chapter 14

4.6K 356 16
                                    


Vote dulu baru baca. Oke!



Jeno berdiri dari duduknya saat mendengar laporan dari Theo tentang gudang senjata cadangan yg berada di daerah napoli diserang oleh sekelompok orang yang tidak dikenal.

Karena ini telpon penting yg bersifat rahasia, jadi Jeno memutus untuk memasuki sebuah ruangan yg terlihat seperti ruangan rapat agar pembicaraan ini tidak didengar oleh yang lain.

"Kelompok mana yang memiliki nyawa banyak itu, Theo?" Ujar Jeno setelah memasuki ruangan itu, nada bicara yg datar membuat Theo gugup, padahal sang atasan tidak ada di hadapan nya sekarang.

"Kelompok gengster bayangan putih sir, kelompok kecil yang seperti nya suruhan orang luar" Lapor Theo dengan nada tenang nya, padahal nyatanya raut wajah Theo sudah menegang dengan keringat dingin yg mengalir dari pelipis nya.

"Kau tau tugas mu kan Theo, setelah ini aku tidak ingin mendengar ada kelompok kecil seperti itu yg memasuki wilayah ku. Kau paham!" Jeno membentak di kalimat akhirnya, tentu saja seorang Jeno tidak ingin dipermainkan oleh kelompok anak bawang, jadi ia akan menuntas habiskan kelompok itu sampai musnah dri muka bumi.

"Baik tuan, akan saya pasti itu tidak akan terjadi"

"Selidiki juga tentang orang yg menyuruh mereka, lalu–"

Jeno memberhentikan ucapannya saat telinga tajamnya samar-samar mendengar teriakan dari luar ruangan itu, ditambah ia juga mendengar suara benda pecah tidak hanya sekali ia mendengar nya tapi dua kali.

"Renjun" Gumam Jeno saat sadar jika ada sang istri nya juga diluar ruangan itu.

Tanpa mematikan panggilan nya dulu, Jeno segerah berlari keluar ruangan itu dan hal yg pertama Jeno lihat adalah kondisi butik yg awalnya tentram dan rapi, sekarang menjadi kacau tidak terkendali.

Jeno mengabaikan teriakan disekitar nya, matanya lebih fokus mencari keberadaan sang istri karena jarak pandang yg berkurang, Jeno tau gas putih apa ini dengan segerah ia mengambil sapu tangannya disaku jasnya lalu menutup hidung juga mulut nya.

Netra tajam pria jangkung itu beredar mencari sumber gas ini, tapi seketika Jeno terpaku melihat sang istri yg terbaring dekat tabung yg menjadi kunci gas beracun itu.

Dengan langkah lebarnya Jeno segerah menghampiri renjun yg sudah tidak bergerak itu "renjun! " Seru Jeno dan berharap renjun membalasnya.

Ketika sudah sampai disana Jeno langsung mengambil tabung gas itu dan melemparkan nya kearah akuarium ikan yg berada disudut ruangan.

Tangan besar itu bergetar saat menyentuh pipi renjun yg sudah pucat basih.

Lalu tidak lama suara Theo terdengar yg menyadarkan Jeno dari rasa terkejut nya. "Sir, mobil telah siap"

Tanpa babibu lagi Jeno segerah mengangkat tubuh ringan renjun dan membawanya ke arah mobil yang sudah terparkir didepan butik yg sudah kacau itu.

"Kecepatan penuh Theo! " Perintah Jeno dengan setengah berteriak.

Theo langsung menjalankan mobilnya, jalanan kota Milan yg sepi membuat Theo tidak kesulitan menjalankan perintah Jeno. Beruntung tadi Theo berada diperusahaan Jeno yg memang dekat dari butiknya renjun, ketika mendengar teriakan yg berasal dari handphone sang tuan nya, tanpa pikir panjang lagi Theo segerah tancap gas ke butik nyonya nya, dengan instingnya yg sudah terlatih itu, tanpa diperintahkan Theo segerah menyuruh bawahan untuk mengosongkan jalanan menuju kerumah sakit park.

"Bertahan lah sayang, demi aku" Jeno memeluk tubuh renjun yg semakin dingin itu.

Saat tiba di basement rumah sakit park, Jeno segera keluar dari mobilnya dengan renjun yg ia gendong ala bridal style.

cute mommy & possessive familyWhere stories live. Discover now