BAB 11. 1020

14 11 0
                                    

"Sini, berbagi rahasia denganku. Aku tahu kamu pasti ingin tahu lebih banyak tentang mata-mata." Tawaran yang menggiurkan sekaligus berbahaya. Dia mengajak untuk berbagi rahasia, bukan menawarkan rahasianya secara cuma-cuma. Karena sudah terlanjur seperti ini, aku ikuti saja dulu alurnya.

Dengan ragu-ragu aku duduk di sampingnya. Dia berpindah, memilih duduk menghadapku. Tatapan lembutnya membuatku sedikit lebih tenang. Bolehkah aku percaya padanya meskipun dia berada di pihak yang berlawanan denganku? Aku tetap harus berhati-hati. Karena teman dekat bisa menjadi musuh paling berbahaya.

"Sekitar sepuluh tahun yang lalu, aku direkrut menjadi mata-mata. Tidak dengan paksaan, karena kami diberi pilihan, bisa saja aku menolak, tapi bagi anak kecil berumur enam tahun, menjadi mata-mata terdengar sangat keren, bagaimana mungkin aku menolak?"

1011 mulai bercerita, dia menatap lembut ke arahku, memintaku untuk mendengarkannya dengan saksama. Karena kisah yang dia bagi padaku harusnya hanya menjadi kisah rahasia yang tidak boleh diketahui orang lain selain keluarganya.

Apa yang dikatakan 1011 memang benar. Jika saya tawarkan itu datang padaku, mungkin aku juga tertarik untuk bergabung menjadi mata-mata. Tugas keren untuk anak kecil yang suka tantangan. Ternyata para mata-mata direkrut dari usia semuda itu.

"Awalnya semuanya terasa sangat menyenangkan. Tiap pulang sekolah, kami langsung dijemput oleh Tim Wonderland ke tempat latihan. Jenis latihannya pun disesuaikan dengan usia kami. Rasanya seperti sedang masuk dalam dunia games. Setiap hari aku sangat tidak sabar menunggu waktu pulang sekolah, agar bisa segera ke tempat latihan."

Tadinya kukira mereka akan dilatih dengan keras layaknya latihan militer, ternyata proses latihannya terdengar sangat menyenangkan. Kudapati 1011 tersenyum sejenak sebelum melanjutkan ceritanya. Dia pasti sedang bernostalgia dengan masa kecilnya. Masa kecil yang luar biasa, karena hanya anak terpilih yang bisa merasakan pengalaman itu.

"Aku sangat menikmati proses latihannya. Berkat latihan itu pula aku tumbuh menjadi anak yang punya kemampuan di atas anak-anak seusiaku. Aku pintar bela diri, punya wawasan yang lebih luas, dan punya indra yang lebih peka. Sehari sebelum keberangkatan ke Wonderland Academy, aku baru diberitahu tentang misi kami. Kami harus mengawasi para murid sekelas kami, serta membujuk para korban seleksi alam agar mau pergi ke Pulau Impian."

Pulau Impian, seperti itu adalah nama pulau tempat disembunyikannya para korban seleksi alam. Apakah pulau itu seperti namanya? Apakah kehidupan di sana memang nyaman? Aku kembali teringat dengan 977 dan 1001. Semoga mereka tidak kesulitan menjalani kehidupan di pulau tersebut.

"Fakta yang paling mengejutkan adalah kami juga akan menjadi korban seleksi alam di saat kelulusan. Artinya kami juga akan tinggal di Pulau Impian saat sudah lulus dari Wonderland Academy. Bedanya dengan korban seleksi alam, para mata-mata punya kesempatan besar untuk direkrut menjadi tim lapangan yang tugasnya mengawasi para alumni. Jadi, belum tentu aku akan terkurung di pulau itu."

1011 menghela napas, sepertinya tugas ini terasa berat baginya. Sayangnya sejak awal dia sudah dijebak, direkrut saat masih kecil, dilatih tanpa tahu akan diberi tugas seperti apa, mau tidak mau dia harus menjalankan tugasnya karena sudah terlanjur setuju menjadi mata-mata.

Aku merasa bersalah karena selama ini menganggapnya jahat. Kukira mata-mata memang melakukan tugas itu sesuai keinginan mereka. Ternyata mereka juga terpaksa melakukannya. Dia sudah membagi kisah rahasianya padaku, tandanya dia percaya padaku. Bukannya aku tidak mau percaya padanya, aku hanya takut kami menjadi musuh karena berada di pihak yang berlawanan.

Dia bilang para mata-mata punya kesempatan besar untuk menjadi tim lapangan, tapi bukan berarti semua mata-mata punya kesempatan itu kan? Bisa saja dia tetap tinggal di Pulau Impian karena tidak terpilih dalam tim lapangan.

"Kamu tahu kenapa aku mau memberitahu rahasia ini? Padahal jika kamu membocorkannya, aku bisa saja menerima hukuman yang berat." Aku menggeleng, bukannya tidak tahu, aku hanya takut salah paham. Dia meraih tanganku dan meletakkannya di dadanya, terasa detak jantung yang begitu cepat, tidak seperti detak jantung normal pada umumnya.

"Aku tidak sanggup dijauhi oleh gadis yang sangat aku cintai. Tolong, jangan menghindariku lagi." Refleks aku menarik tanganku yang sejak tadi masih digenggam olehnya. Mencoba meyakinkan diri bahwa telingaku tidak salah dengar. Saat aku sibuk memastikan bahwa ini bukan mimpi, dia menautkan jari kelingking kami.

"Aku akan berusaha keras agar bisa direkrut menjadi tim lapangan. Dan soal janjiku yang kemarin, aku serius. Aku akan mencarimu meski harus mengelilingi negara ini. Kita tidak akan berpisah di pulau ini, kita akan kembali bersama di luar sana, di dunia kita." Baiklah, sepertinya kali ini tidak ada salahnya aku percaya padanya. Meski tautan kelingking kami terhalang oleh sarung tangan seragam aneh ini, aku harap dia serius dengan janjinya.

"Kamu tidak berniat memberi jawaban? Apa jangan-jangan kamu malah menyukai 1012 yang aneh itu?" 1011 benar-benar menunggu jawaban, dia memandangku tanpa berkedip. Masa iya dia mengira tipe laki-laki yang aku sukai seperti 1012? Apa tidak ada laki-laki lain yang lebih baik yang pantas membuatnya cemburu?

"Kamu tidak penasaran kenapa aku tahu tentang mata-mata?" Aku sengaja mengalihkan topik karena bingung harus memberi jawaban apa. Jujur saja aku tidak pernah jatuh cinta, aku tidak tahu seperti apa rasanya. Aku tidak tahu perasaanku kepada 1011 hanya sekadar rasa sayang ke sahabat, atau mungkin aku juga merasakan perasaan yang sama dengannya.

"Tidak heran, karena kamu punya indra yang lebih peka dari siapapun. Pengintai terlatih sepertiku pun masih kalah darimu. Pasti kamu sering mendengar pembicaraan rahasia orang lain." Tepat sasaran, aku memang beberapa kali mendengarkan pembicaraan orang lain, bukan karena aku mau, tapi karena telingaku terlalu peka menangkap suara.

Syukurlah, sepertinya 1011 belum tahu tentang misiku dan rekan-rekanku. Seandainya dia tahu, apa dia akan mendukungku? Bukankah dia juga terpaksa menjadi mata-mata. Rasanya ingin sekali membujuknya untuk bergabung di tim kami.

SELEKSI ALAM 2 [END ✓]Where stories live. Discover now