BAB 13. 1016 (Ana)

13 12 0
                                    

Pulau Surga hanya memiliki enam hari dalam seminggu, karena Wonderland Academy tidak pernah libur. Sedangkan Pulau Impian justru memiliki delapan hari dalam seminggu, hari kedelapan adalah hari pertemuan rutin para penghuni pulau ini.

Bukan pertemuan yang membosankan, karena suasananya sangat meriah. Bukan menghadiri rapat yang kaku, karena kami hanya berkumpul untuk bermain bersama. Setiap minggu dibuat jenis permainan yang berbeda, tujuannya adalah untuk mengistirahatkan otak yang lelah setelah seminggu bekerja.

Aku sangat menyukai tradisi unik ini. Selain bisa menjadi pelepas lelah, hubungan kami juga menjadi semakin erat. Aku sangat menikmati keseharianku selama tinggal di sini. Menghabiskan banyak waktu yang menyenangkan, mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan potensi dan hobiku, diberi fasilitas canggih yang memudahkan segala urusanku, berada di lingkungan yang baik.

Kurasa ini ada bayaran atas kehidupan menyedihkan yang kurasakan dulu. Sejak kecil aku diperlakukan kurang baik oleh keluargaku. Mereka tidak bertindak kasar atau suka memarahi, mereka justru terlalu acuh sampai aku merasa mereka tidak menganggap aku ada. Awalnya kukira karena tidak terlalu pandai, jadi aku belajar dengan giat agar bisa menjadi murid berprestasi yang membanggakan keluarga, ternyata tetap saja mereka acuh dan tidak menghargaiku.

Aku berpindah haluan dari murid teladan menjadi murid nakal. Membuat onar adalah hobiku. Malas mengerjakan tugas sekolah, nilaiku selalu anjlok. Berkali-kali melakukan pelanggaran serius sampai di keluarkan dari sekolah. Berpindah dari sekolah lama ke sekolah baru, tidak mengubah kebiasaanku, sehingga aku berkali-kali pindah karena dikeluarkan.

Semua itu kulakukan agar mendapat perhatian dari orang tuaku, tapi mereka tetap saja acuh. Setidaknya marahi aku karena aku menjadi anak yang sangat merepotkan mereka, anehnya mereka benar-benar enggan mengeluarkan sepatah katapun.

Saat aku sakit pun, mereka hanya memanggilkan dokter, tanpa niatan menjenguk atau menanyakan kondisiku meski hanya sehari. Aku tahu ayahku sangat sibuk dengan pekerjaannya, tapi ibuku hanya ibu rumah tangga. Ibu selalu mencari kesibukan di luar rumah bersama teman-teman sosialitanya. Tugas merawat anak dan membersihkan rumah dilemparkan pada pembantu.

Percuma bergelimang harta jika hubungan keluarga tidak harmonis. Jika ibu merasa kesepian, kenapa tidak mengajakku bicara? Malah seharian pergi dari rumah untuk menemui teman-temannya. Apa selama ini aku hanya dianggap boneka? Sebenarnya apa salahku sehingga aku diperlakukan seperti ini? Ada begitu banyak pertanyaan yang tidak bisa aku tanyakan.

Saat adikku meninggal, aku tidak dijemput di sekolah. Aku pulang saat dia sudah dimakamkan. Ayahku pun langsung kembali ke kantor setelah pemakaman selesai, dan ibu hanya mengurung diri di kamar, tidak ingin diganggu oleh siapapun termasuk aku.

Aku lelah setiap hari merasa kesepian di rumah. Di sekolah aku selalu mencari masalah, tapi tetap saja yang kulakukan serba salah. Aku tidak bisa memilih akan terlahir di keluarga yang seperti apa. Setidaknya adikku sedikit lebih beruntung karena dia sudah bahagia di alam sana, dia hanya menderita sebentar, penderitaan yang lebih singkat dariku.

Lamunanku dibuyarkan oleh suara yang tidak asing di telinga. Padahal aku sudah menepi, memilih tempat yang sunyi untuk menenangkan hati yang sedang kalut. Suara itu tidak jauh dariku, karena penasaran, aku semakin mendekat agar bisa mendengar dengan jelas.

"Semua sudah terjadi. Sica juga mungkin kesulitan di sana karena harus menyamar menjadi kamu. Terima kasih sudah jujur pada Ayah. Mulai sekarang Ayah akan membantumu sebisa Ayah agar tidak ada yang mencurigaimu."

Tunggu dulu, apa aku salah dengar? Pak Kevin menyebut dirinya sebagai ayah Sica? Dan katanya Sica menyamar? Jadi rekan timku bukan Sica yang sebenarnya. Pantas saja aku merasa dia sangat mirip dengan istrinya Pak Kevin, ternyata dia memang putri Pak Kevin.

Mana mungkin ada hal seperti ini. Kata 1011, di Pulau Impian, korban seleksi alam akan tinggal bersama paman atau bibinya yang dulunya mata-mata, sedangkan mata-mata akan tinggal bersama paman atau bibinya yang merupakan korban seleksi alam. Anak dan orangtua tidak bisa tinggal bersama. Bagaimana bisa anak Pak Kevin menjadi korban seleksi alam? Apa maksudnya penyamaran itu berarti dia menggantikan teman sekelasnya menjadi korban seleksi alam?

"Ibumu penghuni asli pulau ini, dia ilmuwan yang sangat cerdas. Kamu bisa belajar tentang pengobatan padanya. Jangan beritahu dia kalau kamu Cinvia, Ayah bisa berpura-pura tidak mengenalmu, tapi ibumu sangat emosional, jika tahu mungkin berat untuknya berpura-pura tidak mengenal putrinya yang manis ini."

Wah, aku mendengar percakapan rahasia yang sangat penting. Jika saja Tim Wonderland tahu tentang penyamaran Sica, maksudku Cinvia, dia pasti akan dihukum. Dikembalikan ke Pulau Surga? Entah hukuman apa yang akan mereka berikan, yang pasti aku tidak perlu mengerjakan tugas kelompok dengan orang yang berpotensi menggagalkan tugas ini.

Aku segera pergi ke pusat informasi. Meminta izin untuk mencari data seseorang. Tentu saja itu tidak mudah, mana mungkin mereka mengizinkanku tanpa alasan yang kuat. Terpaksa aku menggunakan kartu as, padahal tadinya aku ingin mengumpulkan bukti lebih dulu.

"Ada penyusup di pulau ini. Dia menyamar sebagai korban seleksi alam demi bertemu orang tuanya." Aku memasang mimik wajah super serius, tapi mereka malah menertawakanku.

"Hei, anak baru. Kamu pasti salah paham. Meski tidak ada tim pengawas yang terjun langsung ke Pulau Surga, kami punya mata-mata dari kalangan murid dan ada tim khusus yang memantau langsung dari sini," balas seorang petugas yang berjaga di luar ruangan. Mimik wajahnya mengatakan lebih baik aku pergi dari sini sebelum diusir karena dianggap pengganggu.

"Pak Kevin, aku tidak tahu apa jabatannya di pulau ini, tapi sepertinya dia orang penting karena kemarin dia yang memimpin acara untuk menyambut kedatangan kami di pulau ini. Yang baru saja aku bicarakan adalah putrinya," tegasku santai sambil berpura-pura hendak pergi setelah melihat raut wajah petugas tersebut berubah. Aku yakin dia penasaran, dan aku yakin pak Kevin memang orang penting di pulau ini.

"Tunggu dulu, Nona Manis. Aku tidak salah dengar, kan? Putri Pak Kevin yang menyusup ke pulau ini? Ini baru masuk akal, karena dia Pimpinan Pengawas Pulau Surga." Buru-buru dia menarik tanganku untuk menahan kepergianku. Wah, aku kembali mendapatkan informasi yang sangat menarik. Pantas saja putrinya bisa menyamar dengan lancar, karena ayahnya yang sudah membiarkannya masuk.

"Ayo, masuk. Jika kamu berbohong, siap-siap dapat hukuman karena sudah mengganggu hari tenangku dan menuduh orang penting di pulau ini." Aku agak takut, tapi aku yakin telingaku tidak salah dengar, aku mendengar dengan jelas tentang rahasia putri pak Kevin.

SELEKSI ALAM 2 [END ✓]Where stories live. Discover now