Bab 9. Penata Rias

37 8 0
                                    

JUPE berjalan sekitar setengah blok di belakang gadis itu. Tapi ketika yang dibuntuti sampai di ujung jalan lalu membelok ke kanan, Jupiter mempercepat langkahnya. Sesampai di sudut jalan ia masih sempat melihat gadis tadi memasuki pekarangan sebuah bangunan apartemen yang agak tua pada blok itu.

Jupe berjalan lambat-lambat. Bangunan yang dimasuki gadis tadi berbentuk huruf U, dengan sebuah kolam renang di tengah-tengahnya. Suatu pagar besi bercat putih membatasi kolam itu dan jalan di depannya. Gadis itu tidak kelihatan lagi. Tapi Jupiter melihat bahwa pintu sebuah apartemen di tingkat satu bangunan itu berada dalam keadaan terbuka. Sementara Jupe masih berdiri di luar pagar dalam keadaan bimbang, anjing Saint Bernard yang tadi melesat ke luar dan balik pintu itu.

Brandy! Ayo kembali!

Gadis berambut pirang itu muncut bergegas dari dalam apartemen. Anjing yang dipanggil lari ke sudut pelataran kolam yang paling jauh, lalu duduk di tengah- tengah petak bunga yang ada di situ.

Aduh, ampun! seru gadis ftu dengan kesal. "Kau ingin aku diusir dari sini, ya?"

Pelan-pelan Jupe membuka pintu pagar, lalu masuk ke pekarangan. Di situ ia berdiri, sambil merenungi deretan kotak pos yang terdapat di samping gerbang.

"Kau mencari seseorang?" tanya gadis berambut pirang itu.

"Sebenarnya sih tidak," kata Jupe. "Aku cuma ingin tahu... Ia tertegun, seolah- olah merasa kikuk.

Apa yang hendak kautanyakan?" kata gadis itu.

Aku ingin tahu, apakah... apakah Anda mau berlangganan Santa Monica Evening Outlook?

Wah, maaf sajalah, kata gadis itu. Aku tidak punya waktu untuk membaca surat kabar. Tapi terima kasih.

Jupiter mengeluarkan sebuah buku catatan kecil serta sebatang pensil yang sudah pendek dari kantungnya.

"Bagaimana dengan koran minggunya?" katanya. Terima kasih, tapi tidak sajalah, kata gadis itu lagi.

"Wah." Jupe memasang tampang sedih. "Jarang yang masih mau berlangganan koran sekarang, katanya.

Ya, keadaan ekonomi memang sedang sulit. Gadis itu tersenyum padanya. Anjing besar tadi meninggalkan petak bunga lalu duduk di depan kaki majikannya. Rupanya ia juga ingin diperhatikan. Gadis itu mengusap-usap telinganya.

"Kau bekerja sambil sekolah?" tanyanya pada Jupiter. Atau ingin memenangkan hadiah sepeda dengan sepuluh persneling jika berhasil mengumpulkan seratus langganan baru?"

Kedua-duanya tidak, jawab Jupiter. Aku cuma ingin memperoleh tambahan uang saku dengan jalan mengantar koran. Ada tidak kira-kira orang di sini yang mungkin mau berlangganan koran?

Sekarang kan baru hari kamis, kata gadis itu. Semua pasti sedang tidak ada, karena harus bekerja.

Oh. Sekali lagi Jupe memasang tampang sedih. Ia duduk di pinggir salah satu kursi yang menghadap ke kolam renang. Yang paling suilt mencari langganan baru. Bolehkah aku... maukah aa... eh...

"Apa maksudmu? tanya gadis itu. Ada apa? Kau haus, ya? Ya, aku haus sekali. Bolehkah aku minta minum sedikit."

Tentu saja boleh, kata gadis itu sambil tertawa. Duduk sajalah dulu di sini, nanti kuambilkan.

Gadis itu masuk ke apartemen yang pintunya masih terbuka, diikuti anjing besarnya. Dalam beberapa menit ia sudah kembali lagi, membawa air dalam sebuah gelas besar. Begitu ia keluar, dengan cepat pintu ditutupnya kembali sehingga anjingnya tidak bisa ikut.

Mestinya aku bersikap tak acuh terhadapnya, katanya. Ia selalu berbuat yang aneh-aneh jika aku berusaha menyuruhnya tenang.

Jupiter minum setelah mengucapkan terima kasih. Gadis berambut pirang itu duduk di kursi di dekatnya. Ia menyandar ke punggung kursi sehingga wajahnya disinari matahari.

[1981]  (31) Trio Detektif : Misteri Pengemis Bermuka RusakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang