12. Brothers From Nowhere

25 8 0
                                    

Tidak ada yang bisa yseult rasakan selain matanya yang terbuka. Badannya secara mengejutkan sangat ringan, jauh. Padahal kamarnya tidak sebesar saat berada di istana Viene. Tetapi, kasur ini sungguh berbahaya. Yseult merasa sangat segar pagi ini, dia bahkan bangun terlalu cepat. Matahari bahkan belum muncul. 

Sedetik kemudian yseult memikirkan sesuatu. Ia teringat jika pangeran Soren memiliki kebiasaan menyelinap secara acak pada malam hari. Bagaimana jika ia juga pergi di hari pertama mereka menikah untuk bertemu seseorang itu?

Yseult meraih lemari cerminannya dan meletakkan beberapa bedak dan perona bibir. Tidak akan ada yang mencurigakan dari pasangan baru, meski mereka belum diizinkan tidur bersama sampai awal musim dingin. Tidak ada yang mengatakan dia tidak boleh membangunkan pasangannya dengan ciuman selamat pagi.

Yseult membuka kamarnya dan tidak mendapati penjaga disekitarnya. Ia berjalan beberapa pintu melewati kamar Rue dan Mahira yang terlihat masih gelap. Yseult juga tidak mendapati penjaga berada di sekitar kamar pangeran Soren, berbeda dengan kedua kamar pangeran kembar lain beserta istri-istrinya. Itu tidak aneh sama sekali. Bagusnya, Tidak akan ada yang bisa melarangnya. 

Yseult mengetuk kecil pintu pangeran Soren, para penjaga kamar lain mencuri-curi pandang padanya. Menebak-nebak apa yang akan dilakukan seorang gadis di depan kamar suaminya yang belum boleh disentuh. Namun, akhirnya mereka tetap mengalihkan pandangan berpura-pura tidak tahu. Itu karena pangeran Soren maupun gadis liar ini bukanlah tanggung jawab mereka. 

Karena tidak ada jawaban maupun pergerakan apapun, yseult memasuki pintu itu dengan diam-diam. Pangeran Soren masih tertidur diatas kasur. Jendela tertutup rapat dan apapun dari posisi benda-benda dikamar itu tidak ada dari mereka yang cukup mencurigakan. 

Yseult perlahan duduk di bibir kasur. Tangannya yang lentik menjulur dan mengusap kepala pangeran Soren, kemudian seperti itu selama beberapa saat. Awalnya yseult hanya meneliti aroma tubuh yang samar-samar ia dapatkan dari jarak tersebut, kemudian melihat ke arah pergelangan maupun ujung-ujungnya pakaiannya. Pangeran Soren tidak menggunakan selimut. Yseult tentu mencurigai itu, baginya malam ini dingin sekali meskipun di dalam istana sekalipun. Bagaimanapun ini sudah mulai masuk musim gugur. 

Semakin tak ada hal aneh yang bisa ia temukan, semakin usapannya memelan. Dari sudut pandangnya saat ini pangeran soren sangat mirip dengan sosok ayahnya, terutama bagian rambut yang dibiarkan memanjang serta deru nafas teraturnya ketika sedang tidur. Memikirkan itu usapan yseult berhenti seutuhnya dan detik berikutnya ia dikejutkan dengan pangeran soren yang mengeluh, ia meringkuk dan mengernyitkan alisnya. 

"Bu..aku ingin pulang.. denganmu" 

Yseult mengatupkan bibirnya ringan, ia tanpa berfikir langsung mengulurkan tubuhnya disamping pangeran Soren dan kembali mengusap lembut kepalanya. 

Ia tahu bagaimana rasanya ditinggalkan keluarga. Hanya itu yang bisa yseult pahami dari Soren, ia tidak tahu kesulitan lain seperti tidak dihormati keluarganya yang lain atau bahkan tidak diperbolehkan mengikuti pelatihan apapun serta hidup hanya untuk menjadi panjangan sampai mati. Itu adalah informasi yang yseult dapatkan ketika mereka mengobrol di tempat duduk mereka kemarin, ditinggal sendiri saat pasangan lain berdansa atau diajak pergi oleh orang-orang. Pangeran soren bahkan tidak memiliki pilihan untuk hidup sesuai dengan kehendaknya sendiri. Hanya saat memilihnya ia diperbolehkan. Yseult benar-benar tidak tahu bagaimana rasanya. 

Beberapa saat berikutnya begitu saja berlalu sampai dari pandangannya, yseult dapat melihat rambut-rambut lentik halus mengerjap beberapa kali, kemudian kepala pangeran Soren menoleh ke arahnya. Mereka saling memandang selama beberapa saat sebelum pangeran Soren melompat ke arah sisi lain kasurnya dengan wajah merah memadam dan pandangan matanya melihat ke segala arah. 

The Origin Of King KaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang