BAB 14. 1005

13 12 0
                                    

Seperti cara 1001 menjebak 995 dulu, kini aku berada di tengah pulau, berharap 995 akan datang karena dia sudah mencurigaiku sebagai mata-mata. Aku tidak datang dengan pikiran pendek, karena aku sudah tahu banyak tentang mata-mata dari 983 yang juga seorang mata-mata, semoga 995 semakin yakin kalau ada adalah mata-mata di kelasku.

"Setengah tahun yang lalu ada seorang murid kelas dua yang berdiri di sini. Dia memandang lurus ke gunung itu sambil melamun." Astaga, aku terkejut mendengar suara 995. Entah sejak kapan dia ada di sini, sepertinya dia menunggu kedatanganku.

"Aku kira dia adalah mata-mata, ternyata dia hanya gadis yang lemah dan tidak terlalu pandai dalam menguasai mata pelajaran apapun," lanjutnya sambil mendekat pelan ke arahku. Aku menghela napas, berusaha menahan diri agar tidak terpancing emosi. Beraninya dia mengejek 1001 seperti itu, padahal setahuku mereka berdua cukup dekat. Bahkan dari cerita 1001, sepertinya 995 menyukainya.

"Aku sedang membicarakan temanmu, 1001. Kata Guru Pengintai kalian, 1001 teman yang paling akrab denganmu." Sampai di sini, aku masih mencerna maksud perkataannya. Sebenarnya apa yang dia inginkan?

"Aku takut tertipu lagi, jadi boleh aku tanya beberapa hal?" Baiklah, ternyata dia sedang waspada. Memang, pengalaman adalah guru paling berharga.

Aku berjalan ke arah sungai kecil yang mengelilingi gunung yang berada di tengah pulau. Informasi yang tersebar di kalangan murid, gunung berapi tersebut aktif menyemburkan larva, sungai berair agak kemerahan ini adalah penampung larva tersebut. Karena itu area ini termasuk area terlarang di Pulau Surga.

Aku mencelupkan tanganku ke sungai, jika ada murid yang melihatnya tentu dia mengira tanganku akan melepuh, tapi karena yang melihatnya adalah 995, dia tersenyum, aku berhasil membuatnya yakin kalau aku adalah mata-mata. Karena ini salah satu rahasia di kalangan mata-mata.

Cairan merah yang keluar dari gunung hanya air biasa, begitu pula air di sungai ini. Informasi yang tersebar di kalangan murid hanya untuk menjaga rahasia tempat ini agar dijauhi oleh para murid. Karena gunung itu adalah jalan menuju pulau sebelah, tempat para korban seleksi alam.

"Aku tidak sabar ingin ke sana," ucapku berpura-pura mengidamkan pulau itu, setahuku 995 pernah bilang ke 1001 bahwa dia sangat tidak sabar ingin pergi ke pulau itu. Para mata-mata dijanjikan kehidupan yang nyaman di pulau sebelah.

"Apa ayahmu ada di sana?" 995 mengeluarkan pertanyaan pamungkas. Aku menggeleng, karena aku tahu orang tua dan anak korban seleksi alam harus tinggal terpisah.

"Kalau begitu, ibumu?" Meski pertanyaan ini intinya sama, tetap saja ini pertanyaan jebakan. Aku kembali menggeleng.

"Pamanku korban seleksi alam, karena itu aku direkrut menjadi mata-mata," jawabku santai. Sepertinya aku punya bakat akting. 995 mengangguk, dia diam sejenak, lalu kembali mengeluarkan pertanyaan.

"Apa 1001 tahu kalau kamu mata-mata?" Memangnya aku seperti 995 yang ceroboh membocorkan rahasia mata-mata kepada 1001 dan 1000. Jika aku mata-mata sungguhan, aku akan menyimpan rahasia ini rapat-rapat dari teman terbaikku sekalipun. Aku menggeleng, dan 995 tertawa. Memangnya apa yang lucu?

Aku terdiam, menatap gunung yang tidak terlalu tinggi itu. Membayangkan 1001 masuk ke sana. Seperti apa bentuk jalan rahasia di dalam gunung itu? Apakah jaraknya sangat jauh? 1001 tidak akan pingsan ditengah jalan kan? Apa dia sampai dengan selamat? Dan bagaimana kabarnya?

Sepertinya selama aku tinggal di Pulau Surga, bayangan 1001 akan selalu muncul. Banyak tempat yang menyimpan kenangan kami berdua, di manapun aku berada selalu teringat dengannya, karena selama dua tahun di sini, hanya dia teman akrabku satu-satunya.

"Setahun yang lalu ada alumni yang hilang di hari kelulusan. Aku tahu tempat persembunyiannya," ucapnya tiba-tiba memecah keheningan. Tentu saja hal itu berhasil membuatku terkejut, sampai-sampai aku tidak bisa menyembunyikan ekspresiku.

Gawat, bagaimana mungkin 995 menemukan tempat persembunyian itu. Itu adalah markasku dan rekan-rekanku. Tempat kami berbagi informasi tentang penyelidikan kami. Bahkan 983 kini bersembunyi di sana. Apa mungkin 995 melihat 983 dan mengira bahwa dia adalah alumni yang hilang setahun yang lalu?

Alumni yang dia maksud adalah 977. Dia bersembunyi di hari kelulusannya karena tidak ingin meninggalkan Pulau Surga. Dia berniat melanjutkan penyelidikan tentang Seleksi Alam, sekaligus menjaga adiknya yang juga murid di sini, 1001, alumni itu adalah kakak 1001. Dia bertukar peran dengan 983, sepupunya, menjadi korban seleksi alam agar bisa melakukan penyelidikan di sana dan tujuan utamanya adalah bertemu orang tuanya yang jadi korban seleksi alam.

"Ayo, kita beri dia kejutan," ajaknya penuh semangat. Gawat, dia mengajakku ke tempat itu. Jika aku menolak, dia pasti curiga. Sepertinya dia takut datang menemui alumni itu sendirian karena khawatir kemampuan alumni itu lebih baik darinya. Dia takut malah dirinya yang tertangkap.

Karena sedang berada di tengah pulau, mudah bagi kami menentukan rute tercepat ke tempat itu, dan karena kami sama-sama pengintai, tidak sulit bagi kami untuk mengendap-endap selama di perjalanan. Meski pikiranku sedang kacau, aku harus fokus memperhatikan sekitar agar tidak ketahuan sedang berada di wilayah kelas lain.

Masuk ke wilayah kelas lain adalah pelanggaran bagi murid Wonderland Academy, tapi tempat tujuan kami berada di wilayah perbatasan kelas satu dan dua, sedangkan aku murid kelas tiga. Tidak mungkin aku beralasan tersesat, karena sebagai murid kelas tiga yang menguasai mata pelajaran pengintai dan ahli geografi, tersesat adalah hal yang mustahil.

Entah karena pikiranku terlalu kacau atau karena hanya fokus pada jalan, aku kehilangan jejak 995. Dia pasti lebih cepat dariku karena kemampuan seorang mata-mata tidak usah diragukan lagi. Tentu dia lebih hebat dariku, karena dia dilatih secara khusus sejak kecil oleh pihak Wonderland Academy yang merekrutnya. Berbeda denganku yang hanya menjalani latihan fisik biasa bersama ayahku.

Aku mempercepat langkah, berharap tidak tertinggal jauh dari 995. Karena sudah pernah beberapa kali ke tempat itu melewati padang rumput wilayah timur, aku tidak kesulitan mencari jalurnya. Tidak perlu waktu lama, kini aku berada di depan gua, anehnya 995 tidak ada di sini. Karena mengira dia sudah masuk duluan, aku segera masuk ke gua tanpa pikir panjang.

Aneh, hanya ada 983 di sini. Dia terkejut melihat kedatanganku, karena waktu itu kami sepakat untuk tidak saling bertemu hingga malam ujian. Demi menjaga rahasia tentang tempat ini, dan agar gerak-gerik kami tidak mencurigakan. Gawat, jika aku sampai lebih dulu, 995 pasti curiga karena aku tahu tentang tempat ini. Dan yang lebih gawatnya lagi, ternyata sedari tadi 995 mengikutiku dari belakang.

"Terima kasih, 983," ucap 995 yang kini berdiri di sampingku. Apa maksudnya ini? Mereka sekongkol untuk menjebakku? Jadi sedari awal 995 tahu bahwa aku bukan mata-mata. Hal yang paling membuatku terkejut adalah 983 tidak berada di pihak kami, dia masih di pihak para mata-mata. Tega sekali dia mengkhianati sepupu-sepupunya, padahal 977 dan 1001 sangat menyayanginya.

Sudah terlambat untuk menyesali kecerobohanku, nyatanya mereka sudah menangkapku, dan 983 tahu segala hal tentang misi kami. Kami sudah kalah.

SELEKSI ALAM 2 [END ✓]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora