itu, hanya saja sebagai gantinya mereka harus diisolasi di Pulau Impian.

Misi pertamaku adalah menyelidiki kasus meninggalnya calon murid Wonderland Academy sehari sebelum dibawa ke Pulau Surga. Kematiannya dianggap janggal karena waktunya mencurigakan. Memang tidak ada yang tahu kapan musibah akan terjadi, tapi demi menghindari kemungkinan terburuk, Tim Wonderland harus memastikan kematian calon murid itu bukan rekayasa.

Dari Pulau Impian aku diantar menggunakan helikopter ke sebuah desa. Bukan desa terpencil, desa ini agak ramai, sepertinya tidak jauh dari kota. Agar tidak mencolok, helikopter turun di tanah lapang yang jauh dari pemukiman, selanjutnya aku teruskan perjalanan dengan berjalan kaki karena tempat yang dituju tidak jauh.

Aku diberi kartu identitas palsu untuk melengkapi penyamaranku. Berpura-pura menjadi tetangga targetku. Rumah yang aku tinggali adalah rumah dinas yang disediakan untuk para mahasiswa yang sedang melakukan KKN di tempat ini, dan aku menyamar sebagai salah satu dari mereka. Rumah target hanya sekitar seratus meter dari sini, tapi karena berpura-pura sedang KKN, aku bebas berkeliling desa ini dan menjalin silaturahmi dengan para penduduk sekitar.

Nomor induk siswa 788, Rei. Mata Pelajaran Khusus Pelestarian Alam. Istrinya juga alumni Wonderland Academy, takdir mempertemukan mereka kembali di kampus yang sama. Mereka memiliki dua orang anak, anak perempuan yang sekarang berstatus sebagai murid Wonderland Academy, dan anak laki-laki yang meninggal dalam kebakaran sehari sebelum keberangkatannya ke Pulau Surga.

Menarik, jika dia merekayasa kematian anaknya, kenapa hanya satu yang diselamatkan? Sedangkan satunya lagi dibiarkan menjadi murid Wonderland Academy. Dari informasi yang didapat Tim Wonderland, mereka menemukan mayat dalam kondisi mengenaskan, dan ada beberapa saksi mata yang melihat anak 788 masuk ke gudang beberapa saat sebelum kebakaran, tidak ada yang melihat dia keluar dari sana, sehingga mereka yakin kalau mayat itu adalah anak 788.

***

"Biar saya bantu, Pak." Aku berusaha menawarkan diri memberi bantuan kepada 788. Dia sedang memperbaiki kandang hewan peliharaannya. Wajahnya pucat, entah karena kelelahan atau karena sedang sakit. Aku bergegas mengambil botol minum dari ranselku dan menawarkannya pada beliau.

"Harusnya saya yang menawarkan minum kepada tamu," tolaknya halus sambil tersenyum. Aku meletakkan botol minumku di sampingnya, dan memintanya untuk beristirahat.  Memperbaiki kandang hewan, menambal atap yang bocor, memandikan kambing, apapun akan kulakukan asal bisa mendekati targetku.

Rumah 788 sangat indah. Rumah kayu sederhana yang tidak terlalu besar, ada rumah kaca yang berisi tanaman herbal pada halaman depan. Di sisi kiri berjajar rapi kandang hewan peliharaan. Sedangkan di sini kanan terdapat taman bunga yang asri, danau yang airnya jernih, dan kolam ikan yang cukup besar. Di bagian belakang rumah ada hutan buatan. Tanpa diajak tour pun aku sudah melihatnya sendiri, jangan ragukan kemampuan pengintaiku.

Selesai memperbaiki kandang hewan peliharaan, aku segera mendekati 788 untuk bertanya apakah ada hal lain yang bisa kubantu, ternyata dia tertidur. Saat ingin membangunkannya agar bisa tidur di dalam rumah, aku terkejut menyadari tangannya sangat panas, ternyata 788 terlihat pucat karena sedang demam. Aku segera menelepon dokter untuk memeriksanya.

"Anakku, jangan ambil anakku." Saat diperiksa oleh dokter, 788 mengigau. Sungguh malang sekali hidupnya. Istri dan putranya meninggal, lalu terpisah dengan putrinya yang sedang ada di Pulau Surga sebagai murid Wonderland Academy, itupun tidak ada jaminan putrinya bisa pulang, bisa saja dia tidak akan pernah pulang karena menjadi korban seleksi alam.

SELEKSI ALAM 2 [END ✓]Där berättelser lever. Upptäck nu