Bab 12. Alat Penyadap

38 6 0
                                    

JUPITER duduk di tanah. Kepalanya agak pusing. Ketika penglihatannya sudah biasa kembali, nampak olehnya benda yang terjatuh dan genggaman si Buta tadi. Benda itu terpental ke bawah bangku kerja. Jupiter melihat sebuah kotak kecil dari plastik, dengan lubang-lubang pada satu sisinya.

Menarik," katanya.

Ia mengatakannya dengan lantang. Dan seperti jawaban atas ucapannya itu, terali besi yang terdapat di samping mesin cetak tergeser ke samping. Pete menjulurkan kepalanya dari Lorong Dua.

Ada apa?" katanya. kau berteriak tadi?"

Kita kedatangan tamu, kata Jupiter. Ia berlutut merangkak ke bawah bangku kerja untuk memungut kotak kecil yang tergeletak di situ, lalu mengamat- amatinya. Kalau tidak salah, ini alat penyadap percakapan, katanya. Aku pernah melihat fotonya. Pengemis buta itu tadi ada di sini, dan dari gerak-geriknya tidak nampak bahwa ia buta. Kurasa ia hendak menyadap percakapan kita di tempat ini.

Pengemis itu?" Pete mengambil alat berukuran kecil itu dari tangan Jupe, lalu mengamat-amatinya. Un—untuk apa percakapan kita hendak disadap? Dan bagaimana ia bisa sampai kemari? Pete menoleh ke belakang, seakan memperkirakan bahwa orang dengan bekas luka di pipi itu tahu-tahu sudah ada di balik punggungnya. Ih, seram! katanya.

Jupiter duduk di kursi dekat bangku kerja. Diambilnya alat penyadap percakapan itu dari tangan Pete lalu dicongkelnya dengan pisau saku sehingga terbuka. Ini semacam alat pemancar mini, katanya sambil memperhatikan. Suara-suara di dekatnya disiarkan sehingga bisa ditangkap dari tempat yang tidak begitu jauh.

Begitulah, sampai seperempat mil dari sini. Biasanya alat penyadap meneruskan percakapan untuk direkam sebuah alat perekam yang disembunyikan di dekat- dekat sumber suara. Dengan alat mi, si Buta bisa mengikuti setiap percakapan di tempat ini.

Kau yakin alat ini sekarang tidak bekerja?" tanya Pete. Jangan-jangan setiap katamu diteruskan!

Jupiter menyingkirkan beberapa bagian yang kecil sekali dari alat itu dengan ujung pisaunya. Kemudian ditutupnya lagi kotak itu.

Beres! katanya.

Setelah itu ia duduk sambil berpikir selama hampir satu menit. Lalu ia menoleh pada Pete.

Kapan kau masuk ke pekarangan sini?" katanya. Begitulah, sekitar dua puluh menit yang lalu. Kau lewat Gerbang Hijau Satu.

Betul!

Wajah Jupiter nampak geram.

Kalau begitu, kurasa si Buta tadi membuntutimu masuk kemarL Tidak mungkin! seru Pete. Mustahil!

Mungkin ia melihatmu dalam pertemuan itu lalu kau dibuntutinya sampai di Rocky Beach, kata Jupiter menyambung, tanpa mempedulikan bantahan Pete. Atau ia melihat kita berdua di dermaga Denicola kemarin. Atau mungkin juga kita bertiga di rumah Mr. Bonestell, malam sebelumnya. Pokoknya ia melihat kita pada suatu ketika selama tiga hari belakangan ini, lalu dibuntutinya kita sampai di sini.

Aku ingin tahu, sempat tidak orang itu menaruh alat penyadap yang lain di sekitar sini sebelum aku muncul tadi.

Sekali lagi Pete memandang berkeliling, seakan-akan si Buta ada di situ dan mengintai di dekatnya. Setelah itu disertainya Jupiter yang sudah mulai memeriksa di sekeliling bengkel. Tapi mereka tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan. Tumpukan barang-barang bekas yang mengelilingi tempat itu tetap kelihatan seperti biasanya.

Dari air mukanya nampak bahwa Pete merasa sangat tidak enak.

Aku kemari tadi langsung dari rumah, katanya. Jika dia membuntuti aku kemari, jangan-jangan... mungkinkah ia juga mengamat-amati rumahku, Jupe?

Tidak harus begitu, kata Jupe. "Bisa saja ia sudah menunggu di sini, dekat Pangkalan.

Bob datang ketika Jupe sudah mengambil paku dan palu untuk memaku papan- papan penutup Gerbang Hijau Satu sehingga tidak bisa dibuka lagi. Setelah pekerjaan itu selesai dengan dibantu oleh Bob, ketiga remaja itu masuk ke kantor mereka lewat Lorong Dua. Sesampai di dalam, Jupe langsung mengambil tempat duduknya yang biasa di belakang meja tulis, siap mendengarkan laporan Bob tentang Grade Montoya.

Setelah beberapa waktu urusannya menjadi menarik, kata Bob di tengah-tengah laporannya, sebab seseorang bernama Ernie muncul. Tampangnya persis pemuda yang kauceritakan, Jupe. Ia membunyikan bel, tapi Gracie tidak menyilakan dia masuk. Gracie keluar dari apartemennya. Keduanya berdiri di samping kolam renang, sambil saling berteriak dalam bahasa Spanyol.

Ah, yang benar! Jupiter mengatakannya dengan wajah geli.

Bob mengangguk. Sebenarnya, Gracie yang paling banyak berteriak. Ernie kedengarannya seperti berusaha menjelaskan sesuatu, tapi Gracie tidak mau mendengarkan. Akhirnya Ernie marah, lalu dia berteriak-teriak pula. Seorang wanita yang tinggal di bangunan sebelah keluar dan berdiri sambil mendengarkan sebentar di trotoar. Setelah itu ia mengatakan akan memanggil polisi, jika mereka masih saja berteriak-teriak.

Kemudian Ernie pergi, dan Gracie Montoya masuk lagi ke apartemennya untuk mengambil tas. Aku melihatnya pergi dengan mobilnya beberapa menit kemudian. Aku masih menunggu selama kira-kira setengah jam di sana. Tapi Gracie tidak kembali. karenanya aku lantas pergi saja

"Hm! kata Jupe. "Tentang apa mereka itu ribut-ribut, ya? Aku ingin tahu! Sudahlah, kita lihat saja dulu apa yang sejauh ini sudah berhasil kita ketahui.

Jupiter mencondongkan tubuhnya ke depan. Wajahnya nampak bersungguh- sungguh.

Kita bisa memastikan bahwa si Buta itu ada di dekat tempat perampokan berlangsung, katanya. Dan lewat dompet, kita juga bisa menghubungkan dia dengan Ernie serta kawan-kawannya. Gracie Montoya ada hubungannya dengan kelompok itu, dan juga dengan Mr. Bonestell. Yang paling menarik, gadis itu ternyata penata rias. Mungkinkah dia yang merias seseorang sehingga kelihatannya seperti seorang teroris dari Mesa dOro yang sudah mati? Dan mungkinkah ia sendiri menyamar menjadi laki-laki lalu ikut berperan dalam perampokan itu?

Tingginya cocok, kalau menurut keterangan yang diberikan Mr. Bonestell mengenai para perampok itu. Dan tadi ia mengatakan padaku bahwa cuma perampok yang menyamar sebagai petugas pembersih yang bernama Rolf saja yang berbicara sejak ia disekap oleh mereka sampai saat berlangsungnya perampokan. Yang dua lagi membisu terus.

"Jika salah seorang dari mereka memang Gracie, tentu saja ia tidak berani bicara, karena pasti akan ketahuan," kata Pete.

Jadi ada kemungkinan salah satu dari para perampok itu wanita kata Jupe,atau mungkin juga yang tidak mau berbicara itu tidak bisa berbahasa Inggris, dan mereka tidak mau kenyataan itu ketahuan.

Bisa saja mereka itu kedua pemuda yang serumah dengan Ernie, kata Pete. Aku tidak tahu orang mana mereka itu, tapi bahasa Spanyol mereka sangat fasih.

Mungkin saja mereka tidak bisa berbahasa Inggris."

Sedang Ernie, ia fasih berbahasa lnggnis dan Spanyol, kata Jupe. Kurasa sekarang kita perlu tahu lebih banyak tentang Ernie dan kawankawannya. Bob, kau satu-satunya di antara kita bertiga yang belum pernah dilihat orang-orang di dermaga Denicola. Kau bisa berkeliaran di sekitar sana dengan aman, karena biasanya memang selalu ada saja yang menonton orang yang sedang mengutak- ngutik kapal. Ernie sudah melihat aku dan Pete, jadi kami tidak bisa lagi melakukan tugas itu.

Oke, kata Bob.

Aku sendiri akan ke tempat Gracie Montoya —barangkali saja ada sesuatu yang bisa dilihat di sana kata Jupe. Lalu kau, Pete, bagaimana jika kau tinggal saja di sini, dalam kantor? Si Buta sudah sekali beraksi hari . Menurut firasatku kita akan melihatnya lagi. Dan jika itu terjadi, mungkin kita perlu saling memberi tahu. kau menjadi penghubung kita."

"Alaa, bilang saja aku menjaga telepon di sini," kata Pete. "Oke, aku sama sekali tidak keberatan! Tapi jika si Buta muncul di dalam sini, pasti yang kutelepon bukan kalian—tapi polisi!"

"Boleh saja! kata Jupiter dengan gembira. "Tapi," katanya menyambung, "Kurasa sebaiknya kita semua harus berhati-hati. Si Buta tahu di mana kita berada, dan ada kemungkinan ia juga tahu—atau bisa menduga—apa yang kita lakukan. Tadi ia lari, tapi itu tidak selalu harus begitu. Ia bisa merupakan bahaya—setiap saat!

[1981]  (31) Trio Detektif : Misteri Pengemis Bermuka RusakWhere stories live. Discover now