09. Da Vienè

16 8 1
                                    


Istana semegah bulan. Ternyata bukan isapan jempol belaka. Awalnya yseult mengira jika sematan itu hanya menunjukkan tampak depan dan luarnya saja. Sama seperti bulan, dimana semua orang tidak mengetahui bagaimana rupa bagian belakang maupun secara lebih dekat. Mereka seolah dideskripsikan sebagai keindahan yang menipu. Keindahan semu yang hanya terlihat dari kejauhan.

Terakhir, yseult mendatangi istana ketika semua hal menjadi lebih gelap. Apalagi ballroom yang digunakan bukanlah ballroom utama yang berada di dalam bangunan istana utama. Itu adalah ballroom yang letak bangunannya ada di dekat gerbang pertama. Sedangkan untuk bagian lain istana terdapat beberapa lapisan gerbang menjulang lainnya.

"Nona, saat ini kita sudah memasuki pekarangan wilayah ke-2. Nona sementara akan tinggal di istana Vienè bersama dengan calon pengantin pangeran Darius dan pangeran Czar. Maaf jika anda kurang nyaman dengan ini, tetapi, pangeran kembar selalu berbagi milik mereka bersama" 

Yseult mendengarkan suara Matheo dari dalam kereta, ia tidak merasa perlu menjawab sosoknya yang duduk disebelah kusir itu.

Pemandangan yang ada di luar sungguh keterlaluan. Yseult curiga kerajaan mengambil tanaman-tanaman langka hanya untuk diri mereka sendiri. Atau desain arsitektur terbaru dari perpustakaan Bethuthia dan tidak mengizinkannya dipublikasikan. Itu bukan mustahil, sifat kerajaan di matanya memang seperti itu.

Dari kejauhan Yseult melihat seseorang berdiri bersama 2 pengawal istana, tepat di dekat jalan menuju sebuah bangunan besar. 

Rambut coklat memanjangnya sedikit melambai tertiup angin, rambut bagian tekuknya lebih panjang dari yang lainnya. Beberapa rambut di bagian samping telinganya melambai-lambai tertiup angin. Matanya tertunduk ditanah dan tangannya ia sampirkan dibelakang. 

Ada hal yang sebenarnya yseult tangkap lebih cepat. Sebuah pedang yang terlampir indah di sudut pinggangnya. 

Yseult kira pangeran Soren tidak menggunakan pedang. 

Ketika kereta berhenti yseult bisa melihat pangeran Soren tersenyum kecil dan hangat. Meski sebenarnya pangeran soren tidak melihat ke arah keretanya sedikitpun, masih setia memandangi kerikil di bawah sana.

Soren maju dan menawarkan tangannya tatkala Matheo membukakan pintu yseult. Ada banyak hal yang ingin yseult tanyakan pada anak ini tetapi ia akan menahannya dihadapan orang lain.

"Nona, selamat datang kembali" 

Soren menyambutnya dengan penuh kebahagiaan pada suaranya. Yseult tidak begitu bisa melihat ekspresi mendalam dari sosok soren selama ini.  tetapi, dia yang terbiasa hidup untuk menipu tidak bisa melihat apapun kecuali kesan yang lugu darinya. Yseult melihat jelas tangan pangeran Soren bergetar kecil disana, jadi ia segera meraihnya.

"Saya kembali, yang mulia. Terimakasih banyak atas perhatian anda" 

Yseult menundukkan sejenak tubuhnya kemudian mereka berjalan bersama menuju istana Vienè. Yseult agak gatal ingin menanyakan mengenai kenapa dia memilihnya, tetapi Matheo sedari tadi mengikuti mereka dengan senyuman aneh tepat dii belakang. Bahkan, para penjaga lain sudah menjaga jarak. 

Hal pertama yang menyambut mereka di pintu depan adalah pelayan perempuan yang banyak. Mereka berjajar dan memberi salam. Beberapa personel sepertinya memiliki kasta politik kebangsawanan yang lebih tinggi dari yseult, mereka enggan menunduk lebih jauh seperti yang lainnya. Yseult meneliti setiap sosok pelayan itu dan mulai mengklasifikasikannya berdasarkan rasa udara di sekitar mereka.

Beberapa tidak menghormatinya, beberapa akan mencari kekurangan untuk disebarkan, serta ada juga yang tidak bisa mengontrol air wajahnya untuk tidak menertawakan Soren dan dirinya. Tetapi, masih ada beberapa yang terlihat normal. Dalam kata lain benar-benar ada disana untuk menjadi pelayan dan tidak berniat macam-macam. Mereka dengan tipe yang tidak banyak berpikir atau bangsawan yang hidupnya lebih kacau jika tidak menjadi pelayan. 

The Origin Of King KaanWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu