BAB 9. 1016 (Ana)

15 14 7
                                    

Karena baru beberapa hari tinggal di Pulau Impian, aku belum terlalu mengenal jenis-jenis makanannya. Sedangkan aku dan Sica diberi tugas membuat produk makanan sehat yang mudah ditelan dan ramah di lambung. Sepertinya produk makanan ini khusus untuk para penderita penyakit maag atau asam lambung.

Beruntung ada senior ramah yang menjadi pembimbing kami. Dia adalah penghuni asli Pulau Impian, keturunan para ilmuwan. Meski usianya dua kali lipat dari usia kami, wajahnya masih terlihat semuda kami. Lisa, dia sangat ramah dan memperlakukan kami layaknya teman akrab.

Sebelumnya kami sudah diajak berkeliling laboratorium tempat kami akan bekerja. Lisa juga menjelaskan cara kerja alat-alat canggih di laboratorium ini. Kami juga diajak ke pabrik makanan, di sana ada banyak sampel makanan dan minuman yang bisa kami jadikan referensi.

"Pertama, kalian harus pastikan kandungan yang terdapat di dalam resep makanan yang kalian olah. Orang yang menderita mual akan sulit menelan makanan, kalaupun dipaksakan makan, makanan itu akan tetap keluar saat muntah. Jadi, pilihan bahan-bahan yang bisa diterima lambung, sekaligus meredakan mual." Sebagai pembimbing kami, Lisa pasti berharap kami bisa menyelesaikan tugas ini dengan baik. Semoga kami tidak mengecewakan.

"Selain pemilihan bahan, kalian juga harus memperhatikan teksturnya. Pastikan makanan ini mudah ditelan dan mudah dicerna. Dan hal yang harus kalian ingat, makanan yang akan kalian olah bukan makanan biasa, makanan ini harus menjadi obat ampuh untuk meredakan mual."

Obat dalam bentuk makanan, proses penyembuhan yang menyenangkan. Katanya semua makanan di pulau ini adalah jenis makanan sehat, karena itu para penghuni Pulau Impian tidak pernah sakit. Pantas saja mereka awet muda, sejak lahir makanan dan minuman yang masuk ke lambung mereka sudah terjamin kualitasnya, tanpa pengawet dan efek samping yang bisa mendatangkan penyakit.

Bukan hanya untuk para penghuni pulau ini. Produk makanan sehat ini juga di jual ke luar pulau alias ke dunia manusia. Hanya saja dalam jumlah terbatas, dan tentunya dengan harga yang tidak ramah di kantong. Tidak heran langganannya adalah orang-orang kelas atas. Karena itu pula produk ini tidak popular, hanya diketahui oleh orang tertentu saja.

"Ayo kita buat biskuit ajaib," usulku setelah mempertimbangkan tekstur makanan seperti apa yang mudah dicerna. Biskuit adalah salah satu jenis makanan yang mudah hancur, hanya perlu memperhatikan teksturnya agar langsung menjadi bubur lembut saat masuk ke mulut. Bubur memang pilihan yang bagus, tapi biskuit lebih menarik untuk dimakan.

Dalam mata pelajaran Mengolah Makanan dan Pengobatan, kami diajarkan cara mendeteksi racun. Ada beberapa jenis bahan makanan yang saat disatukan malah menjadi racun, ada pula makanan yang bisa menjadi racun karena proses pembuatan yang keliru.

Oh, iya, Apel adalah salah satu makanan yang baik dikonsumsi saat mual. Selain ramah di lambung penderita mual, apel juga bisa membantu meredakan rasa mual. Sempurna, aku sudah menemukan bahan yang tepat. Tinggal memikirkan proses pembuatannya dan menentukan komposisi yang tepat.

Aku hanya tahu tentang makanan, yang lebih tahu tentang obat-obatan adalah Sica. Kukira dia juga akan memberikan sumbangan ide yang bisa membantu rencana kami, nyatanya dia hanya diam saja. Sejak tadi yang dia lakukan hanya mengangguk, menyetujui ideku.

Seusai diskusi aku mengajaknya ke rumahku untuk diskusi lanjutan mengenai tugas kami, sekaligus menjalin hubungan baik dengan rekan kerja. Lagi-lagi dia hanya mengangguk. Jika kusuruh lompat dari puncak gunung tengah pulau, apakah dia juga akan mengangguk?

"Lagi banyak pikiran, ya?" Bukannya khawatir padanya, aku hanya takut tugas kami terganggu karena dia. Dia menggeleng. Tuh kan, untuk apa aku peduli dengannya, sekarang aku jadi ragu kami bisa menjadi rekan yang kompak, tingkahnya saja seperti itu. Apa tidak ada yang bisa dia lakukan selain mengangguk dan menggeleng?

"Waktu di Wonderland Academy, kamu pasti sudah belajar tentang obat mual, kan?" Siapa tahu ada buah atau tanaman herbal yang lebih ampuh untuk mengobati mual selain Apel. Karena produk makanan kami harus bisa menyembuhkan mual dengan sekali konsumsi. Aku bertanya karena dia sempat belajar dua tahun di Wonderland Academy, ilmunya pasti lebih luas dariku yang hanya belajar satu tahun di sana.

"Maaf, aku lupa," jawabnya singkat yang berhasil menambah rasa kesalku. Semudah itu dia menjawab? Lupa katanya? Apa hanya aku yang bersemangat mengerjakan tugas ini? Dia hanya ingin duduk diam dan ikut menemani pujian saat tugas kami berhasil?

"Lupa? Setidaknya coba ingat satu saja. Masa hanya aku yang memikirkan bahannya. Ini tugas kelompok, bukan tugas pribadi. Kita harus bekerjasama," tegasku, berharap dia bisa memperbaiki sikapnya dan menjadi sedikit berguna.

"Selain apel, biskuitnya akan terasa enak jika terbuat dari susu segar. Susu juga bisa membuat kita mudah kenyang." Saat berusaha memberikan ide, justru idenya menjerumuskan kami dalam kegagalan. Bukankah saat mual kita harus menghindari produk susu karena susu mengandung laktosa yang dapat menghasilkan gas, sehingga malah memperparah kondisi kesehatan lambung yang sedang sakit.

Apa benar mata pelajaran khususnya adalah pengobatan? Aku meragukan kemampuannya. Jika dia memberi resep yang keliru kepada orang sakit, dia bisa saja memperburuk kondisi orang tersebut, salah-salah pasiennya malah bisa meninggal. Pengobatan berhubungan erat dengan nyawa manusia.

SELEKSI ALAM 2 [END ✓]Where stories live. Discover now