15. Run Away

25 5 24
                                    

Yseult meninggalkan semua hal dibelakangnya. Keberanian, harga diri, tanggung jawab. Hanya satu yang tetap ia bawa, perasaan ingin hidup. Sebelumnya, ketika masih tinggal di dalam hutan, tidak ada yang ditakutkan, ia selalu percaya bahwa ia mampu menghadapi situasi apapun. Namun sekarang, Yseult tidak yakin, bahkan jika ia mengeluarkan sihir rakyatnya bersamaan dengan 'sesuatu lain' yang ia simpan untuk mendapatkan kesembuhan Keegan, tidak akan bisa membuatnya cukup kuat. Yseult hanya keluar untuk Keegan, untuk keluarganya. Kenapa ia harus terjebak dalam situasi panas kerajaan. Raja sudah mati sekarang. Apa yang bisa lebih buruk dari itu. Harapan siapa yang tidak akan hancur melihat malapetaka itu tepat didepan matanya. 

Rintihan, reruntuhan dan asap tak ayal hilang dari pandangan Yseult saat ini. Dia berlari meninggalkan para putri dan pangeran dibelakang. Saat ia dikatakan meninggalkan tanggung jawab, Yseult meninggalkan mereka. Lagipula tidak ada yang bisa ia lakukan disana, yang ada mereka akan mati dan dia juga. Sementara Keegan akan terus tersiksa. Dia tidak boleh mati. Tidak sampai Keegan selamat. Tidak sampai keluarganya bisa hidup ditempat lain yang lebih tenang. Jika Yeaston ingin hancur, hancurlah sendiri. Tetapi, jangan pernah membawa keluarganya untuk menghancurkan diri bersama. 

Berpikir mengenai itu, Yseult seketika membelalakkan matanya. Kecemasannya tak kunjung reda, tetapi malah semakin meninggi. Kali ini ia mengkhawatirkan kediaman keluarganya di Bethuthia. Tepat dibawah lereng pegunungan tempat Istana ini. Dengan kesadaran akan hal itu, Yseult berhenti berlari dan menopang tubuh dengan tangan pada lututnya. Punggung yang naik turun serta nafas terengah tidak bisa ia lewatkan. Matanya berbayang oleh air hujan yang turun dan mengendap sebentar didepan netranya sebelum jatuh ketanah. Yseult bahkan tidak bisa merasakan perih dari suhu air dingin itu. 

Dari sudut ini ia baru menyadari sesuatu. Tangannya bergetar hebat, gaunnya lembab dan kotor. Sementara bagian perut dan dadanya masih kering. Jubah hitam itu yang melindunginya dengan baik dari hujan. Seketika Yseult tidak bisa menahan perasaan campur aduk didalam hatinya. Kenapa pria asing itu mengatakan hal seolah ia mengenalnya. Atau bahkan sebenarnya tidak sama sekali, tidak menutup kemungkinan jika pria asing itu hanya asal bicara. Namun, dipikirkan berapa kali pun itu justru jauh lebih mustahil. Dia berbahaya dan Yseult tidak tahu apapun tentangnya. Semua yang dilewatinya mati. Bahkan Raja mati sesaat setelah dia datang. 

"Nona Yseult?! Kenapa anda masih disini?" Sebuah suara memaksanya keluar dari lamunan. Yseult takut-takut melihat siapa gerangan. Ternyata itu Matheo yang menunggangi kudanya. 

Matheo turun dan memeriksa Yseult. Adapun empunya hanya diam saat ini. Dia masih tidak percaya bahkan pertahanannya turun sejauh itu. Biasanya dia akan cepat menyadari kehadiran seseorang. Suara tapak kuda malah yang paling berisik, namun ia sama sekali tidak menyadarinya. 

Setelah menemukan bahwa Yseult baik-baik saja, Matheo membawanya untuk naik ke kuda. "Saat ini semua orang mengungsi ke selat selatan. Tempat ini segera akan menjadi tanah perang. Keberadaan kita hanya akan mengganggu fokus Raja dan Ratu" 

Raja? Apakah belum ada yang tahu jika Kepala Raja sudah terpenggal? Mengingat betapa berbahayanya pria asing itu lagi, Yseult rasanya pening, matanya berputar-putar. Tidak ada rasa yang membaik bahkan meski dirinya jelas-jelas tidak terluka kali ini. Jemarinya terkepal erat pada gaun yang terkoyak. Yseult mencoba menghilangkan rasa lemah dihatinya dengan mengatur nafasnya. Seiring nafasnya Yseult mulai menyadari jika luka pada bahunya lah yang mengganggunya selama ini. Kelemahannya. Hanya dengan mengingat pria asing itu bahunya lah yang pertama kali bereaksi. 

"Hey, kau punya belati?" Ucap Yseult. Suaranya parau dan dingin. Itu adalah kalimat pertamanya setelah bertemu Matheo. 

Matheo yang sedang fokus pada jalanan hanya diam sebentar dan memberikan Yseult belatinya. 

The Origin Of King KaanWhere stories live. Discover now