08. Mixed Blood Prince

18 8 1
                                    

Yseult yakin ini adalah si pangeran ke-6 itu, yang paling muda di antara ketiganya.

Setelah dipanggil demikian, empunya terlihat mengatupkan dengan erat bibirnya dan melirik sedikit ke arah yseult. 

Bulu mata panjangnya terlihat menyapa diantara bayangan daun pohon dan cahaya bulan. 

Pemuda itu mengangguk dan menundukkan kepalanya. 

Dari jarak ini yseult bisa menangkap jelas fitur wajah asing itu. Pangeran Soren benar-benar anak campuran. Wajahnya tidak oriental, hidungnya lebih mancung dari pangeran yang lain, bulu matanya lentik, bibirnya tipis bahkan iris matanya mengingatkan yseult pada labradorite-sebuah permata abu-abu dengan semburat warna biru dan putih. Kulitnya juga pucat, seolah ia sudah mati. 

Yseult tidak begitu mengingat detail seperti itu dari pangeran lainnya. Tetapi, sosok pangeran ke-6 ini sangat terasa langka, sampai yseult tidak bisa tidak memperhatikan detail itu. Ciri fisiknya berbeda dengan kebanyakan orang-orang disini. Benar-benar harta kerajaan tetangga. 

"Namaku, Yseult. Dari keluarga Runè" 

Yseult berusaha memperkenalkan dirinya. Ia tidak berupaya mendekatinya dengan niat awalnya. Entah kenapa ia hanya ingin mengajaknya bicara. 

Pangeran Soren tersenyum kecil, ia melirik ke antara rumput di sekitar lutut yseult. 

"Hallo, nona yseult"

Suaranya kecil dan lembut sekali, seolah berbisik.

Yseult kembali merasakan perasaan itu. Hati yang mencelos. Ia kemudian menarik kakinya untuk duduk di sisi lain pohon dan memeluk kedua lututnya juga. 

"Apa yang mulia lebih suka sendirian? Kenapa tidak bergabung dengan yang lain?"

Keheningan sempat terjadi, hanya ada suara angin bercampur riuh musik dan tertawaan orang-orang yang menari dari ballroom. 

"Seorang penyendiri tidak selalu menyukai kesendiriannya. Mereka tak selalu punya pilihan untuk tidak sendiri"

Yseult melihat sosok itu dari samping. Ia masih menunduk melihat ke arah rumput-rumput di samping sepatunya. Yang cukup tak disangka adalah pangeran Soren berbicara tanpa ragu dengannya. Tidak seperti bayangan yseult pada awalnya, yang berpikir bahwa pangeran Soren memiliki kemiripan dengan seseorang di rumahnya.

"Lalu bagaimana dengan pernikahan yang mulia itu sendiri?... Apabila saya lancang anda tidak perlu menjawabnya"

Pikiran yseult belum beralih pada mode 'pejuang keluarga'-nya. Jadi ia tidak bermaksud apa-apa dalam kalimatnya ini. 

".. calon saya sudah ditentukan oleh yang tertua, untuk itu saya tidak perlu lagi hadir disana. Saat ini saya tetap disekitar hanya karena takut dimarahi Ratu"

Yseult menghela nafasnya. Seharusnya ia putus harapan dengan semua ini. Tetapi, sesuatu dalam dirinya malah memperhatikan yang lain. 

Ia sadar sekarang, kenapa pangeran Soren membuatnya melembut. 

"Melihat yang mulia, saya jadi teringat ayah saya dirumah. Maaf jika anda sudah tahu bagaimana kisah kelamnya, tetapi tetap saja. Rasanya yang mulia orang asing yang tidak asing.." 

Pangeran Soren hanya berani melirik bagian mulut yseult, tidak bisa lebih tinggi dari itu.

".. rasanya pasti khawatir melihat mata orang lain kan? Mataku juga tidak sebagus milik anda, yang mulia tidak perlu melihatnya.. "

Pangeran Soren kembali mengatupkan bibirnya, membawa dirinya lebih jauh di antara kakinya.

Yseult seharusnya tidak berbicara begitu, ia pasti membuat pangeran Soren merasa bersalah. 

The Origin Of King KaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang